BinHwan (Hanbin X Jinhwan)
BNior (JB/Jaebum X Jinyoung)
iKon
GOT7
GS
Buku lanjutan dari Young Daddy. Masih dengan seluruh kegemasan dan keseruan para ayah muda bersama balita mereka.
Tiba waktunya kembali ke Seoul. Seluruh keperluan telah dipersiapkan. Baju sudah di-packing, oleh-oleh terbungkus rapi, termasuk tiket kereta dan bekal makan di perjalanan juga telah disiapkan, namun sejak pagi Daniel mendadak demam. Badannya panas, rewel, dan dia juga terus-menerus menangis. Jinyoung, Jaebum, bahkan orang tua Jinyoung sudah bergantian menggendong balita tersebut tapi Daniel tak kunjung mau diam.
"Mungkin dia kecapekan," ujar ayah Jinyoung. "Dia terus jalan-jalan selama di sini."
"Mungkin..." desis putrinya, sembari menimang Daniel yang tak berhenti tersedu-sedu.
"Niel mau minum susu?" tanya Jinyoung pada anak semata wayang. Daniel menggelengkan kepala.
"Sedikit saja ya. Kau belum makan apapun dari bangun tidur. Minum susu ya?" sang ibu mencoba membujuk, namun malah mendapat balasan tangisan keras.
"Huweee!"
"Ne, ne, Niel tidak mau minum susu. Gwaenchana, Mommy tidak akan memaksamu. Cup cup cup~ mianhe~" Jinyoung menimang buah hatinya lebih keras, mengusap punggung kecil anak itu.
"Mommy...!" Daniel merengek, meletakkan kepala di dada ibunya, dapat dirasakan Jinyoung panas tubuh balita tersebut belum berkurang sama sekali.
"Haruskah kita membawanya ke dokter?" Jinyoung bertanya pada Jaebum yang muncul di pintu, baru kembali dari membeli fever pack di minimarket.
"Tidak perlu," jawab Jaebum sembari membuka satu perekat gel penurun demam dan mencoba memakaikan pada Daniel yang berontak. "Tunggu dulu sampai dia mau makan dan tidur, kalau panasnya tidak turun setelah itu baru ke dokter."
"Ani! Ani!" di sisi lain Daniel menolak dipakaikan fever pack oleh ayahnya. Dengan tinju kecil yang lemah dia menepis dan memukuli tangan Jaebum, tangisannya mengeras, disembunyikan di dada Jinyoung.
"Aniya~ Daddy cuma mau menempelkan obat di keningmu. Ini tidak sakit," bujuk sang ibu.
"Ani! Ani! Ani! Huwaaa!" Daniel masih berontak, memeluk kuat dada Jinyoung dan menyembunyikan wajahnya sambil kedua kaki menendang-nendang membuat gadis itu kewalahan menggendong dia.
Jinyoung berjalan mendekati sofa, perlahan mendudukkan diri meski hal tersebut berimbas juga pada anaknya. Daniel menuntut untuk digendong sambil berdiri. Dia tidak mau dipangku sambil duduk. Maka begitu tahu ibunya duduk, balita itu makin rewel.
"Mommy! Mommy!" Daniel menarik-narik baju Jinyoung, memintanya kembali berdiri tapi wanita muda hanya menghela napas. Dengan lembut ia mencoba membawa si kecil ke pelukan lagi.
"Niel sakit ya? Badan Niel rasanya sakit semua? Niel pusing?" bisik Jinyoung teduh sembari mengusap kedua pipi anaknya yang bercucuran air mata.
"Mommy...!" Daniel masih sesenggukan.
"Gwaenchana, setelah Niel bobok nanti Niel akan lebih baik. Hm?"
Jaebum meletakkan fever pack ke atas meja lalu mengulurkan tangan untuk meraih Daniel dari pangkuan ibunya. Pemuda tinggi berjalan ke arah beranda dan membuka pintu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kau mau membawanya keluar? Di luar berangin, dia bisa makin sakit nanti," tegur ibu Jinyoung tapi Jaebum tidak menjawab. Ia menutup pintu, menimang Daniel di beranda sambil menikmati hembusan angin sepoi.
"Daniel gerah," ujar Jinyoung. "Ia merasa badannya panas dan gerah. Sedikit angin dan udara sejuk akan membuatnya tenang dan Jaebum bisa membujuk dia untuk tidur, Eomma. Tidak apa-apa." Gadis itu tersenyum.
"Tapi Daniel juga bisa tambah masuk angin nanti." Ibu Jinyoung masih kurang sependapat.
"Jaebum dokter, dia tahu apa yang dia lakukan." Sementara putrinya terus mencoba untuk menenangkan.
Lima menit kemudian pintu beranda terbuka dan Jaebum melangkah masuk dengan Daniel yang sudah berhenti menangis di gendongannya.
"Daddy..." bocah tersebut mulai merengek lagi ketika hembusan sejuk angin menghilang tiba-tiba.
Jaebum membiarkan pintu sedikit terbuka dan berdiri di dekatnya. Ia menimang serta menepuk pelan punggung Daniel ditemani semilir angin yang masuk dari celah pintu. Pemuda tersebut menoleh pada sang istri.
"Fever pack," pinta Jaebum hanya dengan gerakan mulut tanpa suara. Jinyoung yang langsung paham segera mengambil fever pack dari meja dan mendekati suaminya. Dengan hati-hati ia menempelkan gel biru itu di kening Daniel yang mulai mengantuk dibantu Jaebum.
"Buatkan susu," ujar Jaebum dibalas anggukan oleh Jinyoung.
Daniel sudah menutup mata ketika dot susu dimasukkan ke dalam mulutnya. Balita itu sempat menolak namun dot karet kembali menyusup di antara kedua bibir, meneteskan susu hangat, dan tanpa sadar Daniel mulai mengenyotnya. Bersamaan, Jaebum serta Jinyoung menghela napas lega ketika melihat balita dua tahun akhirnya mau minum susu dan tertidur.
"Kau sudah membatalkan tiketnya?" tanya Jaebum masih berdiri seraya memegang botol susu yang tengah diminum Daniel.
"Aku sudah mengganti jadwal keberangkatan," jawab Jinyoung.
"Oke." Sang suami mengangguk.
"Aku harap Jinhwan tidak menunggu karena aku bilang kita akan kembali hari ini," desis Jinyoung merasa bersalah.
"Mereka sudah sibuk liburan sendiri, jangan cemaskan mereka." Jaebum terkekeh membuat istrinya tersenyum. . . . Get well soon, Niel-ah