SOULMATE.

26 5 0
                                        

Typo bertebaran!

Happy Reading 😙

Tatapan mereka terkunci. Belum ada di antara mereka yang berniat untuk mengucapkan sepatah dua patah kata untuk mengawali pembicaraan. Entah,apa yang di pikirkan mereka. Semuanya sibuk dengan fikiran nya masing-masing. Sorot mata tajam itu kembali menatap manik mata teduh milik Adelia,kakinya melangkah selangkah lebih dekat.

"Lo lupa?" Akhirnya Mahesa mengajukan sebuah pertanyaan.

"Ng-nggak Kak,saya inget kok." Katanya gugup. Entah efek apa yang di berikan Mahesa. Yang jelas ketika berada dalam jarak dekat dengannya pasti Adelia akan merasa gugup setengah mati.

Mahesa berdecak." Terus kenapa lama? Boker dulu?" Gadis itu menggeleng cepet.

Terpaan angin meyapu permukaan kulit Adelia,beberapa rambut yang terlepas dari ikatannya pun ikut menyapu halus wajah cantik itu. Adelia menghembuskan nafasnya. Dalam hati Adelia berharap,semoga Kakak kelasnya itu tidak memberikan sebuah masalah pada dirinya. Ya,Adelia sangat berharap akan itu.

Mahesa kembali berdecak. Lama menunggu jawaban dari Adelia,akhirnya Cowok tampan itu meneruskan niatnya. Mahesa mengeluarkan benda pipih dari saku celana Abu-abunya lalu mengangkatnya tinggi-tinggi. Melihat gadis itu masih menunduk Mahesa akhirnya bersuara.

"Kalo orang ngomong tatap matanya. Nggak sopan banget sih."

Adelia tersentak,namun perlahan gadis itu mengangkat kepalan-nya hendak menatap Cowok di depan-nya.  Adelia terkejut bukan main ketika melihat benda pipih dengan cassing berwarna kuning kini berada di genggaman tangan Mahesa. Dalam hati Adelia bertanya,mengapa bisa ponsel miliknya kini ada bersama Mahesa? Padahal dirinya sudah mencari kemana-mana benda yang sudah ia anggap sebagai pacarnya. Maklum sih jomblo.

Melihat ekspresi gadis di depan-nya,Mahesa tersenyum miring. Terlintas sebuah ide di dalam otaknya. Mungkin akan menyenangkan jika bermain-main terlebih dahulu.

"I-itu HP milik sa-saya Kak." Cicitnya pelan.

"Masa sih?" Mahesa berpura-pura bertanya.

Gadis dengan sorot mata teduh itu kembali menunduk. Adelia meremas ujung rok Abu-abunya. Mendadak keringat dingin turun dari pelipis nya. Selang beberapa detik Adelia kembali mengankat kepalanya. Dengan mengupulkan seluruh keberaniannyan,Adelia memberanikan dirinya untuk berucap.

"Saya mohon Kak,kembaliin HP saya." Ucapnya penuh permohonan.

Mahesa yang mendengar  itu tersenyum senang. Sesuai rencana pikirnya. Dengan senyum miring nya Mahesa memasukan satu tangannya kedalam saku celananya,sedangkan satu tangan yang lain masih setia memegang benda berwarna kuning.

"HP lo gue yang nemuin, jadi ini udah milik gue dong." Katanya dengan nada yang sangat menyebalkan bagi Adelia.

"Gue bakalan balikin HP lo."

Mendengar itu Adelia tersenyum. Tak menyangka Mahesa akan semudah itu mengembalikan benda miliknya. Namun itu tak berlangsung lama,perlahan senyum Adelia memudar setelah mendengar ucapan dari Kakak Kelasnya itu.

"Tapi ada syaratnya."

Dalam hati Adelia mendengus kesal. Sebenarnya ada apa dengan Kakak kelasnya ini? Apa Mahesa tidak punya ponsel sehingga sulit memberikan ponsel miliknya? Ah,rasanya tidak mungkin,bahkan mungkin jika mau Mahesa pasti bisa membeli pabriknya langsung.

Lantas apa alasan Mahesa? Apakah Mahesa benci terhadap Adelia? Tapi apa salahnya? Bahkan ia tak pernah merasa memiliki masalah pada Kakak kelasnya itu. Ah,mungkin kejadian beberapa minggu lalu. Benar kata orang-orang,Mahesa tipe orang pendendam,Mungkin bukan hanya itu,Cowok tampan itu juga memiliki sifat pemaksa.

SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang