Part 20 ; about Dinda

1.1K 73 0
                                    

Created by pnrizka_


Tok tok tok...

"Assalamu'alaikum, Ma, Nek... Gio pulang."

"Wa'alaikumsalam." Sahut Nenek sembari membukakan pintu.

"Lho, belum pada tidur? Lagi pada ngapain nih?"

"Eh Gio, ini Mama sama Nenek mau buat syukuran Mama sudah membaik. Jadi mau buat tumpeng nanti dibagikan ke tetangga atau ajak teman-teman Mama makan-makan di sini."

"Oh ya, nanti kamu ajak temanmu itu kerumah." Ucap sang mama seraya ia tersenyum. Liana sangat senang karena putranya ini mulai terbuka dan tidak menutup dirinya.

"Dinda itu lho namanya." Sambung Neneknya

"Eh, hm...emang kapan Ma acaranya?" Gio terkejut dengan ucapan Liana.

"Lusa, Sayang. Oh ya, kamu tadi dari mana?"

"Kepo deh mama. Sudah malam Gio tidur dulu ya, Ma. Nenek sama Mama tidur juga, besok lagi diskusinya."

"Dasar anak muda yang lagi kasmaran, ditanya jawabnya gitu ya, hahaha."

***

Adinda Freya Danisa, gadis asal Bandung yang pindah ke Jakarta karena pekerjaan orang tua, ia harus pindah sekolah ke Jakarta.

Selama di Bandung, ia tinggal bersama nenek dan keluarga besarnya. Gadis yang ceria, materi yang cukup dan hidup dengan kasih sayang di sekelilingnya.

Tapi siapa yang menyangka, hidup yang dilihatnya bahagia padahal menaruh begitu banyak kecewa. Pekerjaan orang tua yang menyita waktu, membuat ia merasa sepi. Jakarta adalah saksi bahwa ia benar-benar begitu sepi.

Shalma Sischa Danisa, Reza Brawijaya Darmawangsa adalah orang tua Dinda. Keduanya pekerja keras, pekerjaan telah menyita waktunya kumpul dengan keluarga.  Memiliki jabatan tinggi di sebuah perusahaan membuat mereka harus pergi dari kota ke kota.

Jakarta, tempat dimana Dinda memulai harinya yang baru. Gadis desa yang segala kebutuhannya tercukupi, ia memutuskan pergi ke Jakarta dengan menggunakan mini bus.

Jakarta, tempat dimana ia tak tau arah menuju alamat, GPS yang ia gunakan sebagai petunjuk harus terhenti karena Handphone lowbat.

Bertemu dengannya adalah petunjuk. Dia adalah teka-teki. Hidupnya kini memiliki warna baru karena seseorang yang pertama kali ia aja bicara di Jakarta. Dia adalah Giofani Kenando Wilson.

Jakarta, kau terlalu banyak menyita waktu. Pekerjaan terlalu menuntut. Jakarta, kau begitu ramai namun saya merasa sepi disini. Tapi terima kasih, Jakarta. Diantara jutaan penduduk disini, kau hadirkan makhluk aneh dengan penuh teka-teki.
Adinda Freya Danisa

***

"Gio sudah sarapan? Maaf Mama gak bisa bareng ikut sarapan, tadi abis belanja sayuran sama Nenek."

"Sudah Ma, belanja buat besok ya?"

"Iya, sayang. Jangan lupa bawa Dinda, awas kalo lupa."

"Iya Mamaku yang cantik. Yasudah, Gio berangkat sekolah dulu. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam."

Gio pamit dan ia melajukan motornya menuju sekolah. Tak lama, Gio pun sampai di sekolah. Sekolah Gio ini tak jauh dari rumah neneknya.

"Gio, lo tau gak Dinda kemana? Tumben dia belum datang." Tanya Shella dan Rita.

Gio menghiraukan pertanyaan mereka. Tanpa banyak bicara, Gio hanya menggelengkan kepalanya.

[2]Gio's Life✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang