34 | Obsession

1.3K 61 1
                                    

Multimedia : EXO - OBSESSION 🕶
————————————————————————
Andrew POV

Aku memasuki rumahku setelah memarkirkan mobil di garasi mobilku. Hari ini cukup melelahkan bagiku. Tapi sebagian besar sangat menyenangkan, karena aku dapat pergi menghabiskan waktu pagi dan siangku bersama perempuan yang kini tengah kukejar-kejar untuk mendapatkan hatinya, Yocelyn Willson.

Aku berjalan ke atas dan menuju kamar Emmet. Kubuka pintu kamarnya. Kulihat Emmet yang sudah tidur dengan selimut tebal yang menutupinya.

Bagus. Dia tidur tepat waktu, pikirku. Kemudian, aku menutup pintu kamar Emmet dan berjalan ke bawah, ke dapur hendak mengambil air mineral dari dapur dan kemudian aku meminumnya. Setelah itu, aku kembali ke ruang tengah dan menghidupkan tv sembari bersantai di sofa hitamku.

Tepat saat aku menghidupkan tv, siaran yang menayangkan gosip-gosip tentang artis-artis papan atas langsung muncul. Malam ini, siaran itu menayangkan tentang diriku. Bukan tentang film yang tengah kumainkan sekarang atau majalah yang tengah menjadikanku sampulnya, melainkan tentang hubunganku dengan Yocelyn.

Aku tersenyum saat mendengarnya sekaligus melihat siaran itu. Aku menyukainya. Sangat menyukainya.

Para media menayangkan seberapa dekatnya hubunganku dengan Yocelyn beberapa hari ini. Termasuk, ada beberapa foto saat kami berenang bersama dan makan siang hari ini. Tentu saja aku menikmati tayangan itu.

Usahaku untuk membuat semua orang tahu kalau Yocelyn dan aku sangat dekat berhasil dengan sangat baik. Tak kusangka, kegagalanku yang dulu baru sekarang membuahkan hasil yang cukup memuaskan.

Memang, para media masih menganggap aku dan Yocelyn hanya sebatas teman. Tapi aku tidak akan menyerah mengerahkan segala usahaku untuk mewujudkan apa yang kuinginkan, yaitu membuat mereka beranggapan kalau aku dan Yocelyn memiliki hubungan spesial.

Oh, aku tidak sabar dengan usahaku itu! Sungguh, Yocelyn sudah membuatku gila! Dan tentu saja aku sangat menginginkan Yocelyn untuk menjadi milikku. Itu adalah sebuah keharusan yang mutlak.
​Saat aku tengah menikmati tayangan gosip itu, tiba-tiba ponselku berdering. Setelah kulihat, ternyata Dylan yang menelepon.

"Halo?" sapaku langsung dengan senyum kebahagiaan yang masih terlukis di wajahku.

"Andrew, apa kau sudah melihat tv dan internet? Semuanya sedang ramai membicarakan hubunganmu dengan Yocelyn!" seru Dylan sedikit gusar.

"Aku tahu, aku sedang menontonnya sekarang," timpalku.

"Kau seharusnya lebih berhati-hati setelah kejadian yang lalu, kau tahu? Jangan berbuat senonoh, Andrew! Untung saja para media hanya menganggap kalian sebatas teman. Tapi, setelah terlalu parah? Aku yakin mereka akan berasumsi yang lain." Dylan mengomeliku.

Masih dengan tersenyum, dengan santai aku menimpalinya, "Biarkan saja mereka berbuat sesuka hati mereka. Bukankah itu pekerjaan reporter? Mengorek-orek informasi tentang diriku, bukankah begitu?"

Kudengar Dylan menghela napasnya di seberang. "Akan kubereskan masalah ini secepatnya, jangan khawatir," ucapnya.

"Kau tidak perlu repot-repot membereskannya untukku, Dylan," ucapku mencegah Dylan.

"Apa maksudmu?" tanya Dylan tak mengerti.

"Maksudku, mulai sekarang kau tidak perlu repot-repot mengurus masalah tentang ini. Kau cukup diam saja saat para reporter menanyakannya padamu. Biarkan mereka penasaran hingga pada saatnya nanti mereka akan berasumsi yang lain, seperti katamu tadi," terangku.

Setelah itu, aku memutus sambungan teleponku. Aku memandangi tv lagi dimana wajah Yocelyn yang difoto dari samping tengah terpampang jelas di depanku. Aku tersenyum saat melihatnya.

First Love - Bachelor Love Story #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang