I still get those stupid butterflies.
AUTHOR
Angin sore tampaknya menyambut kedua insan itu, Theo dan Ellen. Sambil berjalan pelan, sesekali mereka mengobrol dan menyeruput minuman yang sedang dipegang.Tak jauh dari mereka terdengar musik hip-hop yang sedang diputar. Disana tak sedikit orang menonton dance in public.
"Yo! Kesana, yuk!"
"Emang ada apa di sono?"
Tak menggubris pertanyaan Theo, Ellen langsung menarik Theo untuk mendekati kerumunan. Terlihat tiga laki-laki remaja yang bisa dibilang cukup keren sedang melakukan dance in public dengan lagu Korea.
"Ih, keren ya." puji Ellen yang sudah di barisan depan untuk menyaksikan penampilan ketiga remaja tersebut.
Theo melirik ke arah Ellen yang fokus dengan penampilan mereka. "Lebih kerenan gue."
"Yee, kepedean, dasar," kata Ellen tertawa.
Ellen terpikir ingin merekam penampilan tersebut dan mengambil smartphone miliknya dalam saku celananya. Lalu, menghidupkannya dan memilih ikon kamera untuk merekamnya.
Theo melihat gerakan Ellen. Dengan usil, ia mendorong smartphone milik Ellen sehingga terjatuh ke belakang. Theo dengan gerakan cepat tangan kanannya langsung menangkap smartphone-nya.
Jika tidak ditangkap dengan cepat, pasti sekarang Ellen sudah berteriak karena layarnya retak.
Mimik muka Ellen langsung berubah kaget akibat tindakan cowok disamping kirinya. Ia hanya bisa menganga ke arah Theo secara cepat.
Betapa terkejutnya Ellen saat mendapati Theo tepat di depan wajahnya dengan tangan kanan yang masih memegang smartphone miliknya. Ternyata tak hanya Ellen yang terkejut, Theo pun sama.
Selang sekitar tiga detik mereka hanya diam mematung, saling menatap. Hingga akhirnya Theo memutus kontak mata tersebut dan menegakkan badannya seperti semula. Sementara Ellen tengah mengatur napasnya.
Theo melirik smartphone Ellen yang masih menampilkan tampilan video. Kemudian, muncul ide untuk mengambil foto dengan Ellen, mengingat mereka jarang melakukan hal tersebut.
"El, sini."
Theo langsung menghadapkan kamera smartphone ke arah dirinya dan Ellen. Ellen pun nurut dan memasang gaya peace. Tak lupa juga mereka memperlihatkan minuman yang dipegang sedari tadi. Ia mengambil foto setelah sekiranya sudah siap untuk dijepret.
Hasil jepretan tadi, mereka layaknya pasangan serasi dengan senyuman. Sayangnya, mereka bukanlah sepasang kekasih. Mungkin belum? Ah, spoiler deh.
"Disita," ucap Theo setelahnya.
Ia menyita smartphone milik cewek disampingnya dan menyimpan benda pipih itu di saku celana.
"Loh. Kok gitu? Salah gue apa, coba?" protes Ellen dengan muka sewot.
"Ya banyak, dong. Masa dari bocil sampe segede gini lo gak ada salah?" jawab Theo tak mau kalah dan memainkan alisnya.
"Ihh," kesel Ellen. "Balikin HP gue! Balikin gak?"
"Kalo gue gak mau?" goda Theo yang semakin jahil.
"Gue gelitikin!" ancam Ellen dan langsung meluncurkan aksinya.
Theo yang tanpa persiapan apa-apa untuk menangkis langsung tertawa—bisa dibilang lumayan keras—karena gelitikannya. Alhasil itu mengganggu orang-orang yang sedang asik menonton penampilan di depan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE
Teen FictionUntuk apa sebuah hubungan bila tak disertai kepercayaan? Mestinya setiap hubungan harus ada kepercayaan bukan? Untuk apa sebuah keputusan bila tak ada kepastian? Tentu akan merasakan gelisah di setiap jalannya. Hal yang selalu tak pernah diduga sus...