Berada di lingkunganmu, seakan menamparku agar semakin sadar, bahwa aku dan kamu sangatlah berbeda.---
Tiba saatnya keluarga Wildan mengadakan pesta. Wildan menjemput Gege dirumah membawanya ke seuatu tempat.Gege tercengang, sekarang mereka berada di butik yang sangat terkenal. "Buat apa Wil?" tanya Gege polos.
"Buat kamu pake sayang," kekeh Wildan dan mendapat tatapan tajam dari Gege.
"Udah berani natap aku kyak gitu yah hem?" Wildan merangkul pinggan Gege.
Gege disuruh memilih gaun yang akan ia kenakan. Gege sempat melihat-lihat harga yang tertera di gaun tersebut. "Wil, kemahal buat gue," Gege mengeluh
"Apapun itu, kalau buat kamu ,aku kasih." ujar Wildan dengan santainya.
"Gue ngak nyaman," Gege masih saja mengeluh.
"Kamu maunya yang gimana?" tanya Wildan pada akhirnya.
"Yang biasa aja, tadi diluar gue liat yang sederhana gitu,"
---
Bukannya pulang, Wildan membawa Gege ke sebuah salon. "Wil, nanti Ayah nyariin gue," hari ini ada banyak sekali keluhan Gege.
"Aku udah izin. Bisa ngak kamu ngak ngomong pake lo, gue sama aku?" Wildan menatap Gege dengan tajam.
Tatapan itu membuat Gege menciut. "Maaf," cicitnya. Wildan mengacak-acak rambut Gege. "Aku sayang sama kamu, jangan buat aku marah sampai kamu ketakutan ngelihat aku,"
Setelah satu jam berada di salon, akhirnya Gege selesai. Polesan makeup di wajahnya membuat Gege terlihat lebih cantik lagi. Gege menggunakan dress selutut bewarna putih, sementara Wildan menggunakan setelan jas bewarna hitam.
Mobil yang mereka tumpangi, kini sudah sampai di halaman rumah Wildan. Rumah yang sangat besar menurut Gege.
Wildan memegang pinggul Gege dengan posesif. Wildan berjalan kearah papa, mama dan kakeknya Adinata, seseorang yang sangat disungkani di keluarga Adinata.
"Halo cucu Kakek," kakek Adinata memeluk cucunya itu. "Siapa dia?" tanya kakek heran."Gege Pak," Gege menyalimi kakek Adinata.
"Pacar Wildan," sambung Wildan membuat kedua orang tuanya terkejut.
"Bukannya kamu dan Gisel...?" kakek Adinata tidak melanjutkan pembicaraannya.
"Itu mau Nenek Laras, Kakek Brata dan Papa. Bukan kemauanku," ujar Wildan ketus.
Sebuah mobil yang baru saja datang menyita perhatian seluruh tamu undangan yang datang. Pasalnya didalam mobil itu adalah keluarga Brata Jaya.
"Lo udah punya cewek?" hal yang pertama kali Cakrawala ucapakan ketika bertemu dengan Wildan.
"Hm," jawab Wildan dingin.
"Bagus, lo ngak godain Fidella gue lagi," ujar Cakrawala tak kala dingin.
Wildan mangajak Cakrawala sedikit menjauh dari Gege. "Ada apa?" tanya Cakrawala. "Pertunangan lo sama Gisel?" tebak Cakrawala yang tidak salah sepenuhnya.
"Iya. Gege juga berasal dari keluarga Miskin." jawab Wildan.
"Terus?" Cakrawala bingung. Ada apa dengan seseorang yang miskin?.
"Lo tau, nenek pasti ngak akan restuin hubungan gue," Wildan terlihat begitu lesuh.
"Pasti ada jalannya bro, gue liat-liat Gege anak yang baik. Pertahanin, jangan dikasarin," Cakrawala menepuk bahu Wildan sebelum pergi.
Acara makan malam, akan segera dimulai, keluarga besar Adinata dan Brata Jaya sudah menduduki kursi makan. Begitu juga Gege dan Wildan yang sudah duduk.
Seseorang yang Gege tebak adalah ayah Cakrawala mendapat teguran dari kakek Adinata membuat satu meja menoleh ke arahnya. "Jangan duduk di kursi kosong sebelahku," ujar kakek Adinata dengan penuh penekanan.
Seolah tau apa yang Gege pikirkan. Wildan mendekatkan wajahnya ke telinga Gege san berbisik. "Meja itu untuk nenek aku," Gege mengangguk paham.
"Gisel dimana? " tanya nenek Larasati
"Kata Papanya mereka datang telat Ma," jawab mama Wildan.
Nenek Larasati hanya mengangguk.
"Aku jadi teringat Dinar, dimana dia sekarang. Aku sudah lama tidak bertemu dengan sahabat terbaikku itu," ujar nenek Larasati pilu.
"Aku juga sedang berusaha mencarinya." jawab kakek Adinata.
Setelah perbincangan itu, tidak ada lagi orang yang berbicara sampai makan malam selesai.
"Wildan, Cakra, nenek minta tolong, tolong ambil dos yang ada di bagasi mobil," ujar nenek Larasati, dengan berat hati Wildan menuruti kemauan neneknya.
Nenek terus memperhatikan Wildan dan Cakra sampai punggung mereka tidak terlihat lagi.
"Gege? Pacarnya Wildan?" tanya nenek Larasati tiba-tiba.
"Iya Nek," jawab Gege
"Ayahmu tukang ojek bukan?" tebaknya
Gege mengangguk, "Iya Nek,"
Nenek Larasati tersenyum jahat. "Keluargamu tidak pantas dengan keluarga Brata Jaya dan Adinata yang sangat terhormat." ujar nenek Larasati yang dapat menohok hati Gege.
"Mah," tegur Mawar tidak enak.
"Mama sudah pilih Gisel untuk Wildan. Bukan bocah miskin itu," setelah mengatakan itu, semuanya pergi meninggalkan Gege atas pertintah nenek Larasati .Tapi tidak dengan orang tua Wildan.
Gege yang dari tadi menahan air matanya mati-matian kini jatuh begitu saja. "Maafin neneknya Wildan, dia memang begitu," Mawar memeluk Gege.
"Saya tau, selama ini saya mengekang Wildan. Bahkan kami tidak mempedulikannya. Hingga akhirnya Wildan tumbuh menjadi pribadi yang angkuh, sombong, tidak mau diatur dan dingin." Tama, papa Wildan mulai bercerita.
"Kemarin, Bibi menceritakan perubahan Wildan, yang mengajak perempuan kerumah. Bahkan sampai ngeizinin masuk kekamarnya. Menceritakan bawah Wildan sangat lembut dan penurut sama kamu, saya jadi yakin. Kamu adalah sosok yang selama ini anak saya cari dalam hidupnya selain sosok kedua orang tua yang selalu menelantarkannya." ujar Tama papa Wildan yang seperti berharap ke Gege untuk tetap berada di sisi anaknya.
"Tante dan Om akan memperbaiki hubungan kami dengan Wildan setelah proyek besar ini selesai. Tente akan berhenti bekerja, Tante akan mengurus Wildan layaknya seorang anak. " Mawar yang tadinya menenangkan Gege kini ia juga sudah menangis lebih kencang daripada Gege yang hanya terisak.
"Kamu tau, kata Bibi, semenjak saat itu Wildan sangat berubah. Wildan yang sangat menghormati orang yang lebih tua darinya, dan iya, katanya foto kamu ada didalam kamar Wildan. " sambung Tama."Om sangat senang, orang yang ditemuin Wildan yang menjadi pujaan hatinya adalah seorang wanita yang berhati malaikat, Om dan Tante merestui kamu dan Wildan. " tepat saat Tama menyelesaikan kalimatnya Wildan datang, dan mengajak Gege pergi dari sana. Sebenarnya Wildan penasaran, Kenapa Mawar memeluk Gege dan mereka sama-sama menangis. Tetapi Wildan berusaha menepis pemikiran itu.
---
Jangan lupa divote.
Maaf yah baru update, lagi pusing banget sampai lupa wattpad :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildan Genaya
Teen FictionJika penderitaan yang kau liat, bukankah aku sudah cukup menderita bersamamu? Bukankah penderitaanku adalah hal kebahagiaanmu? Lantas apalagi? Hatiku sudah kau genggam terlebih ragaku yang sudah menjadi milikmu. Terima kasih atas luka dan asa yang...