Gift🎀 (1)

1.3K 234 42
                                    

[Time skip]

"Mama, Junie main sama Niel!" Teriak Junhoe usai memakai sepatu di beranda dan langsung membuka pintu lalu melesat tanpa mendengar jawaban 'Ne!' ibunya.

"Anak itu, ckckck," decak Hanbin yang sedang membersihkan lensa kamera di depan televisi. "Di sini ada Papanya tapi yang dipamiti cuma Mamanya. Dasar pilih kasih." Ia merengut.

"Tentu saja pilih kasih," suara Jinhwan terdengar dari belakang membuat suaminya menoleh.

"Kita cuma hidup bertiga, Baby. Dan Junie tidak ada saudara. Junie hanya punya kita. Seharusnya dia bisa membagi cintanya sama rata!" tuntut sang ayah.

"Dia tidak butuh membagi cinta sama rata kalau minta ongkos busway sebulan cuma diberi lima puluh ribu." Jawaban Jinhwan serasa menohok suaminya hingga ulu hati.

"Junie...memberitahumu...?" desis Hanbin.

"Sampai kapan kau mau bersikap seolah-olah kau tidak pernah muda, hah?" Mata sipit Jinhwan melotot. "Lima puluh ribu mana cukup untuk anak itu ongkos busway? Ke sekolah saja dia masih kekurangan, belum lagi kalau diajak main teman-temannya. Kau mau Junhoe jalan kaki sementara teman-temannya naik bus?" wanita mungil mengomel.

"Mian..." Hanbin menunduk.

"Junhoe bisa mengatur uang lebih bagus dari yang kita bayangkan. Dia tak pernah mengutak-atik jatah transport karena dia sendiri sadar dia banyak main dan selalu menggunakan e-money-nya. Aku lihat dia juga tidak akan jajan kalau memang uang sakunya habis atau masuk tabungan. Anak itu bisa diandalkan untuk urusan uang tidak seperti seseorang yang malah membuang-buang duit membeli album satu set!"

Hanbin tertohok dua kali.

"Kalau sampai minggu depan album itu tidak menjadi uang, aku akan membakarnya," desis Jinhwan penuh ancaman membuat pria lebih muda memucat.

"N-ne..."
.
.
"Apa tidak terlalu awal membuat fans good?" tanya Junhoe saat bus yang ia naiki bersama Daniel berhenti di depan sebuah mall. Hari ini mereka ada rencana melakukan survey tentang aksesoris serta pernak-pernik yang biasa diproduksi fansite untuk dijual ke para penggemar.

"Mommy bilang tidak apa-apa merencanakannya jauh-jauh hari. 'Kan nanti kita masih membuat konsep, mencari produsen, menunggu produksi barang selesai, memikirkan distribusi, packing, mengurus worldwide shipment, dan lain-lain. Jadi tidak masalah kalau mencicil mulai dari sekarang," jelas Daniel.

"Wah, Mamamu hebat sekali bisa memikirkan sampai sejauh itu," gumam Junhoe kagum.

"Mommy 'kan penjual juga." Daniel tersenyum bangga. "Untuk kaos fandom, Mommy sudah ada langganan produsen. Tinggal barang-barang selain itu yang kita cari infonya." Pemuda sipit memeriksa catatan di buku note yang ia bawa.

"Kipas, cup holder, gantungan kunci akrilik, photo card, post card, poster, passport case, polaroid photo, tumblr...banyaknyaaa!" Daniel kaget sendiri. "Dimana kita bisa menemukan produsen barang sebanyak ini?"

Junhoe berdecak. "Yang penting cari dulu." Dia merangkul pundak sahabatnya lantas membawa pemuda tersebut berjalan masuk ke dalam mall yang ramai.
.
.
"Junie-ya, kau mau membuat photo book tidak?" tanya Daniel ketika mereka sedang istirahat setelah berkeliling mencari barang-barang serupa di list dan menanyakan info tentang distributor ataupun produsennya pada para penjual.

"Itu mahal," desis Junhoe.

"Tidak mau buat?" Daniel bertanya lagi.

"Nanti saja setelah proyek ini selesai. Uangnya dipakai membuat photo book. Atau sekalian nunggu akhir tahun, kita bikin season greeting."

Young Daddy #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang