Day Break (1)

984 197 44
                                        

(Time skip)

"Junie-ya~" suara Jinhwan memanggil lembut setelah mengetuk dan membuka pintu kamar anaknya. Pemuda enam belas tahun nampak masih berbaring di tempat tidur, berselimut hanya di bagian perut dengan kedua kaki panjang melebar memenuhi permukaan ranjang.

"Ayo sarapan," ajak sang ibu seraya mendekati jendela dan menyibakkan kain tirai. Terdengar Junhoe mengeluh, menggeliat di kasur, lalu memiringkan badan. Tangannya terulur meraba-raba meja nakas meraih ponsel dan melepas kabel charger. Junhoe menyalakan layar sejenak kemudian memadamkannya lagi dan meletakkan ponsel kembali ke meja.

"Mama..." Suara pemuda itu parau.

"Hm?" Sahut Jinhwan yang memeriksa seragam Junhoe di gantungan baju.

"Junie tidak masuk hari ini," desis anak berambut hitam. "Day break for mental health."

Jinhwan terdiam sebentar, namun kemudian menyunggingkan senyum. Ia mendekati putra semata wayang dan mengusap kepalanya.

"Ne," ujar sang ibu. "Mau dimasakkan sesuatu?"

"Omelette. Daun bawangnya yang banyak."

"Ne~ kau perlu ke kamar mandi tidak? Papa katanya mules tuh," ujar Jinhwan sembari berjalan ke arah pintu lalu menutupnya kembali.
.
.
"Junhoe mana?" Tanya Hanbin ketika keluar dari kamar mandi dan hanya melihat istrinya di dapur padahal tadi bilang mau membangunkan anak mereka.

"Dia tidak sekolah hari ini," jawab Jinhwan meniriskan omelette dari teflon.

"Wae? Dia sakit?" Hanbin terkejut.

Wanita mungil menggeleng. "Day break."

"Ah~ dia mau menggunakannya sekarang?" Hanbin menganggukkan kepala paham.

"Apa dia ada masalah di sekolah? Haruskah aku bertanya pada teman-temannya?" Jinhwan nampak khawatir.

"Tidak perlu." Hanbin beranjak menuju ruang tengah tempat telpon berada. "Dia sedang banyak tugas dan deadline. Dia pasti cuma mau istirahat."

Pria tinggi meraih gagang telpon untuk menghubungi sekolah anaknya.

"Halo? Saya Kim Hanbin, ayah Kim Junhoe kelas 1-C. Saya ingin memberitahu kalau hari ini anak saya tidak bisa masuk sekolah, tolong sampaikan ke wali kelasnya. Ne, dia akan masuk lagi besok. Ah tidak, dia hanya perlu istirahat sebentar. Ne, terima kasih." Hanbin meletakkan telpon sejenak lalu kembali mengangkatnya, kali ini dia menghubungi rumah Daniel.

"Halo, Niel-ah? Junie tidak masuk sekolah hari ini. Dia menggunakan day break-nya. Jadi kau tidak perlu menunggunya turun, langsung berangkat saja. Eoh, hati-hati di jalan~"

"Sudah telpon sekolahnya?" Jinhwan yang mendadak muncul membuat Hanbin terjengat.

"Eoh."

"Ayo makan," ajak sang istri.

"Junhoe sudah datang?" Hanbin merangkul bahu wanita mungil.

"Sudah."
.
.
"Kau kenapa, Buddy?" Tanya Jaebum heran melihat Daniel duduk diam di sofa ruang tengah dengan wajah gamang. Seragam sekolah sudah melekat di badannya, tas ada di dekat kaki, dan nampak sekali ia telah siap untuk berangkat. Tapi kenapa mukanya murung begitu?

"Junie tidak sekolah hari ini," desis Daniel membuat ayahnya ber-oh paham.

"Dia sakit?"

Daniel menggeleng. "Day break."

"Lalu, kau mau tidak sekolah juga?" Pria bermata sipit menawarkan, karena tahu anaknya terlalu dekat dengan anak Hanbin sampai seperti saudara kandung. Jika ada Junhoe maka akan ada Daniel. Jika Junhoe absen, Daniel juga tidak akan betah lama-lama sendirian tanpa dia.

Young Daddy #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang