Feeling joy on someone else's existence.
THEO
Bakal gue buat kalah. Terlalu berani dan pede dia. Tapi, itu sih, yang buat gue suka.Udah 2 bulan setengah semenjak gue kenal dia. Makin kesini, gue makin hanyut.
Sebelum mulai, gue merasa ada yang getar di saku celana gue. Gue pun mengambil ponsel dari sana. Ada satu pesan masuk. Dari Steve. Oh ya, dia kok gak balik-balik, ya.
From : Steve Kmprt
Have fun, bro. Gue cabut dulu.
Gue tersenyum membaca pesan Steve. Kampret, emang.
"Yuk! Gue udah siap, nih."
Gue segera memasukkan kembali ponsel gue ke saku celana dan mendapati Ellen sedang melakukan pemanasan pada kakinya.
Gue melempar bola basket yang dari tadi gue pegang kepadanya dan langsung ia tangkap.
"Lo aja dulu," kata gue yang diakhiri dengan evil smirk.
"Oke."
Ia dengan semangatnya dribbling bola basket tersebut sambil berlari kecil. Belum lima detik, bolanya direbut. Yap, bolanya udah direbut gue, bro.
Gue sengaja. Main-main dulu, kita.
"Hey!"
"This is the way to play, Dude." Gue menahan tawa melihat dia dengan raut muka jengkel. Hahaha, kan emang gitu mainnya.
Gue dribbling bola basket di tempat dan mencoba memancingnya untuk merebut bola dari gue. Yang pastinya gak akan gue kasih dong.
Ellen mencoba untuk merebut bolanya. Karena gue tahu gue tinggi, gue memegang bolanya ke atas biar gak bisa dijangkau. Tangannya mencoba meraih bola dengan lompatan yang bisa dibilang gak tinggi.
Oke, dia lucu banget dengan mukanya yang memerah.
Bola yang gue pegang, akhirnya tersentuh oleh tangannya Ellen karena tadi gue sempet turunin dikit.
Tapi, karena tangan Ellen, bolanya kepeleset dari tangan gue dan hampir aja kena kepala Ellen kalau gue gak cepet-cepet nangkap tuh bola. Yaa, dia kaget dong refleks menutup matanya. Main basket, kok takut bola.
Selagi dia tutup mata, gue langsung berlari sambil menggiring bola yang gue tangkap tadi. Saat dia denger pantulan bola di lapangan, seketika dia langsung menoleh ke gue.
Gue melirik ke arahnya. Dia melongo liat gue jump shoot. Aduh, ngakak. Dia gak pernah nonton gue main basket apa?
"Biasa aja kali," kata gue dengan kekehan.
Dia mengedipkan matanya berkali-kali sambil mengalihkan pandangannya.
Gue berjalan ke arahnya dan berniat kasih dia bolanya. Mau liat gimana dia shooting.
"Lo biasa kalo shooting gimana?" tanya gue setelah nyodorin bolanya.
"Gue sebenarnya belom bisa shooting. Gue cuma bisa dribbling doang," jawabnya beserta cengiran.
"Aelahh, gue kira lo udah di tahap lumayan. Tapi, lo coba shooting, deh."
"Yee, gue main ginian aja baru dua atau tiga kali doang, itupun udah lama."
"Sini gue ajarin shoot," kata gue lalu mengambil alih bola dari pegangannya.
"Karena lo pendek, gue ajarin jump shoot dulu."

KAMU SEDANG MEMBACA
HE
JugendliteraturUntuk apa sebuah hubungan bila tak disertai kepercayaan? Mestinya setiap hubungan harus ada kepercayaan bukan? Untuk apa sebuah keputusan bila tak ada kepastian? Tentu akan merasakan gelisah di setiap jalannya. Hal yang selalu tak pernah diduga sus...