27 | Maybe, I Should Forget Him

1.1K 59 0
                                    

​"Roxie?" Yocelyn hampir saja tersedak dengan minuman yang baru saja ia minum sedikit.

Jujur, ia tak menyangka akan bertemu dengan Roxie sekarang dan disini, di acara pertunangan Lily, setelah bertahun-tahun lamanya tak bertemu. Bahkan ia tak pernah mengharapkan kedatangannya dan tidak akan pernah mau untuk bertemu dengannya.

Roxie. Anak dari pengusaha tersukses di London di bidang penerbitan buku. Dia wanita yang dulu selalu mem-bully Yocelyn semasa sekolah. Yocelyn tak pernah lupa itu.

"Kenapa? Apa kau tidak suka bertemu denganku disini?" tanya Roxie dengan nada merendahkan. Sementara Yocelyn tak bisa menjawabnya. Tidak. Ia kesusahan mengeluarkan suaranya. Ia bisa yakin kalau wajahnya sekarang mulai sedikit memucat.

"Kudengar kau adalah CEO Majalah Y London. Wah, rupanya kau sudah berubah drastis, ya? Kemana perginya kacamata dan kucir kudamu itu, hm? Kau tahu? Aku sangat merindukannya," ucap Roxie sambil maju selangkah mendekati Yocelyn.

"Dia kesini tidak akan mengungkit masa lalu, kan?' Batin Yocelyn bertanya pada dirinya sendiri dengan setengah ketakutan.

Tangan Yocelyn sudah mengepal menahan amarah. Lagi-lagi ia hanya bisa berdiam diri tanpa melakukan apapun. Persis seperti dulu saat Roxie menyerangnya.

"Apa kau takut? Hm?" tanya Roxie mengejek.

"Tutup mulutmu itu, Roxie! Aku tidak ingin memunculkan masalah di acara bahagia temanku ini," desis Yocelyn tajam.

"Hm? Jadi, Lily itu adalah temanmu, ya? Hahaha. Pantas saja. Kau tahu? Aku tidak menyangka tunangan Aaron adalah wanita desa seperti Lily. Sangat disayangkan," ucap Roxie mengejek Lily.

Awalnya, Yocelyn tidak akan membahas ini dan akan langsung pergi dari sini. Tapi tiba-tia saja Roxie menyangkut pautkan Lily juga, membuat Yocelyn tak bisa tinggal diam.

Yocelyn hanya tersenyum sinis. "Ya, aku tahu. Kalian memang berbeda jauh," ucapnya yang membuat Roxie tersenyum bangga.

"Tapi apa kau tahu apa perbedaanmu dengan Lily yang lainnya?" tanya Yocelyn. "Hati kalian," ucapnya. "Bahkan gadis desa seperti Lily mempunyai hati yang baik. Berbeda dengan wanita sepertimu," lanjutnya. Entah keberanian dari mana ia mendapatkannya, tapi yang jelas terselip sedikit rasa lega saat setelah mengatakannya.

"Memangnya aku ini wanita seperti apa, hm?" tanya Roxie tajam.

"Kau adalah seluruh iblis," balas Yocelyn tak kalah tajam. "Bahkan hatimu lebih busuk dari iblis. Kau menindas yang rendah. Kau selalu merasa kaulah dewinya. Kau tahu? Bahkan seluruh sekolah yang kau anggap selalu memujamu itu, hah, mereka bahkan membicarakan kejelekanmu di sekolah. Selain itu—"

BYUR. Sebuah guyuran minuman jatuh dari atas kepala Yocelyn. Tak usah ditanya, itu pasti dari Roxie. Yocelyn hanya bisa terdiam dan menggigit bibirnya saat semua mata tertuju padanya.

"Waktu bicara sudah habis," ucap Roxie tanpa merasa bersalah.

"Yocelyn!" Suara seorang pria berseru memanggil Yocelyn. Itu suara Devian. Tapi Yocelyn tak memiliki waktu untuk senang karena itu.

Devian dan Andrew pun muncul di tempat Yocelyn dan Roxie berada. "Apa kau tidak apa-apa?" tanya Andrew.

Rasanya Yocelyn ingin tertawa pedih sekarang. Lucu sekali. Tadi Devian berseru. Tapi yang datang padanya justru Andrew. Ia pun bahkan menyerahkan jasnya untuk dibalutkan pada tubuh Yocelyn yang sudah basah karena guyuran minum Roxie. Devian, pria itu justru menghadap Roxie.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Devian tajam.

"Hah, kau bahkan mendapat dua ksatria, Yocelyn. Aku salut padamu," sindir Roxie. Namun Yocelyn mengacuhkannya.

First Love - Bachelor Love Story #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang