42. Pemikiran

344 48 0
                                    

"Siapa namanya?"

"Aleyna Yilmaz, Kook."

"E-eh? Siapa? Aleyna apa?" Jungkook kebingungan dengan nama terakhir adiknya. "Aleyna Yilmaz." Ibunya menekankan kata Yilmaz membuat Jungkook mengangguk-angguk. Ia menatap adik perempuan dalam gendongannya itu gemas. Kata Ibu, Aleyna telah berumur dua tahun lebih. Berarti, dua tahun lebih pula lamanya ayah menyembunyikan ini semua dari mereka.

"Kenapa namanya ribet, Bu?" Jungkook kembali bertanya membuat Yumi terkekeh, "Yah, ibu waktu hamil dia demen banget nonton sinetron Turki. Yaudah ibu cari nama Turki buat dia." Jungkook kembali mengangguk-angguk. Aleyna mencubit pipi Jungkook gemas, membuat Jungkook terkekeh. Ekspresi Aleyna benar-benar menggemaskan. "Aley gemes sama oppa ya? Oppa juga gemes sama Aley." Jungkook mengecup pipi adiknya.

"Tuyun." Pinta Aleyna yang masih belajar bicara. Jungkook mengernyit tak mengerti dan memiringkan kepalanya. "Tuyul? Aley bisa liat tuyul?" Aleyna memiringkan kepala meniru Jungkook dengan bingung, "Uyul?" Jungkook semakin memiringkan kepalanya, "Aley mau bilang apa?" Aleyna mencoba memiringkan kepalanya lagi tapi ia justru hampir terjatuh. Syukur Jungkook dapat dengan sigap menahan gadis kecil itu.

"Tuyuuuuuuun." Rengek Aleyna membuat oppanya keheranan. Sedangkan Aleyna sudah mulai menangis. "Buuuu ini gimanaaa." Yumi menggelengkan kepalanya. "Dia minta turun, Kook." Jungkook membulatkan mulutnya, kemudian menurunkan gadis kecil itu. Aleyna segera berlari ke arah ibunya seakan sedang mengadu.

"Bu." Yumi yang sedang menenangkan Aleyna menoleh. "Sejak kapan ibu sakit?" Yumi tersenyum. "Sejak ngelahirin putri kecil Ibu. Kenapa?"

"Ayah yang minta, ya?"

Yumi menggeleng. "Ayah memang minta kembali. Tapi, soal Aleyna, Ibu yang minta. Ibu pengen banget dapat anak perempuan." Jungkook kembali bertanya, "Ibu ga takut melahirkan diumur segitu?" Yumi lagi-lagi menggeleng. "Umur udah ada yang ngatur, Sayang. Ibu yakin aja gitu kali ini bakal dapat cewek. Eh, bener."

Jungkook melihat Aleyna yang mulai menguap, tersenyum kecil. "Ayah gak ngelarang?" Yumi mengangguk, ia masih ingat bagaimana respon Simon ketika ia meminta anak lagi. "Ayah kamu nolak habis-habisan. Dia takut kehilangan Ibu lagi. Tapi Ibu ngotot." Jungkook menaikkan alisnya, "Jadi akhirnya dia mau?" Ibu menggeleng. "Sengaja Ibu bikin Ayah kamu khilaf jadi ga pake pengaman."

Jungkook baru menyadari ternyata ibunya itu memiliki sifat yang sama seperti Taehyung.

Jungkook terdiam sebentar, "Bagi Ibu, Ayah tuh gimana?" Yumi tersenyum, mengingat segala kenangannya dengan Simon. "Ayah kamu tuh bakal lakuin apapun buat Ibu. Ga peduli sama penolakan Ibu, dia tetep berusaha dapetin Ibu. Dia selalu nolong Ibu walau Ibu cuek sama dia." Jungkook kembali bertanya, "Pas Ayah setuju Ibu minta cerai, perasaan Ibu gimana?" Yumi sedikit tersentak, tak menyangka Jungkook akan menanyakan hal itu. Ia terkekeh sesaat sebelum menjawab. "Ibu kira, Ayah bakal nolak buat cerai karena Ibu ingat betapa susahnya dia dapetin Ibu. Ibu kira, semua permintaan Ibu bakalan selalu dikabulkan. Tapi, ternyata Ibu salah." Jungkook menyimak, Yumi terdiam sebentar. Dadanya terasa sesak setiap kali mengingat permintaan bodohnya itu. "Tujuan Ayah memang baik. Dia mau kamu sama hyung kamu asah bakat kalian dengan baik agar dapat berhasil. Tapi Ibu malah egois. Kalau diingat, Ayah tetap luangin waktu buat keluarga dan gak terlalu memaksa kalian. Ibu egois. Ibu merasa sepi banget kalau kamu lagi latihan vokal sama Rapmonster, atau Taehyung lagi latihan drama. Padahal kalian latihan juga cuma dua kali seminggu, tapi Ibu ngerasa kayak ditinggal sendirian. Ibu kira dengan Ibu minta cerai dengan alasan Ayah kalian terlalu maksa kalian, Ayah kalian bakal nolak dan bakal berhentiin kalian latihan. Tapi, Ibu salah. Untuk pertama kalinya Ayah kalian marah ke Ibu. Dia bilang Ibu gak mikirin masa depan kalian. Ibu awalnya gak suka kalian di bidang yang sekarang karena bagi Ibu, kalian lebih cocok untuk jadi pengusaha atau pegawai kantor. Pemikiran Ibu memang pemikiran orang awam. Sedangkan Ayah kalian mempertimbangkan bakat serta kegemaran kalian. Ibu ga mau terima itu. Ibu kira kalian bakalan hancur kalau berharap di bidang seni. Ibu lebih pengen kalian jadi dokter dan sebagainya. Tapi, setelah dipikir lagi, Ibu salah. Ayah kalian benar, harusnya Ibu gak maksa kalian ada di bidang yang gak kalian minati. Pekerjaan kalian akan terasa menyenangkan kalau kalian memang menyukainya. Kalian akan bekerja dengan senang dan mengembangkan bakat kalian, jadi pekerjaan tidak akan membebani pikiran kalian. Maaf, Ibu egois. Ibu--"

"Kook paham. Ibu cuma mau yang terbaik buat kami, kan? Jangan minta maaf, Ibu gak salah." Jungkook mendekap Yumi erat. Yumi mengelus puncak kepala putranya lembut. "Oh, iya. Jadi kalian nikah lagi?" Jungkook kembali bertanya yang dijawabi anggukan. "Sekarang, gantian ya Ibu yang nanya kamu." Yumi berujar yang direspon Jungkook dengan anggukan.

"Kamu beneran pacaran sama Asyiela itu?" Tanya Yumi yang kembali direspon Jungkook dengan mengangguk dan senyuman lebar. "Iya, Bu. Nanti Jungkook ajak main ke sini, ya?" Yumi mengusap kembali kepala putranya, mengelus pipinya. "Kamu gak takut dia cuma numpang tenar?" Senyuman Jungkook perlahan luntur setelah pertanyaan itu diucapkan Ibunya.

"Syiela bukan orang kayak gitu, Bu." Yumi menatap anaknya lembut. "Ibu cuma nanya, Sayang." Jungkook hanya tersenyum kecut. Yumi mengalihkan pembicaraan dan Jungkook menjawab seadanya.

Mengapa Ayah dan Ibunya berpikir seperti itu terhadap Syiela? Mereka bahkan belum bertemu.

Atau, justru tidak akan bertemu?

To  be continued...

Heyyoooo:3

Vote dan komen sangat diperlukan loh:(

Roleplay: Take Me To Your Real Life [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang