Happy Reading😙
Lo harus rela jadi Babu gue!
Harus rela jadi Babu gue.
Rela jadi Babu.
Jadi Babu.
Babu.
Kalimat itu terus terngiang-ngiang fikiran nya. Seenaknya saja Mahesa memintanya jadi Babu! Hello? Kurang kerjaan banget! Lagian apa coba motifnya? Dasar sinting! Kira-kira kata-kata itu yang selalu keluar dari mulutnya ketika mengingat kejadian tadi siang.
Adelia mengacak - ancak rambutnya kasar. Menghentak-hentak tubuhnya yang kini tengah duduk di tengah kasur,tak lupa Adelia juga melempar semua bantal yang ada si sampingnya sebagai pelampiasan kekesalan nya. Ingin rasanya makam Mahesa hidup-hidup. Niatnya ingin menjauh dari orang bernama Mahesa malah kini ia harus terjerat dalam kesepakatan sialan itu. Kalau saja bukan karna ponsel miliknya Adelia pasti ogah-ogahan di suruh jadi Babu orang sinting itu.
"AAA,DASAR KAKAK KELAS SINTING,ORANG UTAN,MATI AJA LO SONO." Segala umpatan gadis itu keluarkan.
Adelia kembali melempar bantal di sampingnya kasar,hal itu bertepatan saat Arsen ingin memasuki kamar sang Adik. Saat mendengar teriakan dan kegaduha yang berasal dari kamar Adelia,Arsen memutuskan mengecek kondisi sang Adik. Tepat saat Arsen memasuki ambang pintu benda empuk berbentuk kotak itu tepat sekali mengenai wajah tampan Arsen.
Arsen mengaduh,lantas membuat Adelia segera menengok ke arah pintu. Dan benar saja ia mendapati Kakaknya yang sedang mentapa kesal. Adelia menyengir tanpa rasa bersalah. Dengan cepat Arsen mendekat pada sang Adik.
"Kamu kenapa sih Dek! Teriak - teriak nggak jelas! Terus tadi apa? Masa Kakak nggak punya salah apa-apa di timpuk?" Arsen menatapnya kesal.
"Hehe,nggak sengaja Kak." Gadis itu malah mngankat jari telunjuk dan jari tengah nya yang memghasilakn bentuk 'V'. Arsen melengos kemudian mendengus.
" Lagian Kakak ngapain sih berdiri di situ? Biasanya juga langsung masuk."
"Kakak tadi kesini mau liat keadaan kamu. Teriak - teriak nggak jelas. Kakak pikir kamu kenapa-napa,eh malah di timpuk sama kamu dasar!"
Adelia terkekeh melihat reaksi Kakaknya. Arsen duduk di tepi kasur,sementara gadis itu mendekatkan posisi duduk nya ke posisi Kakak nya duduk. Arsen menatap Adiknya. Adelia menatap balik Kakaknya.
"Kamu kenapa? Kayak kesel gitu?" Arsen bertanya.
Adelia menengerucutkan bibirnya. Kepalnya bersandar pada bahu lebar milik sang Kakak,melihat itu Arsen merangkul bahu Adelia lalu mengusapnya pelan,meyalurkan rasa sayangnya.
"Kesel,kesel,kesel." Arsen mengerutkan kedua alisnya.
"Kesel kenapa?" Arsen kembali bertanya.
"Ada orang rese!"
Adelia mengangkat kepalanya lalu metap manik mata Arsen. Arsen kembali mengerutkan kening. Mengerti ekspresi sang Kakak Adelia pun segera berucap.
"Kalo ada orang yang nggak pengen aku hidup tenang,apa orang itu benci sama aku Kak?" Tanya nya.
"Siapa Yang berani gangguin Adek Kakak? Bilang! Biar Kakak kasih pelajaran. "
"Ish Kakak,apa-apaan sih,aku kan cuma nanya!" Arsen mengusap kepala sang Adik.
"Emang gangguinnya kayak gimana?" Tanya Arsen.
"Lebih tepatnya sih bukan gangguinnya,tapi ada aja alesan dia buat ganggu ketenangan aku. Entah itu kebetulan atau sengaja."
Yah,memang benar adanya. Terhitung sudah beberapa kali Adelia berurusan dengan Mahesa. Entah itu kebetulan atau di sengaja Adelia mengutuk pertemuan itu. Bukan Adelia tak suka pada Mahesa,tapi Adelia merasa tidak nyaman jika dengan Kakak kelasnya itu. Tatapan tajam dan ucapan yang begitu dingin membuat Adelia selalu merasa gugup. Wajah tampan nya tak bisa menutupi sifat aslinya.
"Bisa jadi karna dia nggak suka kamu atau di suka kamu."
"Kayaknya kalo suka nggak mungkin deh." Jawab Adelia.
Mana mungkin Cowok semacam Mahesa suka pada dirinya. Sampe upin ipin SMA juga nggak bakal mungkin. Secara,pangeran sekolah gitu,masa iya suka sama Upik Abu seperti dirinya. Hello? Ini bukan cerita Cinderella yang menikah dengan pangeran tampan. Ini hanya cerita pangeran sekolah dengan debu-debu sekolah sepeti dirinya. Adelia menggeleng pelan.
"Kok nggak mungkin? Kamu cantik kok,wajar kalo banyak yang suka."
"Masa lah orang itu tuh pangeran sekolah Kak! Mana mau sama aku?"
Arsen tersenyum melihat sang Adik. Rasanya baru saja ia menggendong Adiknya saat menangis,tersenyum saat melihat tingkah laku Adiknya. Yah,Adiknya sudah besar. Tahu apa itu Cinta,dan Arsen harus siap melihat sang Adik tersenyum karena lelaki lain dan patah hati karna lelaki lain. Tapi Arsen berjanji ia tak akan membiarkan satu saja lelaki menyakiti hati Adik kesayangan. Sudah cukup Arsen melihat Adiknya murung di masa lalu,kini Arsen akan selalu membuat Adiknya tersenyum. Yah,Arsen janji itu.
"Cie yang lagi di deketin pangeran sekolah." Goda Arsen.
"Ih apaan sih Kak,enggak yah? Aku nggak suka sama Kak Mahesa." Kata Adelia kesal.
"Oh jadi namanya Mahesa,terus si Raffi Raffi itu kamu kemanain hm?"
"Aku nggak suka ya sama Kak Mahesa,tampang aja ganteng tapi mukanya nyeremin ih." Adelia saja bergidik ngeri saat membayang kan wajah Mahesa.
"Dan soal Raffi aku nggak pernah deket sama dia! Cuma sebatas temen kelas!" Adelia kembali melanjutkan perkataan nya.
Memang benar adanya. Hubungan Adelia dengan Raffi hanya lah sebatas teman kelas itu saja tidak lebih. Walaupun ingin lebih sih,Eh! Lagipula akhir-akhirini ia jarang mengobrol dengan Cowok manis itu,Paling-paling juga chatingan itu juga sesekali sih.
"Masa sih? Lagian kalo kamu pacaran pun Kakak nggak masalah,yang penting dia baik dan nggak akan nyakitin kamu,Kakak bakal setuju."
"Nggak ah,Delia nggak mau pacaran dulu,takut sakit hati,kayak di film-film. "
Arsen terkekeh gemas kemudian tangan terulur mengacak rambut halus milik Adelia. Adelia mendengus kesal. Polos sekali Adiknya. Dalam hati Arsen tersenyum.
"Hm,oh iya Kak. Papa sama Mama udah pulang belum ya?" Arsen mengangkat kedua bahunya.
"Cie nyariin siapa hayo?"
Keduanya menoleh ke arah pintu,dan benar saja kedua orang tua nya datang denga membawa dua kantong kesel yang Adelia yakini itu pasti snaks. Mata Adelia berbinar melihat itu kemudian berlari kecil menuju sang Mama,dengan cepat meraih kantong plastik itu. Sang Mama pun tersenyum melihat kelakuan sang anak.
"Ini buat Adelia kan Ma?" Adelia bertanya denga. mata berbinar. Tangan mengangkat 3 buah batang coklat yang tampak menggiurkan.
"Dih kata siapa? Orang buat Kak Arsen."
Gadis itu cemberut." Kak Arsen kan cowok Ma,masa makan coklat?" Sang Papa terkekeh.
"Kata siapa Cowok nggak boleh maka Coklat? Papa aja suka makan coklat. "Katanya semakin membuat Adelia kesal.
"Papa kan narsis."
Sang Mama mengusap kepala Adelia." Buat kamu semua kok." Adelia menatap berbinar.
"Beneran?" Sang Mama mengangguk.
"Kok buat Adelia semua Ma? Buat Arsen mana?"
Sang Mama melotot." Kamu kan Cowok masa iya mau makan coklat?" Adelia menjulur kan lidah sementara Arsen mendengus." Yuk sayang kebawah,Mama tadi beli Pizza. "Lalu dua perempuan itu pergi.
Sang Papa menghampiri putra nya lalu menepuk bahu putra sulungnya,kemudian berkata." Sabar ya? Perempuan emang gitu,susah di mengerti. "
Arsen menghela nafas. Melenggang keluar diikuti sang Papa yang merangkul Bahunya.
Perempuan selalu benar.
May_Lee.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE
Teen Fiction[HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU] Mode private! Setelah kelulusan SMP Adelia bertekad untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik. Gadis cantik itu akan merubah gaya berpakaiannya,dari yang seperti nerd menjadi lebih mengikuti tren. Dulu,gadis itu kerap...