Baik buruk seseorang tidak dinilai dari harta dan penampilan. Tetapi dari otak dan hatinya.---
Setelah berunding dengan anak Basupati, Wildan pamit keluar membeli minuman di indomaret.
Wildan memincingkan matanya, itu adalah motor Trisntan, anak Geng Devils . Dengan emosi yang memburu, Wildan menghampiri Tristan dan langsung menyerangnya.
"BANGSAT!" maki Tristan setelah tersungkur akibat pukulan Wildan.
Tristan memanggil anak Devils lainnya, yang berada dalam rumah. Bukannya Wildan takut, disini Wildan hanya sendiri dan siapa pula yang ingin menolongnya? Orang-orang akan berlalu-lalang tanpa menolong.
Tanpa membuang-buang waktu, Asep anak Devils langsung menghantam Wildan. Wildan tidak dapat menangkisnya. Bayangkan 5 lawan 1. Terlihat jelas bagian wajah Wildan sudah memgeluarkan darah, anak Devils yang lainnya juga sudah mendapatkan lebam.
Gege yang menggunakan motor metic miliknya itu, ternganga melihat orang yang berkelehi dipinggir jalan raya. Mata membulat, apa yang harus Gege lakukan?
Gege mendekat kearah perkelahian itu.
"POLISI!" teriaknya
Anak Devils langsung berhemburan, seperti sedang tertangkap basah menggunakan narkoba.
"CABUT," teriak Trisntan memberi intruksi.
Gege mendekati seseorang yang sudah terbaring dijalan,"Wildan..."pekiknya
Gege langsung mengambil kepala Wildan, "Astagfirullah alhazim, muka lo," Gege sangat panik,ini adalah pertama kalinya melihat Wildan babak belur begini. Eh bukan, bukan ini pertama kalinya melihat orang sebabak belur ini.
"Kenapa?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulu Wildan.
"Apanya?" tanya Gege panik, Gege memegang kening dekat tulang bajinya agar darahnya tidak keluar."Mana hp lo, gue telponin teman-teman lo, lo bisa kekurangan darah kalau kyak gini," jelasnya
"Ngak usah, gue bisa pulang sendiri," tegas Wildan.
Wildan berusaha berdiri meskipun kepalanya sangat sakit. Setelah berdiri dengan penuh, Wildan ingin berjalan tiba-tiba sebuah mobil truk melaju dengan kencang. Gege melirik mobil dan Wildan secara bergantin.
"Awas..." Gege menarik tangan Wildan hingga mereka berdua terjatuh bersama.
Posisinya, Kepala Wildan berada di kaki Gege. Kepala Gege sangat pusing, tetapi melihat Wildan semakin lemah, Gege berusaha mengambil ponsel di kantong celana.
Gege menelpon nomor Alki.
"Halo, Assalamualaikum," ujar Gege
"Gege?" tebak Alki, tentu saja Alki hafal suara Gege, Gege beberapa mimggu ini selalu ada bersama mereka hanya sekedar disuruh.
"Wildan, abis di gebukin, gue sms-in alamatnya,"
Wildan yang menahan nyeri diwajahnya hanya bisa pasrah. "Ngak cuma cantik, lo juga baik." batinnya tanpa sadar.
***
Ada yang berbeda hari ini, tidak ada lagi hinaan yang keluar di mulut Wildan. Tidak ada lagi suara Wildan yang membentak Gege untuk menyuruhnya.
Anak Basupati berjalan mendahului Wildan dan Gege. Wildan berjalan di samping Gege, hening menyelimuti mereka.
Sampai akhirnya, Gege sampai di depan kelasnya,"Gue duluanya," ujar Wildan segera pergi.
Gege mengerutkan keningnya,"Dia kenapa?" tanyanya entah kepada siapa.
"Atau dia merasa berhutang budi dengan gue?" tebak Gege
***
Jam istirahat,Wildan sudah berjalan kearah kelas Gege. Tidak heran, yang lain pikir Wildan hanya ingin menyuruh Gege tetapi, diluar dugaan. Wildan duduk di bangku Tari, "Masih banyak catatannya?" tanyanya begitu pelan, semua orang didalam kelas terlihat kebingunan.
Gege yang sedang mencatat mendongak, menoleh kearah Wildan."Nyuruh gue apa lagi?"
"Temani gue makan," Wildan menarik tangan Gege.
Sepanjang jalan ke kantin, mereka berdua menjadi pusat perhatian. Wildan memegang tangan Gege, tidak ada lagi raut wajah kesal.
Disana, sudah ada anak Basupati yang lainnya. "Cie, sama ibu negara nih," Alki senyum-senyum sendiri, ternyata temannya sudah tidak homo lagi.
"Mau pesan apa?" tanya Wildan ke Gege
"Ngak usah, kalian makan aja," Gege menolak. Gege meresa tidak enak, dipandang seolah sudah ketangkap maling.
"Bagas, nasi goreng dua." ujar Wildan ke Bagas yang hendak memesan.
Setelah masakannya datang, Gege hanya memandang makanannya saja tanpa menyuntuh.
"Kenapa ngak suka?"
Gege tersadar, "Ah? Ngak, kok."
"Mau aku suapin?" mata Gege membulat, mendengar perkataan jijik dari Wildan.
Yang sudah berisul dan tertawa.
"Ya allah, teman gue juga romantis ternyata," Gibran tertawa terbahak-bahak
"Anjay,perut gue sakit sumpah. Ngak cocok lo romantis Dan, perlu belajar sama Tenggara noh, playboy cap badak," Azriel tidak dapat menahan tawanya.
"Yaudah, gue duluan." Gege segera bejalan keluar kantin.
Wildan tidak mengejarnya. Wildan hanya bingung, apa yang salah dari perbuatannya? Ah cewek memang aneh, dasar.
Semua siswa dan siswi sudah berhamburan keluar kelas,sekaramg sudah jam pulang. Dan sekarang Gege sudah berada didepan gerbang. Hari ini, Gege tidak membawa motor, motornya dipake Chandra buat ngojek. Gege juga tidak lagi menunggu angkot, melainkan sedang menguatkan hati, matahari sangat terik dan dia harus pulang berjalan kaki.
"Semangat Nay,"ujarnya menyemangati diri. sendiri.
Belum cukup satu meter, suara motor yang bising terdengar begitu dekat dengan arahnya. Mau tidak mau Gege menoleh. Disana terlihat anak Basupati, tetapi hanya Wildan yang menghampiri Gege.
"Aku antar pulang."
---
Hello, jangan lupa tinggali jejek. Gratis loh, dapat pahala juga Gege senang, hehehehe

KAMU SEDANG MEMBACA
Wildan Genaya
Teen FictionJika penderitaan yang kau liat, bukankah aku sudah cukup menderita bersamamu? Bukankah penderitaanku adalah hal kebahagiaanmu? Lantas apalagi? Hatiku sudah kau genggam terlebih ragaku yang sudah menjadi milikmu. Terima kasih atas luka dan asa yang...