7 | I'm Not Crazy, Right?

2.2K 103 0
                                    

Devian tengah mencuci tangannya setelah selesai dari toilet. Ia menatap pantulan dirinya di cermin yang ada di depannya. Seketika, pikirannya kembali melayang ke beberapa menit yang lalu, saat Devian melihat Yocelyn yang sedang berjalan menuju taman parkir. Devian yakin itu adalah Yocelyn, karena ia juga tahu kalau Yocelyn ada di London.

Seketika, ia jadi teringat lagi dimana saat Yocelyn hendak kembali ke London, ia tidak bisa menemani Yocelyn seperti Lily dan Aaron yang datang ke bandara. Sekarang ia jadi merasa bersalah.

"Aku bisa mengunjunginya kapan-kapan," ucap Devian pada dirinya sendiri. Setelah itu, iapun keluar dari toilet dan menghampiri Andrew yang tengah memainkan ponselnya, seperti mengetik sesuatu.

"Tadi ada yang sedang bersamamu?" tanya Devian dengan dahi berkerut saat dia menyadari ada sebuah gelas di meja Andrew selain gelas milik Andrew.

Andrew mendongak. Dan tepat saat itu Devian jadi kebingungan saat tiba-tiba saja Andrew senyum-senyum sendiri seperti orang bodoh. "Ada apa denganmu?" tanyaku sambil duduk di tempat duduk yang sepertinya tadi diduduki orang yang minum bersama Andrew.

"Ya, tadi aku sempat bersama seorang perempuan cantik," ujar Andrew sambil masih senyum-senyum sendiri.

"Sepertinya ada yang sedang menaksir perempuan," ucapku menggoda Andrew dan Andrew terkekeh.

"Hei, maaf aku terlambat. Tadi ada operasi mendadak." Tiba-tiba Luke datang dari belakang dan kini duduk di kursi sisi lainnya.

lYa, bukan masalah. Kami baru saja akan memulai membicarakan tentang perempuan yang sedang Andrew taksir," ujar Devian.

"Benarkah?" tanya Luke dengan terkejut.

Andrew masih senyum-senyum sendiri seperti orang bodoh. "Well... sepertinya begitu," ucap Andrew.

"Okay, katakan pada kami!" seru Devian hampir tidak sabaran.

Andrew terdiam sejenak dan pikirannya seperti menjelajah ke tempat lain. "Dia... perempuan yang cantik, menyenangkan, dan juga mengesankan," ujar Andrew sambil masih senyum-senyum.

"Kurasa kau memang sudah hampir gila. Tapi maaf, teman. Aku tidak bisa menangani pasien yang mentalnya gila," ujar Luke dengan gila. Sontak, kami langsung tertawa lucu.

"Kapan pertemuan pertama kalian?" tanya Devian penasaran.

"Saat pertandingan London Lions di Milton Keynes," timpal Andrew. "Saat itu aku datang bersama manajerku dan dia datang bersama sekretarisnya yang kebetulan adalah saudara kembar dari manajerku," lanjut Andrew.

"Fate!" Tiba-tiba Devian dan Luke berseru bersamaan dan Andrew hanya terkekeh kecil.

"Lalu, selanjutnya?" tanya Luke sedikit tak sabaran. Dia ini memang laki-laki yang suka sekali dengan cerita-ceeita romansa.

"Saat itu, aku terkesan dengan dia yang memarahi Alliane, sekretarisnya yang juga saudara kembar dari Dylan, karena Alliane berbohong padanya. Saat dia marah seperti itupun, dia terlihat... seksi," ujar Andrew yang dari tadi tak pernah menghilangkan senyumnya yang seperti orang bodoh.

"Dan kau sudah langsung tertarik padanya saat itu juga?" Tebak Devian tepat sasaran. Andrew tak langsung menjawab 'iya', tapi Devian dan Luke sudah langsung tahu jawabannya, karena Andrew hanya senyum-senyum dari tadi.

"Apa pekerjaannya?" tanya Luke.

"Setahuku... dia seorang CEO," timpal Andrew.

"Kau tahu dimana rumahnya?" Kini Devian yang bertanya.

Senyum Andrew perlahan mulai luntur. Setelah itu ia menghela napasnya sedikit kasar. "Tadinya aku tahu dari Alliane dan Dylan. Tapi, baru saja tadi dia bilang kalau dia pindah rumah," ujar Andrew sedikit kecewa.

First Love - Bachelor Love Story #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang