Terkadang, orang-orang tidak mengerti keadaan orang lain. Hanya memandang dari luar tanpa mengenali proses di dalamnya.
---
Flashback On
Gege sadar dari pingsannya. Gege memegang kepalanya yang masih berdenyut.
'Kroak'
Perutnya berbunyi, Gege melirik jam tangan yang melingkar ditangan kirinya. Pukul 20.00 WIB
"Astagfirullah," Gege kembali menangis.
"Tuhan, apakah hari itu aku salah? Apakah aku salah membela orang yang benar? Kenapa ujianmu seakan tidak mampu kulewati? Kepalaku sakit, perutku lapar, aku tidak menjamin apakah besok aku masih hidup?" Gege berdiri mencari saklar untuk menyalakan lampu. Setelah menyala, Gege berjalan ke arah pintu, mendobrak-dobrok pintu, berharap ada yang bisa mendengarnya.
"Tuhan, ciptaanmu yang satu itu, berhati iblis pangkat berapa?" tanyanya Gege yang sudah mulai meracau
Badannya tiba-tiba jatuh, "Ayah, Genaya takut," ujar Gege yang memeluk kakinya.
***
Faris datang lebih awal ke sekolah, bukannya ke kelas, Faris malah ke gudang. Betapa terkejutnya Faris melihat seorang cewek pucat, memeluk dirinya sendiri berada di dalam gudang.
"Gusti," Faris cepat-cepat menghampirinya
"Gege," Faris terkejut. Ini pasti ulah Wildan.
Faris membawa Gege ke UKS, setelah itu Faris pergi ke gudang menunggu anak Basupati yang lain.
Satu-persatu anak Basupati mulai berdatangan. Faris masih diam, membiarkan yang lain bernafas dulu.
"Basupati, pasukan yang ngak takut mati." ujarnya tiba-tiba membuat yang lain menoleh ke arah Fari.
"Bukannya pasukan membunuh orang." sambungnya.
"Maksud lo?" tanya Bagas
Faris maju ke arah Wildan. "Lo tau, anak orang hampir saja mati Wil, badannya panas banget, bibirnya pucat, mana dia ngak makan lagi lo mau buat anak orang mati? Terus gentayangan kyak mbak Juminten?"
"Ngak usah belat-belit Ris," komentar Azriel
"Gege, anak itu dikurung sama Wildan dari kemarin sampai pagi tadi," jawabnya
"Benci sewajarnya aja , takut cinta lo dalam, dan sakinya pasti akan terlalu,"
"Gue bukannya berada di pihak dia Wil, lo sahabat gue. Gue ngak mau nama lo menjadi kotor karena bunuh orang yang lo benci Wil, sewajarnya aja."
"Dan gue sebagal wakil ketua Basupati ngak mau nama ketua dan geng Basupati tercemar." sambung Faris
***
Meskipun, Wildan mendapat ceramah dari anak Basupati, tidak membuat Wildan berhenti menyiksa Gege. Sudah seminggu semenjak kejadian di kantin itu Wildan semakin menjadi-jadi menyiksa Gege. Menyuruh Gege membelikannya makanan pake uang Gege, mendorong Gege hingga jatuh tersungkur.
Seperti sekarang, Gege disuruh untuk membersihkan wc, ini adalah hukuman buat Wildan yang datang telat. Tetapi, Wildan menyuruh Gege. Gege tidak bisa melawan, Wildan selalu saja membawa-bawa nama orang tua Gege.
"Siapa yang suruh lo istirahat?" Wildan tiba-tiba datang
"Gue capek," keluh Gege
"Buruan, gue mau masuk kelas,"
Gege membuang pel yang ia pegang. "Gue capek," ulangnya sekali lagi
"Oooo," Wildan mengambil ponsel di kantong celananya. "Halo, Anto, gue bilang pecat supir lo yang namanya Chandra dan usahain dia ngak bakalan diterima berkerja dimanapun,"
"Lo taukan Anto? Bos bokap lo? Siap-siap jadi gelandangan," Wildan berjalan mendorong bahu Gege.
Gege berlari ke kelas, menangis di pelukan Tari. "Gue capek Tar, gue pengen mati aja," Gege menangis tersedu-sedu
"Stt, ngak boleh bilang gitu Ge. Gue yakin lo kuat. Ingat, bersama kesuliatan ada kemudahan. Lo mampu Ge," Tari memberi semangat ke Gege.
"Tapi, kali ini gue ngak sanggup Tar, dia ngelibatin orang tua gue," Gege masih saja terus menangis, membayangkan hal-hal yang akan terjadi kedepannya.
Setelah pulang dari sekolah, Gege tampak tak semangat, apalagi saat melihat Ayahnya berada dirumah.
"Ayah," panggil Gege dan langsung memeluk Ayahnya
"Kenapa? Kok nangis?" tanya Ayahnya
Gege tidak dapat menceritkan semuanya, Gege takut dan merasa bersalah kepada Ayahnya.
"Loh, kok Nay nangis?" tanya Ayahnya yang juga menahan tangis.
"Nay rindu sama Bunda." Gege menangis dipelukan Ayahnya.
"Mana yang luka lagi?" tanya Ayahnya. Chandra tau anaknya ini kerap mendapat bullyan di sekolah, diperlakukan semena-mena. Lalu harus bagaimana lagi dia? Dia bukan keluarga beruang, dan jelas saja yang beuang selalu saja menang.
"Ayah di pecatkan jadi tukang kebun? Nay pengen berhenti sekolah," keluhnya.
"Sekolah elit ngak bisa buat anak kyak aku," Gege terus saja menangis.
"Kita tinggal berdua nak, tidak ada lagi Bunda dan Arsen. Ayah akan menyekolahkan kamu," Achandra meyakinkan.
"Naya rindu sama Bunda yah. Setahun yang lalu Yah. Naya yang salah, Naya pengen nyusul Bunda sama Arsen," Naya berjalan ke dapur dengan penampilan acakan.
Sebuah pisau sudah berada diatas tangan Gege, bersedia untuk memotong nandinya.
"Jangan Nay, jangan." Chandra terlihat frustasi
Gege sudah menggores tangannya, darah mulai berhemburan. "Naya!" pekik Chandra
Flashback OFF
***
AN
Hallo, sebenarnya ini part sebelumnya, tapi kebalik pas mau diupload :'( jadi aku bikin kayak flashback gitu deh:')Jangan lupa vote dan komen, ngasih kritik dan saran juga ngak apa-apa.
.
Salam manis
Gege
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildan Genaya
Novela JuvenilJika penderitaan yang kau liat, bukankah aku sudah cukup menderita bersamamu? Bukankah penderitaanku adalah hal kebahagiaanmu? Lantas apalagi? Hatiku sudah kau genggam terlebih ragaku yang sudah menjadi milikmu. Terima kasih atas luka dan asa yang...