SOULMATE.

25 4 0
                                    


Happy Reading 😙

                           

Disini kini mereka berada,UKS sekolah. Mereka masih saling diam,menunggu petugas UKS datang. Sebenarnya Adelia ingin bertanya tentang keadaan Cowok itu. Namun melihat kondisi Angkasa yang terlihat sedang marah,gadis mengurungkan niatnya. Adelia bangkit dari kursi. Gadis itu sempat meringis kala merasa perih di punggungnya. Dengan langkah pelan dan hati-hati Cewek itu mendekat ke Angkasa yang terlihat masih berbaring.

Menyentuh pelan kulit dingin Cowok itu. Dapat Adelia lihat bayak luka dan lebam - lebam di sekujur tubuhnya,bahkan sudut bibir Cowok itu terlihat sobek. Adelia meringis. Pasti sakit pikirnya. Angkasa masih terpejam tanpa mengeluh apapun. Namun justru itu yang membuat Adelia semakin khawatir.

"Angkasa,apa lo baik-baik aja?" Ucap Adelia. Tercetak jelas nada ke khawatiran yang gadis itu tunjukan.

Angkasa sama sekali tidak menjawab. Cowok itu masih diam. Melihat itu Adelia semakin khawatir. Gadis itu menggigit bibirnya,keringat mengalir di pelipis gadis itu. Hingga pada akhirnya Adelia memberanikan dirinya untuk mengobati Angkasa tanpa permisi. Berhubung Adelia adalah salah satu anggota PMR,jadi gadis itu bisa sedikit mengobati Cowok itu. Yah,walaupun baru pemula.

Adelia mecari - cari obat merah dan kapas. Setelah menemukan nya gadis itu bergerak mendekat,kemudian meneteskan sedikit obat merah pada kapas. Setelah selesai gadis itu megulurkan tangan nya untuk menyetuh pelipis Cowok itu yang terlihat berdarah.

Angkasa tersentak. Cowok itu refleks membuka mata kala merasa sebuah benda menyentuh pelipis nya. Cowok itu bangkit,namun meringis kala merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Adelia hendak menahan nya, namun keberanian Cewek itu belum penuh. Angkasa duduk lalu menatap Adelia datar.

"Sa-sakit ya Sa? Maaf. Gue nggak tega liat keadaan lo yang kayak gini." Masih menatap gadis di depan nya,Angkasa memajukan sedikit tubuhnya hingga kini beberapa centi lebih dekat.

"Obatin gue." Adelia mengangguk.

Gadis itu kembali mengulurkan tangan nya,karna posisi Cowok itu masih jauh alhasil Adelia kesulitan untuk mengobatinya. Melihat gadis itu kesulitan Cowok itu menunduk lalu mencondongkan kepalanya mendekat. Adelia terkejut sekaligus gugup. Jarak ini terlalu dekat baginya. Entah apa yang membuat Adelia merasa jantungnya berpompa lebih cepat.

Adelia menggigit bibirnya gugup. Namun gadis itu berusaha megobati Angkasa. Setelah semua selesai pandangan gadis itu tertuju pada sudut bibir Cowok itu yang robek. Mengobatinya pelan. Dapat Adelia dengar ringisan-ringisan kecil tak tertahan dari Cowok itu. Gadis itu menempelkan plaster di sudut bibir itu dengan telaten.

Angkasa menatap Adelia dengan tatapan yang sulit di artikan lama. Sampai pada akhirnya manik mata mereka bertemu,mereka saling melempar pandangan. Sorot mata teduh itu,entah selalu berhasil membuat Angkasa melemah.

"Aduh sorry gue telat. -Ehh." Mereka refleks menoleh pada sumber suara. Sedetik kemudian mereka langsung menjauhkan diri." Gue ganggu ya?"

Adelia menggeleng cepat. Sementara Angkasa hanya menatap datar tanpa ekspresi. Sang petugas terkekeh.

"Enggak kok. Kak Rei sama sekali nggak ganggu. Ini nggak seperti yang Kakak pikirin." Kakak kelas yang bernama Reina mengangguk.

"Eh itu udah di obatin ya? Sorry lo jadi ngobatin dia Del." Adelia mengangguk. Lalu bangkit dari kursi."Ada yang mau di obat lagi nggak." Tanya Reina.

"Punggung saya Kak." Katanya. Reina mengangguk.  Baru saja ingin mengobati Reina teringat sesuatu. Cewek cantik itu memutar badan kemudian menatap Angkasa yang masih setia memperhatikan mereka.

SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang