HwaYoung berdiri tidak tenang di rumahnya. Jeongin belum juga pulang, paldahal, sudah satu jam sejak jam seharusnya ia pulang.
HwaYoung sudah mencoba menelpon dan mengirim pesan, namun tidak ada jawaban. HwaYoung juga sudah menelpon teman temannya. Namun, kelas memang sudah usai dan teman temannya juga melihat Jeongin sudah pulang.
HwaYoung mengecek kamar Jeongin, siapa tahu adiknya itu masuk lewat jendela atau mencoba membuat prank. Tapi tidak ada tanda tanda Jeongin. HwaYoung menelpon lagi sambil duduk si kasur Jeongin. tapi ia mendengar getaran dari meja belajar Jeongin.
"Ataga anak itu gabawa hp. Aduuuh kalo kenapa napa gimana ini." HwaYoung nemenukan hp Jeongin di meja belajar.
HwaYoung langsung buru buru mengambil jaketnya dan berjalan menuju pintu depan.
Tapi, saat ia membuka pintu, ada Jeongin juga yang baru datang.
"Aaaaa Jeongin kemana aja siiiiiih! Kamu itu bikin kakak khawatir tau ga?!" HwaYoung langsung memeluk adik kesayangannya itu.
"Maaf ya ka, tadi Jeongin beli crepes kesukaan kakak dulu hehe. Tapi lepasin dong ka. Kan malu sama yang nganter Jeongin." Kata Jeongin polos.
HwaYoung melepaskan pelukannya. Mungkin kalau Jeongin tidak bilang, HwaYoung tidak akan sadar kalau ada orang lain.
Saat melihat orang itu, Mata HwaYoung sukses membulat sempurna.
"MINHO?"
Minho hanya melihat datar muka HwaYoung yang terkejut itu.
Kepanikan HwaYoung yang sudah reda karena Jeongin sudah pulang rasanya kembali lagi saat sadar kalau banyak memar dan luka yang ada di wajah Minho. HwaYoung kembali melihat Jeongin dan mengamatinya.
"Jeongin ga kenapa napa kok. Ka Minho yang nolongin Jeongin. Jeongin tadi takut pulang soalnya ada tawuran kak. Jeongin sembunyi di minimarket sampe tawurannya selesai, terus ketemu Ka Minho pas Jeongin mau pulang." Jelas Jeongin panjang lebar.
HwaYoung hanya mendengarkan Jeongin dengan seksama.
"Hmm, yaudah gue balik dulu." Minho angkat bicara.
"Ga. Lo gaboleh baik dulu. Obatin dulu muka lo itu." Cegah HwaYoung.
"Iya kak, ya sebagai tanda terima kasih udah nganterin Jeongin sampe rumah. Makasih ya kak." Kata Jeongin
"Nah, bener itu. Pokoknya obatin dulu. Gue ga jamin lo ngobatin luka lo pas sampe rumah." Oceh HwaYoung.
"Hhh, iya deh terserah." Kata Minho akhirnya.
Jeongin masuk ke kamarnya setelah membuatkan Minho minum.
"Nah, ini obatnya. Sekarang ngadep sini lu." HwaYoung duduk di sebelah Minho.
Minho hanya diam dan menurut.
"Ck, astaga. Lo ngapain ikut tawuran si Ho?" Tanya HwaYoung yang melihat pelipis dan sudut bibir Minho yang luka.
"Belain temen." Jawab Minho singkat.
"Ya tapi bikin lo bonyok gini. Merem deh, gue mau ngobatin yang di pelipis lo." Perintah HwaYoung.
Minho langsung memejamkan matanya.
HwaYoung memperhatikan muka Minho. Ternyata Minho manis juga. Matanya indah walau terpejam dengan bulu matanya yang panjang.
HwaYoung langsung menggeleng sedikit dan langsung mengobati Minho lagi.
"Udah, sekarang tinggal yang luka di sudut bibir lo." Kata HwaYoung.
Minho membuka matanya. Melihat HwaYoung yangmengobati lukanya.
HwaYoung melihat Minho yang menggerakkan mulutnya. Pasti sakit, tapi Minho mencoba menahannya.
"Gue tau sakit, bentar ya." Kata HwaYoung pelan.
Minho memperhatikan muka serius HwaYoung yang sedang mengobatinya. Beda sekali dengan sikap konyolnya saat di sekolah.
"Nah udah selesai." Kata HwaYoung
Minho hanya mengangguk.
"Ka, Jeongin mau main ke rumah Beomgyu dulu ya." Jeongin keluar dari kamar dengan pakaian santai.
"Jangan malem malem baliknya. Hp juga jangan lupa dibawa." Perintah HwaYoung.
"Astaga ka, ke sebelah doang ka." Jeongin mengeluh.
"Ya daripada kan?" HwaYoung masih tidak mau kalah.
"Iya deh. Oh ya, ka Minho sekali lagi makasih kak. Kakak santai aja disini biar ka HwaYoung gak kayak Jomblo ngenes yang kerjaannya nonton drama aja." Ledek Jeongin.
HwaYoung sudah berdiri ingin melempar bantal sofa yang ia pegang. Sedangkan Jeongin sudah kabur.
HwaYoung menoleh ke Minho. HwaYoung menjadi bengong. Bukan apa apa, ia melihat Minho yang sedang terkekeh.
Minho yang sadar sedang diperhatikan langsung diam dan memasang muka dinginnya lagi.
"Lo bisa ketawa Ho?" Tanya HwaYoung tak percaya.
"Ya bisa lah." Jawab Minho dengan muka dinginnya.
"Gua kira lo robot hahaha. Sering sering ketawa lu biar ga nakutin." HwaYoung meledek Minho
"Ck, apaan." Minho membuang muka.
"Ayo dong Hoooo." HwaYoung masih meledek Minho.
"Ga. Udah deh gua mau balik." Kata Minho akhirnya.
"Ulululu, iya iya, gue juga gamau nahan lo kok." Kata HwaYoung
"Eh iya, nih." HwaYoung memberi salep lebam untuk Minho.
"Gausah." Minho menolak.
"Udah terima aja. Lagian disini gaada yang lebam gara gara tawuran kayak lo sekarang." HwaYoung memasukkan salepnya kedalam tas Minho.
"Iyaiya." Kata Minho akhirnya.
HwaYoung mengantar Minho ke pintu gerbang dan melihat Minho menjauh dengan motornya.
😽😽😽😽😽
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Dance [Lee Know] ✓
Fanfiction"Ya lo pake otak lah." Minho "Ya mana gue tau kalo ada tangga disitu." HwaYoung Yang satu dingin, yang satu aneh, apa mereka bisa berdamai? Atau akan selalu mengibarkan bendera perang? Ayo kita baca aja supaya tau cerita mereka 😉