11

1.1K 147 19
                                    

Sidang sudah selesai. Mama dan papa HwaYoung sudah resmi bercerai. Saat palu di ketuk, rasanya ada perasaan sesak di dada HwaYoung. Jeongin yang paham apa yang kakaknya rasakan hanya bisa menggenggam tangan HwaYoung. HwaYoung haya mengangguk dan balik menggenggam tangan Jeongin.

"Sini nak, maafin Papa ya. Tenang aja, kalian tetep anak Papa sampai kapanpun." Papa memeluk HwaYoung dan Jeongin erat.

Kedua anak itu membalas pelukan Papanya. Mereka ikut Mama, sedangkan Papa akan pindah ke luar negeri.

"Jeongin, jagain Kakak sama Mama ya." Kata Papa sambil memegang pundak Jeongin.

"Iya Pa, pasti." Kata Jeongin sambil mengangguk.

"HwaYoung, kamu anak pertama, be strong ya." Papa juga memegang pundak HwaYoung.

"Hehehe, always Pa." Kata HwaYoung dengan cengirannya.

Setelah berpamitan, Mama, HwaYoung dan Jeongin pulang ke rumah.

Semuanya berjalan seperti biasa, Mama sudah kembali ke ruangan kerja dan Jeongin sedang pergi ke rumah Seungmin untuk kerja kelompok.


Hari sudah sore, tapi HwaYoung rasanya ingin keluar untuk mencari sedikit udara segar. Setelah pamit, HwaYoung keluar.

HwaYoung pergi ke minimarket yang cukup jauh dari rumahnya, sebenarnya ia hanya ingin minuman soda kaleng, tapi ia butuh perjalanan yang membuatnya relax.







Minho sedang mengendarai motornya, ia ingin ke rumah Hyunjin untuk pergi bersama membeli peralatan untuk tugas. Tapi, Minho melihat perempuan yang tidak asing di matanya. Melihat ke jalan dengan pandangan yang kosong sambil meminum sekaleng soda.

Setelah yakin itu HwaYoung, Minho mengirim pesan ke Hyunjin untuk membatalkan rencana mereka. Entah apa yang ada di pikiran Minho, tapi yang ia inginkan hanya menghibur cewek anehnya itu.

Minho mengklakson dan berhenti di depan HwaYoung. HwaYoung tersentak dan sedikit mundur.

Minho membuka helmnya dan menatap HwaYoung. Masih dengan ekspresi datar.

"Ngapain lo disini?" Tanya Minho.

"Minum? Hehe." HwaYoung menjawab dengan tawa palsu. Minho sudah mengetahuinya.

"Minum sambil bengong? Dipinggir jalan? Ga masuk akal. Di deket rumah lo juga ada minmarket kan?" Jawab Minho panjang.

HwaYoung hanya tersenyum miris.

"Keliatan ya Ho?" HwaYoung menunduk.

"Hmm, yuk ikut gue, gue gatau bisa ngehibur lo atau ngga. Ada tempat favorit gue kalo lagi punya beban."

HwaYoung menoleh, ia melihat muka Minho yang tulus dan tersenyum samar.

"Ya, kalo gamau juga gapapa sih, tapi lo pulang." Kata Minho lagi.

"Iya gue mau. Tapi jangan tempat yang aneh aneh ya, gue tinju lo kalo macem macem." Kata HwaYoung mengacungkan tinjunya.

"Dasar cewek aneh. Buruan naik, nih helmnya." Minho memberikan helmnya.

"Eh tumben bawa helmnya dua?" Tanya HwaYoung.

"Tadi gue mau beli bahan tugas ama Hyunjin, eh gajadi." Jelas Minho berbohong.

"Oooo." HwaYoung hanya ber o ria. Lalau ia memakai helm dan segera naik motor.

Yang ada di pikiran HwaYoung saat itu adalah, 'Gaada salahnya kan gue ngikutin si manusia es ini?'

Setelah lima belas menit berlalu, Minho memarkir motornya.

"Lah, ini udah gelap, lu ngapain ngajak gue wisata Ho?" Tanya HwaYoung bingung yang melihat gerbang salah satu tempat wisata di kotanya.

Di puncak tangga yang paling atas memang ada taman bunga yang setiap hari buka, tapi HwaYoung salah sangka.

"Bukan lah, ngapain gue ngajak lo liat bunga malem malem, kita ga sampe puncak juga."

"Oh iya gue tau, yaudah ayo." Akhirnya HwaYoung setuju

Mereka mulai menaiki tangga. Bukan hanya mereka, ada juga yang datang walau tidak terlalu ramai.

Minho membiarkan HwaYoung jalan duluan saat sudah ingin mencapai tempat yang ia maksud.

HwaYoung berhenti dan berjalan pelan ke pagar pembatas. Ia takjub melihat pemandangan yang ada di depannya, ia melihat kota yang penuh dengan kelap kelip lampu gedung dan kendaraan.

HwaYoung merasa senang dan tenang. Ia mengamati pemandangan itu sementara Minho masih berada di belakang HwaYoung. Memberi ruang untuk gadis itu melepas bebannya.

HwaYoung merasakan airmatanya sudah berkumpul, lama kelamaan, airmatanya menetes dan ia menangis.

Minho kaget melihat bahu HwaYoung yang terguncang, lalu ia mendekat. Minho masih tidak mengeluarkan suara. HwaYoung masih menangis dengan tangan yang menutup mukanya.

Minho mengulurkan tangannya dan menepuk nepuk punggung HwaYoung pelan.

"Keluarin aja." Kata Minho seakan akan mengerti perasaan HwaYoung.

Setelah puas, HwaYoung menghapus air matanya dan menoleh.

"Thanks Ho." HwaYoung tersenyum dengan matanya yang sembab.

Minho mengangguk dan tersenyum, ada rasa sakit melihat HwaYoung menangis.

'Makasih banget Ho.'
-HwaYoung-

'Jangan nangis lagi, gue ikutan sedih.'
-Minho-

'Sialan ini anak ngebatalin gitu aja.'
-Hyunjin-

😽😽😽😽😽

Last Dance [Lee Know] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang