Bunda -Melly Goeslaw 🎵🎵
Waktu kadang memberi luka, dan waktu juga yang dapat menyembuhkannya.
---
Wildan merebahkan badannya di sofa kamarnya, menjadikan kedua tangannya sebagai bantal. "Apa gue keterlaluan?" batin Wildan. Wildan kadang merasa kasihan kepada Gege tetapi otaknya selalu berkata bahwa itu pantas Gege dapatkan.Wildan kadang membayangkan betapa kejamnya dirinya.
Sementara di sisi lain, Ayah Gege-Chandra sedang gusar.
Tangannya yang kasar itu mengelus lembut pipi Putrinya. "Ayah nggak becus jadi Bunda sayang,"
Gege tersadar. "Ayah," Gege langsung memeluk Ayahnya.
"Jangan tinggalin Ayah, kita mulai dari awal, jangan jadikan kemiskinan kita sebagai kelemahan." Chandra selalu saja menguatkan Putrinya itu, padahal dirinya sendiri sangatlah rapuh.
Achandra berjalan memasuki kamarnya. Mengambil sebuah bingkai foto perempuan cantik. "Seandainya kamu masih ada disini Acha, Naya ngak akan semenderita ini, kamu tahu? Setiap hari dia pulang dengan memar ditubuhnya. Kamu tidak kasihan?" Chandra tidak dapat menahan tangisnya.
"Tidak ada lagi Arsen, kakaknya yang suka menjahilinya, tidak ada lagi Rian, sehabatnya yang suka mengibur Naya saat di bully, dan ngak ada lagi kamu, malaikat tak bersayapnya."
"Aku belum sempurna menjadi Ayah sekaligus Bunda buat dia,"
"Tolong, kembali." tidak ada lagi kata-kata yang Chandra dapat keluarkan.
***
Pukul 08.00 Wit, seharusnya semua anak sekolahan sudah berada disekolah tetapi, Gege sekarang malah berada di pemakan.
"Hay Bunda Acha yang terkece," sapa Gege dengan air mata.
"Naya rindu loh. Bunda bilang ngak apa-apa miskin yang penting kaya kasih sayang dari Ayah dan Bunda, sekarang Bunda mana? Naya udah miskin harta, miskin kasih sayang. Ayah ngak suka dirumah, dia kerja dan sekarang dipecat karena Naya," Gege mengelus-elus nisan Bundanya-Acha Rahardian.
"Bun,ayok bangun. Nay ngak kuat lewati ini, mereka semua membenci Naya, ayoklah Bun, bangun," Gege sudah mengeluarkan sifat manja yang biasa ia lakukan ke Acha.
"Bun, liat nih," Gege memperlihatkan memar ditangannya. "Ini juga," Gege memperlihatkan semua memar yang ada di tangan, kaki dan wajahnya.
"Tau ngak karena apa? Karena miskin-lah Bund," Gege tertawa hampa dengan air mata yang terus bercucuran.
"Gimana cara ngelawan Bun? Gimana cara melawan tanpa melibatkan Ayah?"
Seseoang dari arah kejauhan melihat jelas, betapa terpuruknya gadis SMA itu. Ia mendekat kearahnya, ingin mendengar spa yang dikatakan gadis itu.
"Ayok Bun, bangun, ayok." Gege mengguncang-guncang makam Bundanya.
"Kenapa ngak bangun? Kata kalau ada masalah Bunda selalu ada. Sekarang Naya lagi ada masalah, "
Naya? Orang itu sedikit bingung, tetapi tetap mendengarkan Naya.
"Bun, tau ngak. Semalam Naya hampir bunuh diri lo, pengen ikut Bunda, Arsen sama Rian. Naya sadar pas tangan Ayah yang kasar itu mengelus pipi Naya. Kasar banget lo Bun, ngak kyak dulu lagi," Gege mengeluarlan semua unek-uneknya.
Seseorang yang mengintip Gege dari tadi, kini sudah pergi, keluarganya sudah meninggalkan pemakan.
Gege masih saja menangis dan mengajak makam Bundanya bercerita, Gege meletakkan kepalanya diatas makam.
Tiba-tiba dari belakang ada yang memegang bahunya, Gege tersentak dan menoleh ke belakang.
"Gege?" tanyanya terkejut
"Siapa?" Tanya Gege sambari menghapus air matanya.
"Gue Rey, satu sekolah sama lo, pindahan dari SMK Adiguna. Baru beberapa hari sih,"
"Oh iya?"
Rey mengangguk."Lo kurang perhatiin sekitar lo kali, saking capeknya dibodohin sama Wildan," ujarnya dengan santai.
"Lo tau?" tanya Gege sedikit takut
"Siapa yang ngak tau Ge? Nama lo aja ada di mading, meja lo di gantung dekat pohon, suka dihina, siapa yang ngak kenal lo di SMK Brayaja coba, siapa?"
Gege mengedikkan bahunyanya menatap makam Bundanya dengan lesuh.
"Miskin bukan berarti pantas di tindas. Melawan bukan karena berani dan sok jago, kadang kita memang butuh pembelaan untuk diri sendiri," Rey memegang pundak Gege
"Kadang apa yang mereka ucapkan tidak sepenuhnya benar, mereka hanya medengar katanya, katanya dan katanya tanpa tau faktanya,"
"Lo ngak sendirian. Selalu ada Tuhan dihati lo, lo aja yang ngak pernah cari Tuhan, mungkin. Atau lo yang ngak sadar, Tuhan sayang banget sama lo, makanya dikasih ujian berat banget."
"Ingat, didunia ini, bukan cuma lo yang ngak punya Bunda, bukan cuma lo yang jadi korban bullying dan sebagainya, masih ada orang yang lebih para dari lo, " Rey tersenyum. "Gue cabut,kasihan nyokap gue nungguin diluar,"
Gege mencerna setiap perkataan Rey tadi.
Matanya terus memandang punggung Rey hingga menghilang dipandangannya.---

KAMU SEDANG MEMBACA
Wildan Genaya
Teen FictionJika penderitaan yang kau liat, bukankah aku sudah cukup menderita bersamamu? Bukankah penderitaanku adalah hal kebahagiaanmu? Lantas apalagi? Hatiku sudah kau genggam terlebih ragaku yang sudah menjadi milikmu. Terima kasih atas luka dan asa yang...