Kamu tahu, kamu sudah menjadi alasan aku tersenyum.
---
Pesta semalam, membuat Gege rasanya malas untuk melakukan aktivitas apapun. Ponsel Gege berbunyi diatas nakas. "Masih pagi-pagi," gumannya kemudian mengangkat telpon.
"Bukain pintu lo dong, gue sama Yolanda kedinginan nih," ujar Tari tanpa basa-basi.
Gege segera keluar kamar, membuka pintu untuk Tari dan Yolanda. "Ngapain?" tanya Gege polos.
"Numpang, gue sama Yolanda sepakat mau temenin lo selama seharian penuh," jawab Tari.
Gege bingung. "Dalam rangka?" tanya Gege tidak mengerti maksud Tari.
"Gue dengar, semalam lo ke pesta keluarga Wildan? Lo pacaran sama dia?" Yolanda memicingkan matanya.
"Astaga gara-gara itu lo kesini? Masih pagi banget tau," Gege menepuk jidadnya.
"Bokap sama Nyokap gue lagi perang dirumah, gue telpon Tari deh, terus Tari ngusulin buat kesini, jadi kami kesini. Tau ngak gue capek banget, tapi gue denger ada yang perang dirumah, gue langsung cabut." curhat Yolanda.
"Yaudah gue mandi terus masak buat Ayah sama kalian," ujar Gege pada akhirnya.
"Siap Bunda," ujar Tari dan Yolanda ke kamar.
Makanan sudah tersaji di meja kecil, mata Yolanda berbinar. "Pengen belajar masak deh," ujarnya tiba-tiba.
"Duduk Om," Tari menarik kursi untuk Chandra.
"Ngak usah repot-repot Tar," ujar Chandra setelah duduk.
"Kenalin Om, teman baru kami. Eh ngak baru tapi belum lama juga sih, Yolanda," ujar Tari.
"Yolanda Om," Yolanda memperkenalkan diri.
"Om Chandra," ujar Chandra.
Tari dan Yolanda melihat betapa repotnya Gege dipagi hari namun tetap tersenyum. Matahari sudah tidak malu-malu lagi menampakkan dirinya. Chandra sudah ingin berangkat. "Ayah jangan ngebut-ngebut. Jangan pikirin uang sekolah Naya. Hati-hati Ayah," Gege menyalami tangan Chandra begitu juga dengan Tari dan Yolanda.
Gege menutup kembali pintu rumahnya. "Gue punya kabar gembira buat lo Ge," ujar Yolanda.
"Apa? " jawab Tari cepat.
Yolanda memutar bola mata malas, "Om gue punya teman, lagi nyari karyawan di cafenya gitu,"
"Serius?" tanya Gege berbinar.
"Iya. Siap-siap, gue sama Tari antar lo," ujar Yolanda. Gege tidak membuang-buang waktunya.
"Gue senang banget bisa kenal lo sama Gege, Tar." ujar Yolanda tersenyum.
Gege sudah siap, mereka sudah diatas mobil Yolanda. Mereka tidak langsung ke cafe dulu, mereka mengantar Yolanda mandi dan mengganti pakaian, Tari juga. Tari dipaksa Yolanda untuk mandi dan menggunakan pakaiannya..
Setelah itu Tari dan Yolanda mengantar Gege untuk ke cafe yang di maksud Yolanda, dan Alhamdulillah, Gege diterima. Senin-jumat Gege mendapat ship malam karena Gege harus sekolah dulu.Entahlah, hari Minggu kali ini membuat Gege sangat bahagia. Akhirnya ia menemukan pekerjaan dan bisa membantu Ayahnya.
"Serius mau nginap disini?" tanya Gege tak percaya
"Kenapa?" tanya Yolanda yang sudah siap-siap ingin tidur.
"Sempit." jawan Gege.
"Astaga Ge, gue kira lo mau ngusir kami, ngak apa-apa keles," ujar Tari kemudian merebahkan badannya.
"Ge, lo udah jatuh cinta sama Wildan?" tanya Yolanda tiba-tiba.
"Emang kenapa?" tanya Tari
"Entahlah,gue cuma mikir,ngak mungkin Wildan luluh gitu aja. Gue ngak mau Lo sakit hati Ge," terang Yolanda dengan wajah khawatir.
"Gue udah terlanjur luluh Yol," jawab Gege dengan sedih.
"Jangan terlalu jauh Ge. Entah kenapa akhir-akhir ini, otak gue selalu bilang, lo dan Wildan ngak cocok Ge," ujar Yolanda membuat Tari langsung mengelus punggung Gege.
"Gue senang, Wildan udah ngak jahat sama lo. Tapi sekali lo dan dia main rasa,dan dia nyakitin lo, tinggalin dia," ujar Tari.
Gege menjadi resah. Yah malam ini, Tari dan Yolanda bersikeras ingin bermalam dirumah Gege.
---
Matahari di senin pagi ini membuat semua siswa siswi SMK Brata Jaya mengeluh. Bukan hanya siswa dan siswi, bahkan bu Tuti selaku guru BK juga mengeluh, melihat upacara kali ini ada banyak siswa yang tidak mengikuti upacara. "Ini bagianku lagi," keluhnya.
Matanya memicing, melihat Wildan berdiri di barisan kelas TKJ, meskipun di belakang, Wildan sangat mendominan karena tubuhnya yang tinggi. "Alhamdulillah, anak itu sadar ya Allah," bu Tuti bersyukur. Pagi ini ia tidak akan berdebat dengan Wildan.
Bruk!
Semua mata melihat ke sumber suara, ternyata Nadine wakil ketua osis pingsan. Dengan cepat Hanna Aulia wakil ketua eskul PMR dan juga merupakan gebeten dari Riziq itu berlari secepat mungkin ke arah Nadine.
Mata Gege menyepit melihat Nadine yang sedang di angkat oleh anak PMR, ah kepalanya juga terasa pusing. Pak Halimin masih saja melanjutkan amanatnya. Gege menggeleng , tiba-tiba saja tidak ada cahaya matahari yang mengenai wajahnya.
"Wildan," bisik Gege. "Ngapain?" tanya Gege dengan panik.
"Lindungi orang yang aku sayang, untuk kesenangan diri," Wildan mengedipkan satu matanya.
"Nanti ketahuan," Gege menjadi gelisah.
"Kalau kamu ribut,bakalan ketahuan," jawab Wildan dengan santai.
"Ngak enak Wil, diliatin sama orang," Gege terus berusaha mengusir Gege.
"Kita ada di belakang, kalau yang didepan liatin kita mulu, tandanya iri." Wildan terus berdiri menghadap ke Gege.
Gege memilih untuk diam. Jika terus berbicara kepada Wildan, bisa-bisa Gege akan ketahuan.
Selesai upacara, siswa dan siswi berhamburan ke kantin, tetapi tidak dengan Wildan yang mengikuti Gege. "Kenapa Wil?" tanya Gege jengah.
"Entar malam sibuk ngak?" tanya Wildan
"Iya."
"Sibuk?" tanya Wildan tidak percaya.
"Aku kerja. Ngak ada waktu buat lo," jawab Gege
"Kamu, bukan lo." Wildan mengingatkan.
"Aku temani kamu deh nanti," ujar Wildan lagi.
"Jangan!" larang Gege.
"Aku keras kepala,kamu tau itu," jawab Wildan.
"Apaansih, tuh teman-teman kamu udah ke ruang praktek TKJ."
"Duluan yah Ibu Negara,"
Gege tersenyum sendiri melihat tingkah Wildan. Tingkah yang dulunya selalu membuat Gege merasa sakit hati, kini membuat Gege selalu tersenyum. Tidak ada lagi sifat angkuh, sombong dan sifat jelek lainnya, yang ada hanya sifat lemah lembut jika bersama Gege.
---
Part ini kyaknya enggak terlalu menarik yah? Aku sengaja bikin part ini karena aku rasa tokoh Ayah Gege itu jarang muncul. Tokoh Tari ,Yolanda dan yang lainnya jarang juga muncul kecuali Basupati, Wildan dan Genaya. Makanya aku bikin part ini untuk melibatkan tokoh-tokoh lain yang ada di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildan Genaya
Teen FictionJika penderitaan yang kau liat, bukankah aku sudah cukup menderita bersamamu? Bukankah penderitaanku adalah hal kebahagiaanmu? Lantas apalagi? Hatiku sudah kau genggam terlebih ragaku yang sudah menjadi milikmu. Terima kasih atas luka dan asa yang...