Seminggu sudah Gege dan Wildan jadian. Hubungan mereka belum tersebar luas. Hanya anak Basupati, Tari dan Yolanda yang tau. Dan tidak menutup kemungkinan 4G Girl juga sudah tau.
"Lo bahagia sama Wildan?" tanya Yolanda begitu Gege duduk di sofa rumah Yolanda.
Gege mengangguk,"bahagia," jawabnya cepat.
"Gue sebagai sahabat boleh egois ngak?" tanya Yolanda.
"Maksudnya?" ujar Gege dan Tari serempak.
"Gue ngak suka lo sama Wildan Ge," jujur Yolanda.
"Lo suka sama dia?" tanya Gege pelan
Yolanda kaget dengan ucapan Gege. "Gue ngak TMT Ge, lo ngak cocok buat Wildan. Lo terlalu Subhanallah untuk Wildan yang Astagfirullah," Yolanda mendekat ke arah Gege dan Tari.
"Lo baik. Entahlah kenapa akhir-akhir ini gue selalu mikirin lo berdua. Dulu gue senang lo bisa sama Wildan, kerena gue yakin Wildan bisa jagain lo, tapi gue lupa Wildan juga bisa nyakitin lo, Wildan buruk buat lo Ge,"
"Wildan ngak seburuk yang lo kira Yol, percaya deh," ujar Gege.
Hubungan Gege dan Wildan sudah seminggu,dan sudah seminggu juga Yolanda terus menasehati Gege mengeluarkan unek-unek yang mengganjal di hatinya.
---
Malam harinya, setelah Gege pulang dari rumah Yolanda, Gege kerumah sakit untuk menjenguk Ifan, anak dari rumah kasih.
Gege duduk mengelus-elus pucuk kepala Ifan yang sedang tertidur, potongan masa lalu saat bersama Rian muncul kembali diingatannya. "Aku bahagia Ian," ujar Gege dengan senyum.
Bagaimana tidak, dulu Gege sering menghabiskan waktunya bersama Rian di Rumah Kasih. Bermain dan mengajari anak-anak sudah menjadi kebiasaan mereka. Sedang asik-asiknya tersenyum,tiba-tiba muncul ucapan-ucapan dari Yolanda akhir-akhir ini yang selalu meragukan Wildan. Gege menghela nafas, pikirannya sedang kacau, ia ingin pulang dan menenangkan pikirannya.
Di teras rumah sakit, Gege tidak sengaja bertemu dengan Reyhan, Reyhan selalu tersenyum dan memandang Gege membuat Gege menjadi risih. "Kenapa sih Rey?" tanya Gege.
"Lo sempurna Ge, ngak cocok buat Wildan," ujarnya membuat Gege mengerutkan keningnya.
"Dia ngak seburuk yang lo kira, dan gue nyaman." Balas Gege.
"Kalau suatu saat nanti , lo sedih, ingat gue Ge, gue ada buat lo," ujar Reyhan sebelum meninggalkam Gege sediri.
Gege makin pusing dibuatnya. Gege segera ingin tiba di rumah. Setelah mendapatkan ojek, Gege membuka ponselnya, ada tiga panggilan tak terjawab dari Wildan. Seketika hati Gege mulai tenang.
Dari arah Kejauhan, Gege dapat melihat Wildan yang sedang menunggunya didepan rumah. "Malam bidadari," sapa Wildan saat Gege baru saja turun dari ojek dan membayarnya.
"Ngapain?" tanya Gege.
"Ngajakin pacar jalan," Wildan mengedipkan satu matanya.
"Disini aja, diluar dingin," ujar Gege dan sudah pasti dianggukkan oleh Wildan.
Wildan memberi salam kemudian masuk kerumah Gege. "Besok libur kan? Jalan yuk?"
"Aku kerja Wil," Gege memegang tangan Wildan. "Ngertiin aku," ujar Gege pelen.
Wildan mengacak rambut Gege, "Ya sayang dong," ujarnya dengan cemberut.
"Sayang kenapa? Kamu udah nyiapain sesuatu disana?" tanya Gege serius.
"Ngak apa-apa kok sayang," Wildan membuat Gege blushing seketika.
"Ciee pacar aku blushing nih," goda Wildan.
"Ngak ih," Gege membela diri.
"Ngak salah lagi?" Wildan kemudian memeluk Gege. "Jangan pernah tinggalin aku," Wildan menghirup aroma mint shampo Gege, aromo yang begitu menyegarkan menurut Wildan.
"Ngak pulang?" Tanya Gege yang masih dalam pelukan Wildan.
"Ngak, sebelum kamu mau jalan sama aku besok."
"Wil,aku kerja,"
"Aku udah izin sama bos kamu,"
"Ngak."
"Ge," Wildan menatap sendu Gege
"Ngak bisa nolak maksudnya," kekeh Gege membuat Wildan ikut terkekeh.
---
Sesuai perjanjian mereka semalam, hari minggu kali ini mereka akan menghabiskan waktu mereka berdua, sekarang mereka sudah ada di bioskop untuk menonton film romantis menurut Gege.
"Ini kedua kalinya yah kamu kesini?" Tanya Wildan.
"Iya aku miskin," jawab Gege ketus.
"Ngambek lagi," ujar Wildan kemudian berjalan memesan tiket.
Mereka memesan tiket diwaktu yang tepat, "Kita kok ada di studio dua? Film horor?" tanya Gege
Wildan hanya mengangguk sebagai jawaban.
"WILDANN!" pekik Gege.
"Ada aku disini," Wildan mengelus lengan Gege yang di rangkulnya.
Wildan dan Gege akhirnya masuk kedalam studios. Kursi mereka berada di tengah-tengah, sehingga tidak akan membuat leher mereka sakit mendongak atau menunduk.
Dibarisan kursi Wilda dan Gege hanya ada mereka berdua, film horor yang mereka tonton sudah jalan seminggu dan peminatnya mulai kurang karena sebagian dari mereka sudah menontonnya kemarin.
Lampu bioskop mulai dimatikan,terdengar suara-suara khas film horor telah dimulai.
Sudah setengah jam film tayang, Gege tak henti-hentinya menutup mata jika instrumen-isntrumen horor terdengar.
Wildan yang berada di sampingnya tertawa pelan melihat tingkah laku pacarnya itu.
Wildan memutas kepala Gege agar melihat ke arahnya, "Kenapa harus takut? Ada aku, aku ngak mungkin tinggalin kamu," ujar Wildan penuh yakin.
"Aku harus percaya sama kamu? Bisa saja besok kamu ninggalin aku,"
Wildan teringat akan janji yang ia buat dengan anak Basupati, Wildan belum pernah membahas itu, Wildan takut Gege akan meninggalkannya.
"Tuh kan diam, liat yang seksi,mulus nan bening pasti belok kamu," Gege kemudian kembali menatap ke layar.
Beberapa detik setalah itu, Wildan kembali memutar kepala Gege dan mendekatkan wajahnya ke wajah Gege.
Sedikit lagi, bibir mereka akan bersentuhan.Jangan lupa tinggalkan jejak wahai para pembaca hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildan Genaya
Teen FictionJika penderitaan yang kau liat, bukankah aku sudah cukup menderita bersamamu? Bukankah penderitaanku adalah hal kebahagiaanmu? Lantas apalagi? Hatiku sudah kau genggam terlebih ragaku yang sudah menjadi milikmu. Terima kasih atas luka dan asa yang...