39 | What a Day

1.1K 57 0
                                    

Author POV

Sungguh hari yang sangat aneh! Setidaknya itulah yang selalu Yocelyn ucapkan dalam hatinya dari tadi, tepatnya sejak ia dan dua laki-laki tadi meninggalkan apartemennya hingga sekarang mereka berada di salah satu taman bermain terbesar di London. Ya, mau tak mau Yocelyn harus pergi bersama Andrew dan Devian, karena dua laki-laki itu sama-sama mengajaknya pergi.

"Awas!"

Tiba-tiba Devian berteriak sambil menarik Yocelyn mendekat. Yocelyn baru sadar dari lamunannya. Kalau saja Devian tidak menariknya, mungkin saat ini ia harus dibawa ke klinik karena luka tertabrak sepeda.

"Terima kasih," ucap Yocelyn.

"Apa yang kau pikirkan, hm? Sampai jalan saja tidak memperhatikan sekitar," balas Devian yang menyiratkan sebuah kekhawatiran.

Itu gara-gara kau, bodoh! Yocelyn mengumpat dalam hati. Tapi, dari luar ia hanya menanggapi Devian dengan senyuman bodohnya.

"Hei, kalian!" Terdengar Andrew berteriak dari belakang mereka. "Ada apa?" tanya Andrew sesaat setelah ia berdiri di depan Devian dan Yocelyn.

"Kenapa kau lama sekali? Padahal hanya beli 3 soda dan 3 hot dog," gerutu Devian.

"Terima kasih kembali," timpal Andrew tidak menanggapi gerutuan Devian.

"Kukira kalian berteman," ucap Yocelyn menyuarakan isi kepalanya.

"Apa maksudmu?" tanya Andrew.
​"Well, aku rasa kalian teman. Melihat dulu kalin begitu akrab. Tapi, sekarang kalian terlihat seperti anjing dan kucing," timpal Yocelyn membicarakan masa lampau.

"Aku rasa aku dan Andrew tidak pernah terlihat sangat akrab," ucap Devian sedikit ketus.

"Oh, jadi sekarang kau baru berani mengatakannya?!" seru Andrew sambil tersenyum miring.

"Sudah, hentikan!" seru Yocelyn. "Kita nikmati saja hari ini tanpa ada perdebatan apa pun itu. Lagipula, kalian memperdebatkan apa pun itu aku juga tidak tahu dan tidak mau tahu," lanjut Yocelyn sambil berjalan meninggalkan Andrew dan Devian. Sementara itu, Andrew dan Devian hanya saling melempar tatapan saling membunuh.

***

Tak terasa sudah tiga jam mereka menghabiskan waktu bersama dengan menyenangkan. Ralat, dengan Andrew dan Devian yang sama-sama mencari perhatian Yocelyn. Sementara Yocelyn harus meneriaki mereka agar mereka bisa diam.

"Akhirnya, kita makan juga. Cacing-cacing di perutku sudah berteriak minta diberi gizi," keluh Yocelyn saat mereka sudah berada di kedai ayam yang ada di taman bermain itu.

"Kau mau pesan apa? Traktiran ada padaku sekarang," ucap Andrew manis pada Yocelyn.

"Sudah kubayar." Devian yang entah datang dari mana berbicara dengan mantap dan langsung duduk di samping Yocelyn. "Kecuali kau. Kau bisa bayar sendiri, kan?" lanjut Devian sambil menatap Andrew.

Awalnya, Andrew menatap Devian dengan tatapan tak percayanya sekaligus kesal. Tapi kemudian ia pun langsung beranjak untuk memesan makanan.

"Devian, seharusnya kau tidak seperti itu," ucap Yocelyn sedikit kesal.

"Apanya yang seperti itu?" tanya Devian polos.

Yocelyn menghela nafasnya sambil memutar kedua bola matanya dan kemudian berkata, "Devian, kau tahu apa maksudku. Jangan sok polos."

Devian menatap Yocelyn sejenak. "Oke, fine. Aku kalah. Maaf," ucap Devian. "Tapi, kan, dia bisa bayar sendiri. Dia seorang artis papan atas, bukan?" lanjutnya masih kesal. Sementara Yocelyn hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Devian yang seharian ini memang beda dari biasanya.

First Love - Bachelor Love Story #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang