Running your fingers through the hair of someone you love.
AUTHOR
Ellen dan Theo sedang dalam perjalanan ke tempat yang dituju. Meskipun Ellen tidak tahu mereka akan kemana, sepertinya ia terlihat cukup senang. Sepanjang perjalanan mereka terlihat sangat akrab.Mobil itu menyusuri jalan beraspal yang membelah hutan. Semua tanaman terlihat tumbuh subur. Walau hari sudah menunjukkan tengah hari, suhu di sana tetap stabil—tidak terlalu panas—karena pohon-pohon tumbuh menjulang tinggi.
Ellen mematikan pendingin mobil dan menurunkan kaca jendela. Angin sejuk menerpa wajahnya tanpa menunggu membuat anak rambut beterbangan. Ia mengaitkan anak rambut yang sedikit menghalangi pandangan ke belakang telinganya.
Demi melihat wajah Ellen yang berseri, Theo pun ikut menurunkan kaca jendela. Menikmati angin hembusan dari jendela memang menyenangkan.
"Gue jarang banget liat hutan, apalagi disini," ujar Ellen senang.
Theo tersenyum cerah mendengar ujaran Ellen. "Gue gak sering sih, ke sini. Tapi, gue bisa kok sering-sering bawa lo ke sini."
Ellen sibuk memperhatikan sekitar perjalanan.
20 menit berlalu, mobil hitam yang dikendarai berhenti persis tiga meter dari sebuah pohon lebat oleh daun. Tempat itu seperti bukit yang tak begitu tinggi. Pemandangan di sana benar-benar indah dan tanah berselimutkan rumput menambah keasrian.
Suara cuitan burung terdengar samar. Gemeresik dedaunan karena angin sepoi pun juga terdengar. Damai dan tentram, seperti bukan Jakarta saja.
"Woah..." Kata yang pertama kali dikeluarkan Ellen saat membuka pintu mobil. Ia terkesima dengan apa yang dilihatnya.
Karena Ellen jarang bepergian bahkan di hari libur, pengalaman ini mesti amat membekas di hatinya. Hari ini hari yang indah.
Theo baru saja datang setelah mengambil barang-barang yang sudah disiapkannya sebelum menjemput Ellen. Ia sempat membeli beberapa snack dan softdrink di minimarket dekat rumahnya. Tak lupa dengan tasnya dan kain sebagai alas duduk. Hari ini ia berencana piknik kecil.
Theo membentang kain di atas permukaan rumput di bawah pohon. Lantas meletakkan tas dan makanan yang dibelinya. Kemudian duduk di atas kain serta memberi kode agar Ellen duduk di sampingnya.
"Lo bawa apa? Kok banyak banget, pake tas, lagi," tanya Ellen bersemangat.
"Gue bawa minuman sama makanan buat ngemil disini, dan... " Theo membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa buku yang akan ia pelajari disana. "Gue bawa buku buat belajar," ucapnya dengan cengiran.
Ellen seketika memandang Theo datar. Ia sudah membayangkan jika mereka akan menikmati angin sepoi-sepoi sambil bercerita dan bercanda ria, termasuk menciptakan kesan romantis. Yang benar saja, jika datang kesini hanya ingin belajar.
"Lo... Hah, dasar robot!" Ellen kehabisan kata-kata dengan cowok satu ini. Begitu gila belajar, di manapun.
Theo menawarkan makanan ringan untuk cewek di sebelahnya. Tanpa ragu Ellen langsung menerima tawarannya. Bukan hanya makanan, minuman yang dibeli Theo juga tak kalah menggiurkan.
Tidak menunggu lama, Theo segera membuka buku pelajaran dan tak lupa juga untuk memberikan Ellen buku yang sekiranya Ellen butuhkan untuk meningkatkan nilainya. Walaupun nilai Ellen sudah bagus.
Sesungguhnya Ellen sangat malas belajar jika berada di situasi sekarang ini, dengan pemandangan yang begitu indah. Bagaimana bisa ia mengabaikannya dengan lebih memilih belajar. Tapi, mau tidak mau ia juga harus mengikuti Theo belajar setelah beberapa menit memperhatikan sekitarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/172586141-288-k51572.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HE
Teen FictionUntuk apa sebuah hubungan bila tak disertai kepercayaan? Mestinya setiap hubungan harus ada kepercayaan bukan? Untuk apa sebuah keputusan bila tak ada kepastian? Tentu akan merasakan gelisah di setiap jalannya. Hal yang selalu tak pernah diduga sus...