ELLEN
"Saya ada rapat sama kepala sekolah. Saya lupa kasih kalian tugas, jadi kalian jangan ribut. Davin, jaga ketenangan kelas. Saya tinggal dulu, ya," perintah Bu Ran ke kami dan Davin-sang ketua kelas, lalu pergi meninggalkan kelas."YES!!! Anak-anak, hari ini kita free class, jadi mari kita RIBUT BERSAMA!!" seru Davin dengan riangnya setelah Bu Ran pergi.
Dasar, ketua kelas gak bener. Di depan guru, sopannya minta ampun. Kalo di belakang guru, beh, jangan ditanya, udah kek toa. Tapi, kalo gak kayak gini, kan gak seru, hehehe.
Bagaikan sihir, satu kelas langsung ribut sedetik kemudian. Ada yang nyanyi, ketawa, atraksi, ngobrol, tidur, tahu deh, dan semacamnya lah. Bahkan, ada satu cewek yang langsung menutup pintu kelas, guna meredam kebisingan yang terjadi sekarang.
Tiba-tiba Lia dateng ke tempat gue dan membisikkan sesuatu yang gak gue ngerti.
"Gue gak mau ganggu kalian, jadi gue pergi dulu, bye." Lalu ia pergi dan duduk di sebelah Tika.
Kalian? Gue melihat ke sekeliling gue dan melihat Theo lagi main rubik di sebelah gue. Tahu deh, bodo amat dah. Gue ngantuk.
Mumpung lagi jam kosong, gue juga mau tidur. Udah ngantuk gue dari tadi. Selamat tidur.
10 menit kemudian... (ala-ala kartun Spongebob ya, bacanya. Wakaka)
Gue mengerutkan alis gue. Kok ada yang sentil jidat gue, ya? Tuh kan, tuh kan. Siapa, sih? Jahil amat.
"Aduh!!" Gue kali ini langsung membuka mata dan memegang jidat gue.
"Siapa, sih?" tanya gue kesal sambil bangun dari posisi sebelumnya.
"Apaan sih, lo! Ganggu orang aja, kerjaannya. Mati aja lo, sana!" marah gue yang menangkap Theo adalah pelaku kejahatan tadi.
Lah, dianya malah cengar-cengir. Kalo bisa, gue slending itu muka. Kalo bisaa, kan, gue make rok.
"Yee, masa ganteng gini, lo marahin?"
"Bodo!"
"Jutek amat, Bu?" tanya Theo.
Kesel, deh. Eh, ada Steve. Tunggu, tadi gue gak salah liat? Steve kek kasih tatapan aneh gitu ke Theo, tapi cuma sebentarrr doang. Atau... Gue yang salah liat kali, ya? Ya, mungkin gue salah.
"Eh, Steve, sohib lo, tuh. Ajarin dong, cara berteman yang baek dan bener," pinta gue.
"Iya deh, ntar gue ajarin cara menulis yang baek dan bener," kata Steve.
Kok malah nulis, sih?
"Ck, tahu deh, kalian berdua sama aja."
"Sama-sama ganteng, maksud lo?" celetuk Theo.
"Iya, puas?" tanya gue kesel.
"Ciee, ngaku," goda Steve.
"Apaan, sih, kalian? Udah ah, gue mau tidur," rengek gue.
"Yaudah, tidur aja. Gak ada yang mau ganggu macan, kok," kata Theo santai.
Gue memberikan tatapan tajam dengan sedikit percikan api ke mereka. Bohong, gak ada api, kok, gue cuma halu.
-HE-
AUTHOR
Bel sudah berbunyi tanda usai sekolah. Semua murid keluar dari kelas mereka masing-masing. Termasuk anak kelas 3 SMA."El, gue duluan, ya. Ayang beb jemput, soalnya. Hehehe," cengir Lia.
"Iya, hati-hati," pesan Ellen.

KAMU SEDANG MEMBACA
HE
Fiksi RemajaUntuk apa sebuah hubungan bila tak disertai kepercayaan? Mestinya setiap hubungan harus ada kepercayaan bukan? Untuk apa sebuah keputusan bila tak ada kepastian? Tentu akan merasakan gelisah di setiap jalannya. Hal yang selalu tak pernah diduga sus...