3

1.5K 185 2
                                    

HwaYoung keluar gerbang sekolah. Hatinya masih bimbang. Beberapa menit sebelum pulang, ia mendapat sms dari papa nya untuk bertemu.

Orang tuanya memang tidak akur. Papa nya sudah jarang sekali pulang bahkan hampir tidak pernah, tapi keduanya belum bercerai. Keduanya masih memikirkan Jeongin yang masih duduk di bangku SMP. Awal ketidak akuran itu juga terjadi saat Jeongin hendak naik kelas dua SMP.

Alasan mengapa HwaYoung tidak ingin bertemu Papanya adalah ia pernah melihat Mamanya menangis karena Papanya dan mereka berdua berusaha menutupi semuanya.

"Kak HwaYoung."

HwaYoung menoleh ke sumber suara. Ternyata Jeongin menjemputnya dan melambai dengan cengiran manis khasnya.

"Tumben Jeong nyamperin kakak?" HwaYoung menghampiri Jeongin.

"Ih kakak pura pura pasti. Kakak dapet SMS dari Papa kan?" Tanya Jeongin dengan wajah berseri.

"Hmm mm." HwaYoung mengangguk.

"Yaudah ayo. Kakak emangnya ga kangen sama Papa apa? Ayolah kak." Jeongin memohon. HwaYoung menjadi tidak tega untuk menolak.

"Aduuh dasar, iya ayo." HwaYoung mengusak kepala Jeongin.

"Yess ayo kak." Jeongin menarik tangan HwaYoung.






Dikejauhan, Minho sedang berjalan keluar dengan Hyunjin. ia melihat HwaYoung yang sedang berbicara dengan Jeongin.

Hyunjin melihat Minho dan ke arah mana Minho melihat.

"Ah, itu adiknya HwaYoung, Jeongin." Kata Hyunjin seakan mengerti apa yang ada di pikiran Minho.

"Ck, ya bodoamat." Kata Minho cuek.

"Ya siapa tau aja lo pengen tau." Hyunjin menggedikkan bahunya dan langsung jalan mengikuti Minho.















HwaYoung dan Jeongin masuk ke salah satu restoran.

"Papa!" Jeongin langsung berlari ke tempat duduk Papanya itu.

"Jeongin, apa kabar kamu nak?" Tanya Papa seraya mengusak rambut Jeongin.

"Baik Pa, Papa gimana kabarnya Pa? ko ga pulang pulang sih?" Jeongin masih bertanya.

HwaYoung duduk di sebelah Jeongin.

"Papa baik Jeong. Maaf ya, masih banyak banget yang harus Papa urusin di luar kota." Kata Papa sambil menatap mata Jeongin.

'Bohong, mau sampe kapan bohong kayak gini.' Batin HwaYoung.

"Kamu sehat Young? Gimana sekolahnya? Sekarang udah tahun akhir kan?" Sekarang Papa bertanya ke HwaYoung.

"Sehat Pa, ya gitu deh kalo masalah sekolah, nothing special." Jawab HwaYoung sambil mencoba tersenyum

"Ka HwaYoung masih sering kesiangan tuh Pa." Adu Jeongin.

"Ih, ga sering Jeong." Bela HwaYoung.

"Wah wah, kalah ya sama Jeongin?" Ledek Papanya.

Mereka lanjut makan makanan yang sudah tersedia. Jeongin makan dengan lahap sedangkan HwaYoung biasa saja. Ia malah mengkhawatirkan Jeongin yang belum tahu apa apa.

Setelah selesai, Jeongin ijin pergi ke kamar kecil.

"Pa, mau sampe kapan?" Tanya HwaYoung.

"Tergantung. Habis ini mau pulang atau..." Papa HwaYoung salah menangkap apa maksud HwaYoung.

"Sampe kapan Papa mau pura pura kalo semuanya baik baik aja?" Kata HwaYoung to the point.

Papa seperti kehabisan kata kata.

"HwaYoung bukan anak kecil lagi Pa. HwaYoung juga tau dulu Papa sama Mama berantem sampe Mama nangis. Tapi aku pura pura ga terjadi apa apa. Please, jangan bertingkah kalo kalian baik baik aja. kasian Jeongin. Dia beneran gatau apa apa Pa." HwaYoung sudah berkaca kaca.

"Young, maaf. Papa dan Mama mungkin memang sudah tidak bisa bersama lagi. Tapi kami selalu mikirin kalian."

"Aku ga masalah Pa, yang penting nanti tolong jelasin ke Jeongin pelan pelan." Pinta HwaYoung dengan sungguh sungguh.

"Apa yang harus dijelasin?" Jeongin tiba tiba sudah ada di dekat Papa dan HwaYoung.

"Papa sama Kakak nyembunyiin sesuatu ya?" Kata Jeongin curiga.

"Jeong, duduk dulu nak." Perintah Papa

Papa menjelaskan pelan pelan kepada Jeongin mengenai apa yang terjadi.

"Kakak juga tau? Jadi cuma Jeongin yang gatau?" Tanya Jeongin setelah Papa Menjelaskan. Terlihat kecewa diwajah Jeongin.

"Kakak pernah ga sengaja denger percakapan Mama sama Papa Jeong." Jelas HwaYoung.

"Hhh yaudah mau gimana lagi? Tapi nanti Jeongin mau kita ngobrol berempat, pas Mama udah pulang dari bisnisnya ya?" Pinta Jeongin.

HwaYoung dan Papa mengangguk.

Papa mengantar HwaYoung dan Jeongin pulang.

"Dadah Pah, Jeongin sayang Papa." Jeongin memeluk Papa.

"Maafin sikap HwaYoung Pa, HwaYoung sayang Papa." HwaYoung juga memeluk Papa.

"Papa sayang kalian, baik baik ya nak." Kata Papa sambil mengusak rambut anak anaknya dan kembali masuk ke mobil.



😽😽😽😽😽

Last Dance [Lee Know] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang