37. Ayah

388 50 0
                                    

Jungkook menunggu kehadiran ayahnya. Sudah setengah jam ia menunggu di restoran ini, namun batang hidungnya tak terlihat.

Apa ia lupa? Batin Jungkook bertanya-tanya. Jungkook akhirnya memesan minumannya yang kedua dan makanan karena ia mulai lapar. Tak biasanya ayahnya seperti ini.

"Ini pesanannya, Tuan." Ucap pelayan yang diangguki Jungkook. Jungkook mengetikkan pesan pada ayahnya yang tak kunjung tiba, kemudian mulai menyantap makanannya.

Lima belas menit berlalu, namun ayahnya juga tak kunjung datang. Jungkook menyesap minumannya dan baru saja akan menelpon Simon sang ayah.

"Kamu datang lebih cepat dari dugaanku." Ujar Simon membuat dahinya berkerut. Ia mengecek ponselnya, memastikan ia datang pada jam yang tepat. "Disini tertulis pukul sembilan malam tepat. Ayah terlambat empat puluh lima menit." Simon mengerjapkan matanya ketika melihat ke arah ponsel Jungkook yang menampilkan roomchat mereka. "Ah, benarkah? Maafkan aku. Typo adalah tindakan manusiawi, bukan? Lagipula aku sudah tua, wajar saja melakukan kesalahan."

Yaps. Orangtua selalu benar. Batin Jungkook jengkel.

"Baiklah. Apa yang akan kita bicarakan?" Jungkook memulai topik. Simon terkekeh, "Jelas saja tentang ulahmu, Nak." Simon berdeham, meminta pelayan mencatat pesanannya sebelum akhirnya kembali fokus pada Jungkook. "Apa kamu masih ingin bernyanyi untuk fansmu? Apa kamu masih memikirkan masa depanmu? Apa kamu masih mencintai hidupmu? Sebanyak apa uang yang telah kau dapatkan sehingga kamu merasa cukup dan membuat skandal untuk mengakhiri karirmu?"

Jungkook menghela nafas, sudah menebak apa yang akan ayahnya katakan. "Ayah, aku mencintai pekerjaanku. Tapi, itu bukan berarti hakku dibatasi."

"Kamu terlalu naif, nak." Simon berkomentar yang dibalas Jungkook dengan senyuman. "Begitupun dengan Ayah. Ayah juga terlalu naif." Simon menaikkan alisnya, meminta penjelasan.

"Pernahkah Ayah berpikir apa saja hakku yang telah ayah renggut? Kebebasanku untuk bergaul. Waktuku untuk beristirahat. Kesempatanku bersama ibu. Dan sekarang, aku tak berhak mencintai seseorang. Aku tak tahu kakek orang yang seperti apa. Tapi, Ayah jelas sudah memaksakan diri terlalu banyak hingga harus mengorbankan orang yang Ayah cintai. Dan sekarang, Ayah ingin aku melakukan kesalahan yang sama dengan Ayah?" Jungkook memberi penjelasan. Simon tak bereaksi, menunggu apa yang akan Jungkook katakan berikutnya.

"Ayah, andai Ayah tidak bekerja sekeras itu, mungkin ibu masih ada di sisi Ayah. Mungkin jika Ayah tidak memaksakan Rapmonster memulai karirnya, ibu akan tetap mendukung Ayah. Jungkook paham apa yang ibu inginkan. Ibu hanya ingin menggertak Ayah, berharap Ayah akan menolak dan memperbaiki diri agar keluarga kita kembali seperti semula. Namun, ia salah. Ayah justru mengiyakan dan menjadikan kami budak untuk Ayah dengan alasan mengembangkan talenta yang kami punya. Ibu hanya ingin Ayah seperti dulu dan jikapun kami bekerja, tidak sampai membuat kami kehilangan masa remaja kami. Apa Ayah gak capek dengan semuanya? Apa yang sebenarnya Ayah cari?" Mata Jungkook mulai berair, sedangkan Simon hanya menatapnya datar. Simon menghembuskan nafasnya kasar, membuka satu rahasia yang membuat Jungkook merasa lehernya tercekik. "Aku membutuhkan dana. Ibumu melahirkan gadis kecilku namun sayangnya itu membuatnya hampir kehilangan nyawa. Ketika ia sudah stabil, aku akan membawa kalian kembali bersamanya."

Apa yang pria tua ini pikirkan?

Sehun

Om, Dineka minta Om datang ke rs sekarang. Tante sakit. Dineka bilang, kalo Om gak dateng dia gak mau anggap Om sebagai ayahnya lagi. Ini lokasinya.

_Sehun sharing the location_

Pesan dari Sehun cukup membuatnya terkejut. Ia tak menyangka ternyata selain mempunyai hubungan dengan Asyiela, ternyata Sehun juga memiliki hubungan dengan putrinya yang lain. Ia menghela nafasnya, segera bergegas untuk pergi. Namun, ponselnya kembali berbunyi.

Suga

Ayah, bisa ke mall Y gak sekarang? Kita mau bikin video klarifikasi buat masalahnya Syiela. Ditunggu ya, Yah!

Oh Tuhan, mengapa kedua putrinya membutuhkannya disaat yang bersamaan?

Mari pikirkan. Apabila ia ke tempat Dineka sekarang, ia belum tentu sempat untuk ikut membuat video klarifikasi untuk Asyiela. Sedangkan jika ia membuat video klarifikasi lebih dulu, sepertinya akan sempat untuk pergi ke rumah sakit tempat istrinya dirawat.

Ia mengetikkan pesan untuk Sehun dan Suga.

Sehun

Oke Sehun

Bilang ke Dineka ayah bakalan ke sana satu jam lagi.

Suga

Oke, nak

Ayah kesana sekarang

Dengan begini, tak ada yang terlewatkan olehnya, kan?

Sehun membaca balasan dari Ayah Asyiela dan ia masih sedikit tak percaya. Asyiela dan Dineka memiliki ayah yang sama?

Oke, kesampingkan hal itu. Sebaiknya Sehun segera menyampaikan balasan tersebut pada Dineka.

"Ka, katanya sejam lagi bakal datang." Sehun berujar membuat Dineka yang duduk mendongak menatapnya. "Tidak bisakah ia datang lebih cepat lagi?" Dineka memelas pada Sehun, tapi Sehun malah mengelus puncak kepalanya, meyakinkan bahwa Dineka tak perlu takut. Ada dirinya dan keluarganya disini, minus Tao tentunya.

Papa Sehun datang, melihat Dineka yang sudah ia anggap anak sendiri masih saja murung. Ia membawakan sebungkus cokelat untuk 'anak gadisnya' tersebut. Dineka yang melihat kedatangan Papa Sehun tersenyum perih.

"Neka sayang, ini Papa bawain kesukaan kamu." Dineka tersenyum menerima pemberian Papa Sehun. Papa Sehun mengacak rambutnya, "Kamu nungguin siapa, sayang?" Dineka menunduk, "Ayah." Lirihnya pelan namun masih dapat di dengar oleh Papa Sehun. Sehun sendiri menyimak, duduk di sebelah kiri Dineka sedangkan sang Papa duduk di kanannya.

Papa Sehun menarik Dineka ke pelukannya. Paham gadis itu sedang menginginkan perhatian kecil dari ayahnya. "Neka udah minta ke ayah buat datang?" Neka mengangguk terpatah. "Ayah kamu pasti datang, kok. Jangan takut, ya. Sekarang, biar Papa yang gantiin ayah kamu sementara ya."

Dineka membalas pelukan Papa Sehun, mulai menangis kembali. Rasanya perih. Ia ingin mendapatkan ini dari ayahnya yang asli. Ia ingin ditenangkan seperti ini, layaknya anak perempuan lainnya yang masih memiliki ayah.

Ah, apa ia benar-benar memiliki sosok 'Ayah'?

Dineka mengeratkan pelukannya dengan tangisannya yang semakin menjadi. Papa Sehun mengecup puncak kepala gadis itu dan mengelus rambutnya untuk menenangkan Dineka. Memberikan keyakinan pada Dineka bahwa ayahnya akan datang.

Dineka kembali berandai.

Andai saja ia benar-benar bagian dari keluarga Sehun, Dineka pasti benar-benar bahagia.

Roleplay: Take Me To Your Real Life [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang