Created by girlRin
Malam harinya, Arka mengetuk pintu kamar Gio. Pemuda itu berniat memanggil Gio agar turun untuk makan malam bersama karena tadi Liana sudah memanggil mereka dari lantai bawah. Arka langsung saja meninggalkan game yang sedang ia mainkan dan berlari keluar kamar untuk menuju ruang makan, namun sebelum itu ia melihat pintu kamar Gio sedikit terbuka dan terlihat Gio sedang rebahan sambil memainkan HPnya.
Arka mengetuk pintu sahabatnya dan membuka pintu yang memang tidak tertutup itu dengan perlahan, Gio yang mendengar suara pintu diketuk pun menoleh.
"Ngapain lo?" tanya Gio bingung.
Arka menggeleng, "udah malam, Gi. Lo ngga mau makan? Noh, Tante Liana udah nyiapin makan malam trus juga udah manggilin kita daritadi tapi lo masih sibuk sama HP lo. Ngapain sih? Chatting sama Dinda?"
Gio berdecak kecil, "kepo banget sih lo." ucapnya.
"Udah buruan! Gue laper!" desak Arka.
Gio pun meletakkan HPnya di bawah bantal dan berdiri dari posisinya. Gio langsung menarik Arka keluar dari kamarnya dan mereka pun berjalan menuju ruang makan.
***
Arka menatap bagaimana Papanya terlihat begitu perhatian pada Liana dan juga Gio. Sedikit banyak ia merasa iri, namun terlepas dari semua itu ia paham jika Papanya juga butuh perhatian dari seorang istri dan perhatian itu sudah tak lagi ia dapatkan sejak Mamanya meninggal.
Gio menatap Arka yang sedari tadi diam. Dalam hati, Gio bertanya-tanya, apa dia lagi ada masalah ya?
Gio pun mengambil minumnya dan tak lama kemudian terdengar teriakan Fatimah dari ruang tamu. Sepertinya neneknya baru saja selesai berbincang dengan beberapa pelayan keluarganya Arka.
Keempat orang yang ada di ruang makan pun berlari menghampiri Fatimah yang berada di ruang tamu. Wanita tua itu terlihat syok bukan main saat melihat sebuah kotak.
Gio dan Arka pun memberanikan diri untuk mengintip apa isi kotak itu, sementara Juan dan Liana menenangkan Fatimah.
Arka terdiam saat melihat di dalam kotak itu ada foto Gio, Fatimah dan Liana yang sedang tersenyum saat Gio masih SMP telah ternoda oleh darah. Arka langsung menatap Gio yang terlihat pucat.
"Gi?"
Gio pun menggeleng cepat dan mengambil kotak itu lalu membuangnya keluar.
Fatimah langsung memeluk Liana dan meracau bahwa Hilson takkan melepaskan mereka. Sontak saja Juan dan Arka langsung saling tatap.
"Bu Fatimah, saya rasa Hilson harus segera dihentikan." ucap Juan.
Arka berlalu keluar menyusul Gio. Ia tahu, Papanya bisa mengatasi Fatimah dan Liana, namun Gio? Arka yakin yang dibutuhkan oleh pemuda itu adalah sosok pendengar yang baik.
Arka menemukan Gio berdiri di depan tempat membakar sampah. Arka langsung saja menghampiri Gio yang terlihat tengah melamun. Belum sempat Arka menepuk bahunya Gio, Gio sudah bersuara.
"Foto itu diambil sebulan setelah lo pergi. Saat itu gue baru aja bangkit dari keterpurukan gue dan berusaha saling nguatin bokap gue yang lagi di ambang kebangkrutan, Papa saat itu masih kayak dulu. Baik dan ngga gila kayak sekarang,"
Arka mendengarkan.
"Hari itu pembagian raport dan gue dapat nilai paling jelek di kelas. Saat itu Mama, Papa dan Nenek sepakat dateng rame-rame dan balik dari sekolah kita pergi makan es krim. Sampe rumah, ternyata Papa udah nyiapin kamera buat abadikan momen itu. Dia bilang sebagai tanda bahwa gue pernah jatuh dan itu artinya gue harus bangkit lagi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
[2]Gio's Life✔
Teen FictionGio, laki-laki yang super dingin dan menyeramkan. Ia tak memiliki teman karena tak satu pun ada yang berani mendekatinya. Datanglah gadis desa bernama Dinda, apakah ia akan bertemu dengan Gio dan membuatnya berubah?