Dua Puluh Tiga

28 7 18
                                    

You're so unpredictable, but i love it.

THEO
Sebelum gue keluar kamar, gue mengambil sebuah tas dari meja belajar gue. Tahulah, kan hari ini gue mau jalan sama Ellen ke tempat yang pasti gak bakal dia tebak.

Gue pake kaos hitam sama celana panjang aja. Kata Steve, sekarang cewek-cewek pada suka kalo cowoknya pake kaos hitam polos sama celana denim ya? Emang iya? Yaa gue sama Ellen belum jadian sih.

Buat kendaraan, gue bawa mobil biar adem dan biar bisa nyimpen barang juga.

Gue mengambil kunci mobil yang tergantung di dinding dan segera turun ke lantai satu.

"Ma, Pa, aku mau pamit keluar dulu ya," izin gue ke ortu.

Ortu gue tiap hari minggu di rumah kerjain kerjaan kantor atau kadang keluar refresing juga.  Makanya, ortu gue bisa santai nonton TV sekarang. Walaupun gitu, pasti capek juga ngurus kantor besar. Untung karyawannya pada becus semua.

"Cepet amat, Yo? Baru jam 9 lewat loh. Kamu juga cuma sarapan tadi, gak mau makan nasi dulu?" tanya mama mengalihkan pandangan matanya dari TV dan melihat gue yang sudah siap-siap mau keluar dengan tas yang gue papah sebelah bahu.

"Nanti aku makan di luar kok, Ma," jawab gue sambil mendekat bermaksud untuk menyalim.

"Ma, anak kita kan udah besar, pasti udah punya pacar juga. Jadi, gak boleh telat. Iya kan, Yo?" goda bokap gue mengangkat alisnya iseng.

"Belum jadi, Pa. Tapi, OTW kok," ucap gue cengengesan.

"Tuh kan, Ma. Apa Papa bilang, pasti udah ada nih, haha."

"Haduh, Papa. Theo harus belajar yang rajin sebelum pacaran. Kalau pacaran pun harus cari anak yang baik, yang pinter, cantik juga. Biar Mama ada temannya," jelas Mama yang diakhiri dengan tawa.

"Theo kan ganteng mirip Papanya. Pasti yang cantik juga nempel sama Theo."

"Papa sama Mama ngawur, haha. Aku mau pergi dulu," pamit gue lalu menyalim keduanya.

"Hati-hati ya, jangan buru-buru!" teriak nyokap gue sebelum gue keluar benar-benar keluar dari rumah.

"Iya, Ma!"

Gue masuk ke mobil yang sudah dikelurkan dari bagasi oleh satpam. Lalu, menaruh tas yang gue bawa di kursi belakang. Apa gue ngajak Ellen makan juga ya, sebelum pergi?

Gue menginjak pedal gas dan pergi menuju rumah Ellen. BTW, gue udah punya SIM. Jadi, lo pada jangan heran kalo kadang gue pakai mobil semau gue. Tapi, bukan berarti ini mobil gue.

Gue udah sampai di rumah Ellen karena emang gak jauh. Gue belum kasih tahu dia ya, kalo gue udah sampe. Langsung masuk aja lah biar lebih manly dikit.

Dengan mobil yang terparkir di depan rumah Ellen, gue keluar dan menyapa satpam rumahnya. Kayaknya dia udah kenal gue semenjak gue balikin hp Ellen.

"Cari Non Ellen ya?" tanyanya senang seraya membuka pagar rumah. Gue mengangguk dengan senyuman sebagai jawaban.

Gue berjalan ke pintu utama setelah sedikit berbincang dengan satpam tadi. Gue mengetuk pintu dan langsung dibuka pembantu rumahnya beberapa detik kemudian.

"Selamat pagi, Bu. Ellen-nya ada?" tanya gue saat melihatnya menatapku tanpa berkata. Gue tahu, pasti karena karisma gue kan?

"Eh, a-ada. Ayo, masuk dulu."

Kayaknya gue baru pertama kali deh ke rumah Ellen. Gue melangkah masuk dengan sopan. Harus dong.

"Ayo, duduk dulu. Saya panggilkan Non Ellen dulu," katanya dan segera naik ke lantai dua.

HE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang