54 | Heroes in Action pt 1

1.2K 61 0
                                    

PERHATIAN! 🔞
—————————————————————————

"Apa yang kau lakukan? Kenapa belum tidur juga?" Tanya Aaron sambil melewati Devian yang sedang serius dengan ponselnya dengan dahi berkerut. Sementara Aaron menuju rak minum mengambil Skotch favoritnya.

"Melancarkan rencana terakhir," timpal Devian singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

"Istirahatlah dulu, kawan," ucap Aaron pada Devian yang masih fokus dengan ponselnya dan duduk di salah satu kursi jet pribadi milik Aaron dengan tatapan yang kini tak bisa diartikan. Sementara Aaron baru saja menemani Lily tidur. Ia tadinya ingin tidur bersama istrinya. Tapi, ia merasa Devian sedang membutuhkan teman untuk bicara malam ini.

"Kau duluan saja tidak apa-apa. Jangan khawatirkan aku," ucap Devian. Aaron tahu sebenarnya Devian lelah setelah seharian mengurus banyak hal mengenai Keluarga Chayton dan masih banyak hal lagi.

Aaron duduk berseberangan dengan Devian. Ia baru saja mengambil botol Skotch dan kemudian menuangkan ke gelas mereka.

"Aku takut kau akan menjadi gila, kau tahu?" ucap Aaron setelah meminum Skotch-nya sekali teguk.

"Apa maksudmu?" Tanya Devian yang kemudian juga mengambil Skotch-nya.

"Seberapa berarti Yocelyn bagimu?" Aaron justru balas bertanya.

Devian terdiam sejenak. Ia meletakkan ponselnya di kursi sampingnya dan kemudian menatap nanar ke luar jendela.

"Perasaan ini... rasanya campur aduk," ucap Devian. "Aku lupa kapan aku merasakan perasaan ini. Tapi, yang jelas setelah aku bertemu Yocelyn dan kemudian kita jadi semakin dekat, aku merasa hidup ini bukan hanya tentang hitam dan putih. Aku tidak tahu harus mengatakannya seperti apa. Kalau aku kehilangan dirinya, rasanya aku seperti akan mati karena kehilangan kehidupanku."

"Itulah cinta, bodoh!" seru Aaron geli.

"Dia sangat berarti bagiku, Aaron. Bahkan, akan kuberikan hidup dan matiku hanya untuknya." Devian tak main-main dengan perkataannya dan Aaron tahu itu dari sorot mata Devian yang seperti memancarkan bara api.

***

Perlahan namun pasti, sosok perempuan itu membuka kelopak matanya walaupun kepalanya masih terasa pening. Penglihatannya masih sedikit kabur, tapi ia sangat tahu kalau sekarang ia sedang berada di ruangan yang gelap. Ia tidak tahu pasti apa yang terjadi sebelum ini. Namun, yang ia ingat ia hanya masuk ke rumah Andrew dan tiba-tiba saja semuanya gelap. Kini, ia justru terbaring di sebuah kasur yang tak cukup besar dengan keadaan kedua tangannya diikat di tiang ranjang atasnya dan begitu pula kakinya serta mulutnya ditutup rapat oleh solasi tebal.

Yocelyn ingin menangis. Ia menggeliat di kasur, berusaha melepaskan ikatan di kedua tangannya. Namun apa daya. Semua usaha itu sia-sia karena ikatannya sangat kuat. Luruh sudah air matanya. Ia menangis terisak. Dalam hati ia menyebut nama Devian. Sebagian dari dirinya berharap Devian ada disampingnya sekarang, namun dirinya yang lain berharap untuk Devian tidak datang kesini karena takut apa yang akan dilakukan Andrew nanti.

Tiba-tiba saja terdengar suara deritan pintu. Yocelyn menoleh dan kemudian mendapati Andrew yang datang sambil membawa nampan makanan. Kemudian, di belakangnya juga tampak seorang perempuan yang membawa nampan cukup besar berisikan baskom berisi air panas dengan asap yang masih terlihat mengepul.

"Rupanya kau sudah bangun. Timing-nya tepat sekali," ucap Andrew dengan nada ceria seperti tanpa rasa bersalah. "Perkenalkan, dia pembantuku untuk sementara yang akan mengurusmu sementara disini ketika aku tidak ada," lanjut Andrew. Setelah diperkenalkan, perempuan itu pun pergi.

First Love - Bachelor Love Story #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang