Rencananya, Jungkook akan menemui Asyiela dirumahnya hari ini. Namun hidup memang tak komplit apabila ekspektasi selalu sesuai dengan realita. Keinginannya untuk menemui Asyiela harus ditunda karena manajer Blackpink ingin bicara empat mata dengannya.
Ini sangat penting. Kita bertemu di alamat ini, ya. Ruang VIP yang tertutup karena ini benar-benar rahasia.
Jungkook menghela nafas. Serahasia apa sih sampai harus menyewa tempat VIP yang tertutup seperti ini? Belum lagi manajer itu malah datang terlambat. Jujur saja, Jungkook sedikit takut. Apalagi topik mengenai gay alias homo kini sepertinya meluas. Bahkan ia sempat melihat di toilet sebuah restoran ada pasangan homo yang berciuman mesra.
Mengingatnya saja membuat Jungkook merasa jijik. Bukan apa, ia lelaki normal. Wajar, kan?
"Ah, apakah kamu telah menunggu lama?" Tanya sang manajer membuat Jungkook mengangguk. Astaga, ia sudah menunggu selama setengah jam! Ia jadi teringat ketika ayahnya meminta bertemu beberapa waktu lalu. Apa semua orang yang berumur memang sudah sewajarnya terlambat?
Melihat anggukan Jungkook membuat sang manajer terkekeh. "Maafkan aku."
Tak lama, dua porsi steak dengan jus jeruk terhidang di hadapan keduanya. "Silahkan dimakan." Ajak sang manajer ketika si pelayan telah pergi. Jungkook jadi bergidik sendiri, membayangkan hal yang tidak-tidak. "Ruangan ini memang biasa dipakai sekertaris dengan bosnya untuk melakukan hal-hal seperti itu. Atau yah sejenisnya. Tapi, tenanglah. Aku tak akan berbuat seperti itu padamu."
Penjelasan si manajer justru membuat Jungkook makin merinding. Pria dihadapannya ini tidak homo, kan?
"Jadi, aku dengar Lisa menembakmu beberapa hari lalu?" Tanya si manajer membuat Jungkook mengangguk.
Jadi, hal penting yang super rahasia dan harus dibicarakan di tempat tertutup itu ini? Batin Jungkook malas. Tapi, sebenarnya tidak salah juga sih. Bisa saja di ruangan terbuka seseorang merekam pembicaraan ini kemudian menjadikannya skandal baru. Jujur saja, Jungkook sudah benar-benar gemas pada pemberitaan awak media yang akhir-akhir ini tampaknya benar-benar menaruh fokus kepada dirinya.
Lihatlah ulah mereka. Kalau mereka tidak kepo pasti dirinya masih bisa bersama Asyielanya dengan damai. Bukan putus dan harus melakukan ini-itu seperti ini.
Jungkook mulai memakan makanan di hadapannya karena aromanya mengundang perutnya untuk berbunyi. Ia lapar. Persetan dengan hal-hal negatif yang muncul. Akan lebih memalukan apabila perutnya berbunyi padahal ada makanan yang bisa ia makan untuk mendamaikan perutnya yang keroncongan.
"Sebenarnya aku yang menyuruhnya seperti itu. Kau tahu? Untuk menimbulkan skandal baru agar pemberitaanmu dengan gadis SMA itu lebih cepat dilupakan."
"Ah, begitukah? Baiklah. Aku mengerti." Jungkook membalas penjelasan dari si manajer itu. Tak lama setelah Jungkook mengatakan itu, terdengar suara sambungan telpon di tutup. Manajer itu bernafas lega, menyenderkan tubuhnya pada kursi sembari menutup mata sebentar. Jungkook menatapnya heran, ada apa sebenarnya?
Si manajer menyuruh Jungkook yang masih mengunyah daging steak itu mendekat, membisikkan sesuatu. "Sebenarnya penjelasanku tadi hanya bohongan."
Pria itu menunjukkan sambungan telpon tadi. Ternyata dari tadi Lisa mendengarkan. Yah, Jungkook dapat memahami hal yang terjadi. "Dia malu karena sudah menembakku dan ku tolak?" Si manajer mengangguk, memotong kembali daging di hadapannya. "Ia sebenarnya ingin mencari perhatian kakakmu melalui dirimu." Jungkook mengernyit, "Taehyung?"
Anggukan si manajer membuat Jungkook jadi terfikirkan sesuatu. Ia memiliki ide yang bagus untuk pasangan yang gagal move on padahal dulu masih friendzone itu.
"Aku punya tawaran bagus."
"Ah, benarkah?"
Jungkook mengangguk semangat, "Taehyung juga masih memikirkan Lisa." Si manajer terperangah. "Apa? Astaga! Jika saingannya adalah hyungmu aku tak akan menang!"
Tunggu. Apa? Batin Jungkook sedikit kurang mengerti situasi ini.
"Aku sungguh menyayangi Lisa sebagaimana aku menyayangi putri kecilku sendiri. Aku belum siap untuk menerima kenyataan bahwa Lisa akan berpacaran. Oh, Tuhan. Sungguh aku belum sanggup kehilangan putriku." Celoteh si manajer membuat Jungkook merasa aneh.
Oh. Jadi kena fatherzone? Batin Jungkook bertanya. Astaga, kenapa banyak sekali orang yang menyukai Asyiela versi judes itu?
Menit-menit selanjutnya dihabiskan dengan curhatan manajer Blackpink itu mengenai Lisa yang menurutnya adalah 'putri kecil'-nya.
Jam menunjukkan pukul satu siang. Artinya, sudah empat jam lamanya Jungkook menemani segala curhatan kegalauan manajer Blackpink di hadapannya. Ia menyenderkan tubuhnya di kemudi, beristirahat sejenak sebelum menuju rumah Asyiela.
Tunggu. Ada getaran di saku celananya.
Kenapa perasaannya tidak enak, ya?
Ia mengambil ponsel di saku celananya, melihat notifikasi telpon tersebut. Orang tersebut tak lain dan tak bukan adalah ayahnya sendiri. Berdecak, akhirnya jemarinya menggeser layar untuk menjawab telpon tersebut.
"Yah, Kook lagi libur." Keluhnya dengan nada kesal yang kentara. "Ya, aku tau tapi--" ucapan ayahnya terpotong oleh omelan ibunya yang terdengar, "Yang tegas dong jadi ayah! Ga mau tau ih sayaaang kalo mereka ga dateng aku ngambek!"
Walau hanya terdengar samar, mendengarnya membuat Jungkook merasa ayah dan ibunya masih seperti anak SMA kasmaran. "I-iya sayang. Kook, intinya ke apartemen sekarang. Taehyung dan Rapmonster sudah menunggumu. Bawa mereka ke rumah sakit untuk menemui Ibu."
Sambungan terputus. Jungkook hanya tertunduk pasrah. Baiklah, mungkin ia akan mengunjungi rumah Asyiela besok saja. Semoga besok berjalan lancar.
Ya, semoga
To be continued....
Heyho!
Apa kabar nih?
Gimana part ini? Suka, gak?
Jan lupa vote dan komennya cintaku♡♡♡
*edited 10 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Roleplay: Take Me To Your Real Life [ Completed ]
Fanfic[ Completed ] Jeon Jungkook Fanfiction | Lizkook Asyiela Lalisa sama seperti gadis remaja kebanyakan, juga memiliki artis pria tampan yang ia kagumi seperti gadis lainnya. Kehidupannya berubah ketika satu persatu kejadian masa lalu menyeretnya dalam...