44 | I'll Protect You

1.4K 67 2
                                    

Meeting Yocelyn dengan Devian sore ini rasanya tidak seperti biasanya. Bagaimana tidak? Masing-masing dari mereka duduk berhadapan di meja panjang, tapi tatapan mereka tidak bisa lepas satu sama lain. Devian menatap Yocelyn dengan nakal, sedangkan Yocelyn menatap Devian dengan geli. Bahkan, sesekali mereka tersenyum satu sama lain.

"Yocelyn!" seru Alliane dengan berbisik pada Yocelyn.

Yocelyn yang tadinya masih sama-sama terpaku dengan Devian akhirnya menoleh sedikit terkejut. "Kenapa?" tanyanya pada Alliane.

"Well, jangan kau pikir aku tidak memperhatikan semuanya, Yocelyn," bisik Alliane sedikit menggoda Yocelyn yang tentu saja membuat Yocelyn terkejut. Tentu saja Alliane memperhatikan mereka. Bahkan, bisa saja bukan hanya Alliane.

"Ada yang sedang presentasi dan kalian justru sedang saling menggoda," bisik Alliane lagi berlagak jengah.

Yocelyn sontak tercengang. "Apa? Siapa yang menggoda siapa?" Yocelyn mengelak dan kemudian berusaha fokus pada agenda meeting mereka.

Setelah dua jam, akhirnya meeting pun berakhir. Semua anggota rapat mulai keluar ruangan. Namun, kecuali Yocelyn yang sedang pura-pura merapikan kertas-kertasnya dan Devian kemudian berjalan ke samping Yocelyn.

"Hmmm, wangi." Tiba-tiba saja Devian mengendus-endus leher Yocelyn yang bebas karena rambutnya ia sanggul asal, namun tetap terlihat menawan.

"Devian!" seru Yocelyn sedikit mengerang dan menjauh dari Devian.

"Aku suka wangimu. Membuatku ketagihan," ucap Devian dengan logat yang dibuat se-sensual mungkin.

Yocelyn memutar kedua bola matanya jengah. "Baru kutahu sisimu yang seperti ini, Dev. Sungguh, kukira kau bukan laki-laki mesum tingkat kakap seperti Aaron. Ternyata, sama saja."

Devian terkekeh. "Aku juga tidak tahu kalau kau bisa menggoda laki-laki. Kukira kau gadis supel yang polos. Tapi ternyata kau juga bisa liar."

Kedua bola mata Yocelyn sukses melebar karena Devian. Ia hendak keluar, tapi tiba-tiba saja Devian mencegahnya dan mengurung Yocelyn di tembok.

"Devian, aku harus pulang. Nanti malam kita harus berangkat ke New York. Besok pernikahan Lily dan Aaron. Kita—"

Tanpa berpikir panjang, Devian langsung membungkam mulut Yocelyn dengan ciuman panasnya. Awalnya, Yocelyn cukup terkejut dengan serangan tiba-tiba itu. Namun, lama-kelamaan ia justru sama-sama menikmati ciuman panas mereka sore ini.

"Tapi, aku suka kau yang liar. Terkesan berbeda... dan seksi," ucap Devian di sela-sela ciuman mereka.

"Shut up!" seru Yocelyn yang tiba-tiba meremas rambut Devian, sehingga membuat ciuman mereka lebih dalam. Sedangkan Devian hanya mengerang dan semakin merekatkan badan mereka dengan memeluk pinggang Yocelyn.

"Kapan kalian akan berhenti? Aku lelah menunggu."

Tiba-tiba suara seseorang menginterupsi aktivitas Devian dan Yocelyn. Sontak Yocelyn langsung menghadap kearah yang berlawanan dan menundukkan kepalanya. Sementara Devian terdiam sejenak sebelum menoleh ke belakang melihat siapa yang berani-beraninya mengganggu kesenangannya ini.

"Andrew? Sejak kapan kau ada di sini?" tanya Devian sambil merapikan kemejanya dan berjalan kearah pintu dimana ada Andrew disitu.

Sementara itu, Yocelyn yang masih terdiam di tempatnya langsung terkejut. Ia pun langsung menoleh ke sumber suara dan ternyata memang benar, Andrew berdiri di ambang pintu dan tengah menatapnya dengan tatapan yang tak bisa ia artikan. Yocelyn kini hanya bisa membenahi dandanannya dengan gugup dan cukup merasa terintimidasi oleh tatapan Andrew.

"Sepertinya kalian lupa kalau aku memang ada jadwal disini sekarang," ucap Andrew dengan nada bicara yang sedikit tidak enak didengar, membuat Yocelyn sedikit meringis dalam hati. Entah kenapa ia merasa bersalah.

"Kukira masih dua hari lagi," timpal Devian yang berada di depan Andrew sambil bersandar pada meja besar belakangnya dan dengan kedua tangan masuk ke saku celananya.

"Yah, kupercepat. Karena jadwalku padat," timpal Andrew sedikit ketus. "Jadi... sepertinya aku mengganggu kalian, ya," ucapnya lagi sambil memandang Yocelyn yang tengah berdiri gelisah di belakang meja.

"Apa aku mengganggumu, Yocelyn?" Tiba-tiba Andrew bertanya pada Yocelyn saat Devian hendak menjawab perkataan Andrew yang tadi. Tentu saja Yocelyn terkejut.

Yocelyn mendongak menatap Andrew dengan sedikit takut. Apalagi sekarang Andrew tengah menatapnya dengan tajam. "Tidak," jawabnya singkat.

"Kukira ruang pemotretan dan pas baju bukan disini." Tiba-tiba Devian menginterupsi. Namun, belum ada jawaban dari Andrew. Ia justru masih menatap Yocelyn sangat lama. Seakan-akan menyadarinya, Devian bergeser sehingga Yocelyn tertutup oleh badannya.

"Yah, aku tahu bukan disini. Sepertinya aku datang di waktu yang salah," ucap Andrew kemudian.

"Mungkin." Devian mengendikkan bahunya.

Andrew maju beberapa langkah mendekati Devian. Kemudian, ia berbisij, "Nikmati saja dulu kesenanganmu yang singkat ini, Dev. Karena itu tidak akan bertahan lama. Kita lihat saja nanti siapa yang berhak mendapatkan Yocelyn. Tapi aku yakin akan bisa mendapatkannya. Karena tidak ada yang bisa menghentikanku."

Seketika, Devian langsung geram dibuatnya. Kedua tangannya bahkan mengepal kuat hingga buku-buku tangannya terlihat putih. Namun ia tak ingin menjawab Andrew.

"Aku permisi dulu." Andrew berpamitan dan juga tentu saja menatap Yocelyn dulu selama beberapa detik. Setelah itu, ia menghilang dari sana.

Suasana menjadi hening sejenak. Devian menghela napasnya kecil, kemudian ia menoleh ke belakang. Ia mendapati Yocelyn yang berdiri gelisah dengan kepala tertunduk. Ia pun menghampirinya.

"Hei." Devian mengangkat dagu Yocelyn pelan dengan jari telunjuknya. "Ada apa?" tanyanya. Namun, Yocelyn tak menjawabnya. Ia hanya menggelengkan kepalanya kecil.

"Ya sudah, ayo, kuantar pulang. Kita harus bersiap-siap untuk besok," ucap Devian dan kembali ditanggapi Yocelyn dengan hanya menganggukkan kepalanya.

***

Malam itu, di sepanjang perjalanan terasa cukup sunyi. Hanya ada suara mesin yang halus dan volume radio yang sangat kecil. Tidak ada satu pun dari mereka yang angkat bicara.

Baru saja Devian dan Yocelyn mengambil barang-barang mereka. Untung saja Yocelyn sudah menyiapkan semuanya jauh-jauh hari, jadi ia hanya perlu mengambilnya saja dan sekarang mereka tengah menuju bandara untuk naik jet pribadi yang sudah dikirim Aaron sendiri.

Setelah sampai di bandara, mereka langsung dipandu oleh beberapa pengawal menuju jet pribadi yang dimaksud. Dan sekarang, disini lah mereka. Di sebuah jet yang desain interiornya terbilang sangat mewah. Yah, jangan ditanya berapa yang Aaron habiskan hanya untuk ini semua.

"Kau baik-baik saja?" tanya Devian pada Yocelyn di sampingnya.

"Ya," timpal Yocelyn singkat.

"Aku tidak yakin," balas Devian. Namun, Yocelyn hanya terdiam dan memalingkan wajahnya menuju jendela.

"Kau memikirkan yang tadi?" tanya Devian tepat sasaran dan lagi-lagi Yocelyn tidak menjawab. Devian mengasumsikan itu berarti jawaban 'iya'.

"Lihat aku, Yoce," ucap Devian sambil menarik pelan dagu Yocelyn dengan jari telunjuknya. Kini, mereka bertatap-tatapan.

"Tidak usah dipikirkan, oke?" Devian meyakinkan Yocelyn sambil tersenyum manis.

"Tapi, bagaimana kalu ia berbuat sesuatu yang jahat padamu?" Yocelyn menunjukkan kekhawatirannya.

Devian menggeleng. "Tidak akan. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku," ucapnya. "Kau hanya perlu percaya padaku, Yoce. Mulai detik ini, aku sudah berjanji pada diriku sendiri. Aku akan selalu melindungimu."
——————————————————————————
Tbc.
Friday, 21 February 2020

Devian kenapa sihhhhhh😭😭

First Love - Bachelor Love Story #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang