Enam

154 60 107
                                    

ELLEN
"... Alangkah baiknya jika dirinya adalah-THEO!!!" Gue berteriak saat Theo membisikkan sesuatu yang gak jelas untuk kesekian kalinya, ia bermaksud mengecoh gue saat membaca cerpen, kali ini dirinya berhasil. Gue memberikan tatapan tajam, yang semoga membuatnya jera.

Dari tadi, gue udah coba tahan emosi. Dari awal sampe pertengahan, loh. Argh!! Kenapa sih, nih orang caper-cari perkara- mulu, sama gue. Seharusnya gue tendang ke luar angkasa, hipotermia di kutub Utara, hilang di samudra Antartika.

Saat gue menoleh ke depan, semua orang yang ada di kelas, melihat gue dengan... Mungkin tatapan 'yang bener lo?'

Selang beberapa detik, semua sorakan langsung menyambar.
"ECIEE, CINLOK NIH, YEE!"
"KODE, WOI, KODE!"
"KALO MAU PACARAN, JANGAN DI KELAS DONG, BAPER NIH!"
"CUIT... CUIT..."

Ha? Kok? Mereka pada ngomongin gue?

Seketika gue baru ngeh. OMAIGAT!! Kenapa harus kalimat itu!! Huaaa, gue malu banget!! Dasar, kalimat terkutuk!!!

Mata gue gak sengaja keliat Lia yang yang lagi senyum-senyum ke gue. Arghh, mana gurunya cuma geleng-geleng kepala, bukannya nenangin murid-muridnya kek.

Tahu, deh. Gue langsung permisi ke toilet. Saat gue baru mau ke luar kelas, bukannya diem, malah tambah ribut.

"CIAHH, ADA YANG SALTING!"
"PAKE MALU, LAGI. HAHAHA..!"
"JADI, INI CERITANYA, TUAN PUTRINYA SALTING, NIH?!"

Apa sih, mereka?! Kurang kerjaan banget. Gue berjalan cepat dan segera menuruni tangga untuk ke toilet yang terletak di lantai satu. Ahh, gue lama-lamain, deh.

-HE-

THEO
Ampun, deh. Gue pengen ketawa sekeras-kerasnya, hahaha. Abisnya ekspresinya itu, loh.

Gak tahu gue kena setan apaan, sampe pengen banget bikin dia kesel. Iya, kenapa, ya? Apa mungkin... Nggak, itu gak mungkin.

10 menit kemudian.

Eh, buset dah. Nih anak baru masuk, setelah 10 menit di toilet? Wah, ngapain aja, tuh?

"Makasih, pak," ucapnya setelah masuk dan dengan santainya, ia langsung menghujam gue dengan tatapan tajam.

Salah gue apa, ya, Pemirsa? Kalo soal yang tadi, gue gak merasa bersalah. Gue gak nyuruh dia buat dengerin gue ngoceh, kok. Ye, gak? Gak tahulah, gue buka topik lain aja, daripada gue sama dia perang di kelas.

"Lo kenapa lama banget tadi?" tanya gue setelah ia duduk di samping gue.

"Bukan urusan lo," ucapnya dengan, ya.. seperti biasa, ketus.

"Oh.. lo dapat panggilan alam, ya? Atau... Lo ke kantin?" tanya gue dengan kaget yang dibuat-buat.

"Ck, nggak. Bisa diem, gak?"

"Iya, diem. Baru juga mau gue ajak ngomong baek-baek," gumam gue setelah kalimat pertama.

"Apa lo bilang?"

"Oh, ini, ada gajah terbang tadi," kata gue asal.

Dianya natap gue tajam, lagi. Emang deh, hobinya kali, ya? Dasar cewek.

-HE-

ELLEN
"Sumpah, gue kesel banget, huh," ucap gue sembari menusuk-nusuk batagor di hadapan gue.

"Kasian batagornya, dia kagak salah, lo malah tusuk-tusuk," tegur Lia yang lagi menyantap batagor juga dengan nikmatnya bersama Kinan.

Ck, temennya lagi kesel, tuh dua, malah makan. Bukannya hibur kek, gitu. Temen macam apa itu? Udah ogeb, bawel, heboh, disayang gue, lagi.

"Iiih, kenapa sih, orangnya nyebelin banget?! Kalo anak gue, udah gue kurung dia di lemari tiga hari, gak gue kasih makan, minum, biar gak idup sekalian. Tapi gue boong," cerocos gue panjang lebar.

"Sadis, lo. Nih ya, dia itu mau perhatian dari lo, El. Makanya, lo jangan cuek kek, gitu." Lah, kok, sekarang malah gantian mukanya Lia yang kesel. Salah gue apa, coba?

"Ah, bodo amat, deh."

"Kalian pada ngomongin siapa, sih," tanya Kinan. Oh iya, gue lupa, Kinan kan, gak sekelas sama gue dan Lia. Males jelasin, gue.

"Lain kali aja, tahunya," kata gue yang disetujui oleh Lia dengan anggukan kepala.

"Iya, deh. Lain kali aja."

"Eh, eh, eh, itu kan Theo, El," tukas Lia heboh sendiri.

Mana? Oh iya, itu dia. Dia berjalan ke tempat duduk yang kosong. Baru juga duduk, udah dikerumuni semut-semut centil.

"Eh, itu cewek-cewek di kelas gue, loh," ucap Kinan yang ikut memperhatikan orang-orang yang di tempat duduk sana.

"Ssttt, diem-diem," perintah Lia, bermaksud untuk menguping pembicaraan mereka.

"Theo... Gue kangen..." manja cewek yang berambut ikal ala catok yang hanya dibalas dengan senyuman.

"Iya, kalo gak ada lo sama Steve, gak seru, tahu. Gak ada yang seganteng kalian di kelas."

Aihh, gue pengen muntah dengernya. Ganjen banget jadi cewek. Kalo gue jadi mereka, gue udah gak tahu lagi, muka gue mau taruh dimana.

"Berarti, itu cewek-cewek kelas 3B dong? Kelas lo, kan?" tanya Lia ke Kinan.

"Hooh, pada centil-centil, tahu, mereka semua," jawab Kinan. Gue dan Lia mengangguk, setuju.

"Emang dia terkenal banget, ya? Itu muka pas-pasan, loh," tukas gue.

"Pas-pasan dari Hongkong?!" teriak mereka berdua barengan.

"Selo dong!"

"Eh, itu muka udah bak dewa Yunani, you know?" Lia lebay, ah. Gak segitunya juga kali.

"Hooh, lo katarak ya, El?" tanya Kinan.

Tahu, deh. Males gue ngomong sama mereka. Pada lebay semua. Lagian, apa sih, bagusnya dari seorang Theo? Cakep, kagak; baek, kagak; idup, iya.

"Lo mau doain, gue katarak?" tanya gue sarkastik.

"Ya kagak, hehehe."

"Tapi, gue dukung, loh, lo sama si Theo," ujar Lia.

Gak nyambung banget, Li. Orang ngomong apa, dia ngomong apa. Btw, gue banyak dosa, ya? Ngomongin nih, dua anak mulu. Duh, tobat, El, tobat.

"Ogah, gue sama dia? Jangan mimpi."

"Ih, serius, El. Lo cocok kok, sama Theo. Suer."

"Gak usah comblangin gue, deh. Urus aja, bebeb terkasih lo," ucap gue.

Yap, Lia udah ada yang punya. Anak kuliahan, malah. Kalo Kinan, dia lagi nge-gebet cogan yang punya kafe yang lagi hits. Wah, tipe mereka dewasa semua. Kalo gue? You know lah.

"Udah ah, buruan habisin," pinta gue lalu menghabiskan batagornya.

-HE-

Annyeong yeorobun~
Gimana, guys? 😄😄
Semoga suka yaa bagian enam nya~
Sorry kalo typo🙇🙇
Tolong bantu voment-nya yakk~
Love you all~😘😘😘
Thank you~~ ^.^

HE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang