Thunder⚡

966 233 41
                                    

Daniel sedang bermain sendirian di ruang duduk rumah orang tua Jinyoung. Ibunya membantu sang nenek memasak dan ayahnya tengah dikursus kakek cara memancing yang baik serta benar sebab sejak kemarin Jaebum tak pernah bisa dapat ikan dikarenakan dia kesulitan memasang umpan cacing. Bagaimana bisa pemuda itu memancing jika sama cacing saja geli dan berteriak setiap kali akan memegangnya? Laki-laki payah memang.

Blitz! Sebuah cahaya terang memancar dari arah luar ruangan mengagetkan Daniel. Balita itu menoleh ke jendela. Merasa penasaran. Ia mengalihkan pandangan ke pintu ruangan.

"Mommy," dan memanggil lirih ibunya, dalam hati merasa takut juga untuk memeriksa cahaya apa barusan.

Samar terdengar suara gemuruh yang asalnya dari atas. Daniel ganti mendongak dan bangkit berdiri.

"Apa itu?" Ia menunjuk ke langit-langit rumah.

Balita dua tahun masih mendongakkan kepala penuh rasa ingin tahu dan mendadak kilat memancar lagi dari balik kaca jendela. Kali ini tanpa ragu Daniel beranjak meninggalkan mainannya untuk memeriksa asal dari cahaya barusan.

"Ampu? Ampu imana?" Daniel mencari lampu yang ia pikir baru saja menerangi halaman rumah.

"Hoo? Ampu itu? Itu?" Bocah tersebut menunjuk-nunjuk pada pepohonan berjajar.

Gruduk gruduk gruduk! Gemuruh petir yang mengikuti kilat terdengar makin keras kembali membuat Daniel mendongak ke atas.

"Mowe (mwohae/apa itu)?" Balita kecil makin penasaran.

Blitz! Kilat memancar sangat terang sekarang.

JDEEER! Diikuti suara petir keras yang mengejutkan Daniel hingga ia terlonjak di tempatnya berdiri.

"HUWAAAAA!" Jeritan langsung melengking luar biasa keras. "MOMMYYY! MOMMYYY!"

"Niel-ah!" Sosok Jaebum yang muncul di ruang duduk, segera meraih anaknya yang menangis histeris ke dalam pelukan.

"Sshh...sudah sudah. Ada Daddy di sini, cup cup cup~" Jaebum memeluk erat buah hatinya, menyembunyikan tubuh kecil dan sepasang telinga mungilnya ketika petir kembali terdengar menyambar. Dapat Jaebum rasakan bagaimana badan Daniel terjengat kaget mendengar suara keras petir seiring tangisannya yang makin tak terkendali.

"DADDYYY! HUWAAA! DADDYYY!" Daniel mencengkeram erat kain baju Jaebum.

"Daniel...!" Jinyoung datang dari arah dapur, mendekati suaminya yang sedang menimang anak mereka lalu mengusap-usap punggung si kecil yang tersedu-sedu.

"Dia kaget karena suara petir," desis Jaebum. Istrinya mengangguk.

Untuk beberapa saat petir kembali menyambar beberapa kali hingga kemudian turunlah hujan deras.
.
.
"Niel mau melihat hujan?" Pertanyaan Jaebum dibalas gelengan oleh balita yang beringsut menyembunyikan wajahnya di dada sang ayah. Pemuda itu terkekeh.

"Gwaenchana, sudah tidak ada petir," hibur Jaebum. "Lihat, hujannya sangat deras dan pohon-pohon jadi basah. Bunga-bunganya basah." Ia membawa buah hatinya mendekati jendela. Daniel merengek, masih merasa trauma akan petir.

"Hei, tidak apa-apa~" Jaebum tetap mencoba mengajak anaknya mengakhiri perasaan takut itu. "Lihat, Daddy menangkap hujan. Hap hap hap!"

Daniel menoleh, melihat tangan ayahnya menjadi basah sebab bermain di bawah guyuran air deras.

"Wuih Niel-ah, ada kodok yang datang. Itu di sana! Annyeong, Kodok~" Jaebum menunjuk ke arah pepohonan dan kali ini dengan penasaran Daniel mengikuti ucapannya.

"Odok?" Balita itu mengulurkan tangan menunjuk seekor kodok yang duduk diam di dekat pohon.

"Ne, itu kodok." Jaebum mencipratkan air dari tangannya ke wajah Daniel. "Tung~"

Daniel yang terkejut reflek menutupkan tangan ke wajahnya. Ia mulai terkekeh.

"Daddy..." Balita itu balik menyentuh muka Jaebum namun sang ayah mengelak.

"Aniya, Niel tidak bisa memegang Daddy. Tapi Daddy akan memegangmu. Tung~" Jaebum mencolek ujung hidung putranya dengan telunjuk basah kembali membuat Daniel terkekeh.

"Aaa~ Daddy~"

Di dekat mereka, ada Jinyoung beserta kedua orang tuanya yang mengulum senyum memperhatikan interaksi ayah dan anak tersebut.

Di dekat mereka, ada Jinyoung beserta kedua orang tuanya yang mengulum senyum memperhatikan interaksi ayah dan anak tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Akut (takut)...etin (petir)..."

"Tung Daddy~"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tung Daddy~"
.
.
.
Apa FF ini wow banget sampai sanggup ngasih inspirasi ke org lain dan bikin mereka membuat konten yang mirip?
Kalau iya, tolong kabari Myka
Kasih tau Myka kalau emang FF ini bisa memberi manfaat
Jangan langsung niru, karena akan memberi kesan yang berbeda

I can deal with ghost-reader but not imitator, please be cooperated

Kalo Myka udah jengkel, jangan tanya kenapa nanti ada cerita-cerita yang hilang
Biar sekalian aja gak ada yang nyama2in FF mereka, biar mereka jadi the only one
It okay, Myka bisa buat cerita lagi yang lain.

Young Daddy #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang