Dua Puluh

37 10 9
                                    

How difficult it is for me to hide this but you know easily.

AUTHOR
Seorang siswi kelas 11 IPA A melangkah melewati lorong-lorong kelas karena memang sudah waktunya istirahat pertama. Ia tidak seorang diri, ditemani teman sebangkunya berjalan ke arah kantin.

Sambil menyeruput susu stoberi yang diberikan siswa lain untuknya, mendadak langkahnya terhenti di depan kantin. Siswi dengan rambut terurai indah serta poni rata sudah tidak menikmati susu kotak yang digenggamnya lagi. Ia sedang memperhatikan seseorang yang tengah berbincang tanpa berkedip.

"Kenapa berhenti?"

"Itu siapa?" tanyanya menunjuk ke arah seseorang di sana.

"Siapa? ... Ohh, itu Theo namanya, anak kelas 12. Dia cowok yang paling idaman diantara semua cowok di sekolah deh," ucap Shinta memuji.

"Kenapa idaman?"

"Karna dia ganteng, pinter, tajir, ketua basket lagi. Oh iya, dia juga ketua OSIS tahun lalu, loh."

"Oh ya?" Senyumnya mengembang mendengar info tersebut.

Shinta mengiyakan dengan semangat.

Mereka berdua pun kembali melanjutkan langkah menuju ke kantin.

Saat melewati Theo, siswi dengan nametag "Evelyn Morgan" melirik objek yang tadi memenuhi pikirannya. Senyumnya yang manis kembali merekah. Ganteng, batin Evelyn dalam hati.

Suasana kantin sangat ricuh oleh manusia-manusia kelaparan seperti biasanya, apalagi ada murid baru yang menjadi trending topic saat ini di sekolah SMA St. Petrus—sekolah yang paling bergengsi di Jakarta. Padahal waktu penerimaan murid baru sudah lama sekali tutup. Beberapa minggu lagi sudah mau diadakan ujian akhir semester pertama pula.

"Eh, eh, itu anak baru yang gue ceritain barusan. Emang bener ya, cantik banget." Theo, Steve, dan Kiki ikut memperhatikan cewek yang diucap Davin sedari tadi saat memasuki kantin.

Evelyn duduk tidak jauh dari tempat mereka. Dari tempat mereka duduk, tepat arah jarum jam sepuluh tempat Evelyn duduk dan mulai menyantap makanannya.

Merasa diperhatikan oleh meja depan, Evelyn mengangkat kepalanya lantas tersenyum sopan—apalagi dengan adanya Theo yang ikut memperhatikan.

"Aduhh dedek, abang melelehh, nih," rengek Davin berlebihan layaknya melihat Rose Blackpink yang diidolakannya.

"Abang gak kuat, dek..."
"Mimisan jangan?"
"Nikah dini yuk, sama abang. Abang nafkahin..."

Begitulah celetukan-celetukan tiga manusia bobrok itu—Davin, Kiki, dan Steve. Tidak dengan Theo, ia hanya menertawakan kehebohan teman-temannya. Yang akhirnya mereka semua tertawa bersama.

— HE —

Semua murid bergegas meninggalkan ruang kelas termasuk Theo dan Ellen karena sudah waktunya pulang sekolah. Ellen dkk bersama Theo dkk berjalan menuruni tangga sambil bercanda ria.

Mereka semakin akrab dengan satu sama lain hingga tak terasa langkah kaki sudah mengantar mereka sampai di lantai dasar sekolah.

"Eh, gue lupa, mau pinjem buku biologi di perpus." Mendadak Theo teringat dengan buku yang harus dipinjamkannya untuk belajar ulangan semesteran dan tryout nanti.

Semua yang disana lantas menoleh ke arahnya. Ellen pun menawarkan diri, "Mau gue temenin?"

Theo terlihat berpikir sebentar dan mengingat jika Ellen sudah ada janji nongkrong dengan teman-temannya.

HE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang