43 | Don't Leave Me

1.3K 71 6
                                    

Author POV

"Laki-laki ini benar-benar..." Yocelyn mengeluh sambil membawa Devian ke apartemen Devian dengan tergopoh-gopoh. Untung saja Devian tidak terlalu berat, jadi membawa Devian pulang itu tidak masalah bagi Yocelyn.

Jujur, Yocelyn sangat terkejut tadi saat ia mendapat telepon dari nomor Devian, mengatakan bahwa Devian sedang mabuk dan tak sadarkan diri di klub. Langsung saja Yocelyn melesat pergi menjemput Devian. Laki-laki ini sukses membuatnya khawatir.

"Hmmm." Devian mengerang tepat saat Yocelyn membuat Devian terjeduk tembok kamar Devian.

"Ups, maaf," ucap Yocelyn seketika sambil meringis.

"Yocelyn?" Devian menatap Yocelyn setelah Yocelyn menyalakan lampu kamar Devian.

"Iya?" Yocelyn menatap Devian balik. Detik kemudian, dia justru terkejut saat mendapati Devian yang tersenyum manis padanya. Bahkan, tangan kanan laki-laki itu terulur menyentuh pipi kiri Yocelyn, membuat jantung Yocelyn berdetak tak karuan.

Tidak! Jangan, Yocelyn! Letakkan saja Devian di kasurnya dan setelah itu pulang.

"Kau disini," ucap Devian lirih, menghentikan aktivitas Yocelyn yang hendak berjalan lagi.

"Ya, begitulah. Kau merepotkan, kau tahu itu?" ucap Yocelyn bohong.

Devian tersenyum kecil. "Maafkan aku," ucapnya.

Namun, lagi-lagi Yocelyn berusaha untuk tidak mempedulikannya. Ia berusaha melindungi dirinya agar tidak jatuh dan sakit lagi.

"Simpan saja maafmu itu, Devian," ucapnya sambil meletakkan Devian di kasurnya.

Setelah itu, Yocelyn beranjak keluar dari kamar Devian. Ia berjalan cepat menuju pintu keluar. Ia tak ingin berlama-lama disini dan membuatnya kembali jatuh pada laki-laki itu.

"Yocelyn." Tiba-tiba, tepat saat Yocelyn hendak membuka pintu, seseorang menggenggam pergelangan tangan kirinya. Tentu saja itu Devian.

"Devian, tolong lepaskan." Detak jantung Yocelyn sudah mulai tak karuan dan napasnya juga sudah mulai tidak teratur. Bagaimana bisa ia lepas dari Devian jika laki-laki itu bersikap seperti ini padanya?

"Maafkan aku, tapi aku tidak bisa," ucap Devian lirih. Yocelyn sudah hendak berkata lagi, tapi Devian sudah lebih dulu berucap, "Tolong. Tolong jangan menghindar dariku. Jangan pergi."

Apa yang dikatakan Devian itu sungguh-sungguh? Tapi kenapa? Yocelyn bertanya-tanya dalam hati.

Perlahan, Yocelyn menghadap ke belakang dan menatap Devian lekat-lekat. "Kenapa?" tanyanya lirih, namun sedikit menuntut.

Devian masih belum menjawabnya. Ia hanya menatap Yocelyn lekat-lekat dan tangan kanannya mulai terulur menyentuh pipi kanan Yocelyn. "Karena aku membutuhkanmu disini."

Walaupun cahaya di apartemen Devian cukup redup, namun ia dapat melihat dengan jelas Yocelyn mulai menitikkan air mata. Oh, tidak. Dia justru membuatnya menangis, padahal dia ingin membuat Yocelyn senang. Saat itu juga, Devian mengusap air mata Yocelyn yang jatuh.

Detik kemudian, Yocelyn merasakan Devian mulai mendekatkan kepalanya. Yocelyn tahu apa yang akan terjadi dan ia cukup mengharapkannya. Walaupun masih takut, Yocelyn tetap hanya diam di tempatnya tanpa ada perlawanan.

Astaga. Devian menciumnya. Pada awalnya terasa manis. Bahkan, ini ciuman pertama Yocelyn yang sangat manis dan tentu saja Devian laki-laki yang mencuri ciuman pertamanya.

Namun, lama-kelamaan ciuman itu menjadi lebih menuntut. Devian mendekatkan kedua badan mereka dan menggigit bibir bawah Yocelyn, membuat Yocelyn spontan membuka mulutnya. Kini Devian secara leluasa mengobrak-abrik isi mulut Yocelyn dan menari-nari dengan lidah Yocelyn di dalam.

First Love - Bachelor Love Story #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang