"Oh, how I wish that it was me."
— I Wish (One Direction)
Recommended by SilviaFebrycaAUTHOR
Tempat menunggunya giliran untuk segera berbaris dalam acara karnaval, sudah dipadati manusia-manusia yang akan ikut dalam acara tersebut. Ada pula yang datang untuk melihat-lihat.Tak jauh dari jalan raya, tempat berbarisnya orang-orang yang ikut serta dalam karnaval, terlihat Theo yang air mukanya sedari tadi tak bersemangat. Bahkan, ia tidak ikut berkumpul dengan teman-temannya, ia lebih memilih duduk menyendiri.
Padahal temannya sudah mencoba untuk merayunya. Sangat tidak cocok antara kostum batik merahnya yang didesain bak kostum pangeran dengan mimik mukanya sekarang.
Tak jauh dari tempatnya duduk, tampak Davin, Kiki, dan Ellen. Mereka sedang membicarakan kostum yang dipakai orang-orang dari sekolahnya maupun dari sekolah yang lain.
Kinan dan Lia tidak ikut dalam acara kali ini. Jadi, mereka akan melihat di panggung saja, tempat dimana setiap sekolah akan menampilkan sesuatu yang menarik untuk para juri.
Sebenarnya Kiki juga tidak ikut, tetapi ia hanya datang untuk melihat-lihat.
Tak lama, terlihat Steve yang datang membawa sebotol air mineral dingin. Theo melirik ke arah mereka dari tempatnya yang tidak jauh.
Steve juga memakai kostum batik karena temanya kali ini memang batik. Ia memakai batik berwarna biru yang sudah didesain sedemikian rupa sama seperti pasangannya, Ellen.
"Nih, buat lo," ucap Steve setelah sampai di tempat temannya berkumpul sambil mengulurkan air mineral tersebut ke Ellen.
Theo tentu saja melihat hal tersebut. Ia masih dengan duduknya sambil diam-diam melihat mereka.
"Buat gue mana?" tanya Kiki dan dilanjutkan Davin dengan pertanyaan yang sama.
"Gak ada," jawab Steve singkat yang masih dengan posisinya.
"Kenapa buat gue? Lo gak minum?" tanya Ellen kali ini ke Steve.
Ellen masih tak mengambil air mineral tersebut sementara tangan Steve sudah mulai sedikit pegel.
"Udah, kok, tadi. Nih, buat lo aja."
Ellen manggut-manggut mengerti mendengar jawaban Steve.
Baru saja Ellen mengulurkan tangannya untuk mengambil air mineral itu, tapi Theo lebih dulu merebutnya dari tangan Steve.
Entah sejak kapan Theo berjalan ke sana. Rasanya seperti angin, ia tiba-tiba datang tanpa ada yang menyadari bahwa ia akan datang.
Tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya, ia langsung meminum setelah membuka segel dan tutup botolnya.
Mereka berempat yang ada di sana kaget dengan tingkah laku Theo, tak terkecuali Steve, sahabatnya.
"Yo, itu, kan, minum buat Ellen. Kenapa lo yang..."
Steve tidak lagi melanjutkan kata-katanya, ia kembali diam. Ia terlalu kaget dengan apa yang sahabatnya lakukan barusan.
Mereka juga diam, melihat Theo minum hingga kandas.
"Thanks buat minumnya. Gue haus banget tadi," alibi Theo sambil tersenyum setelah menghabiskan air tersebut.
Mereka masih saja diam memandang Theo. Tidak ada yang diantara mereka mengeluarkan satu kata pun.
"Kalo gitu, gue cabut dulu, ya."
Theo yang masih menggenggam botol kosong itu pergi menuju toilet pria. Sebelum pergi ke toilet, tak lupa ia membuang botol kosong itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
HE
Novela JuvenilUntuk apa sebuah hubungan bila tak disertai kepercayaan? Mestinya setiap hubungan harus ada kepercayaan bukan? Untuk apa sebuah keputusan bila tak ada kepastian? Tentu akan merasakan gelisah di setiap jalannya. Hal yang selalu tak pernah diduga sus...