31. Pertemuan

420 54 0
                                    

Tao memandangi potret keluarganya di ruang tamu. Apabila dilihat oleh orang yang belum terlalu mengenal keluarganya, mereka pasti menganggap ini adalah foto keluarga biasa. Foto keluarga yang wajar-wajar saja. Tidak ada hal yang mencolok ataupun aneh dari foto ini.

Tapi tidak dengan Tao.

Tao jelas benar-benar merasa ada yang mencolok pada foto itu. Kehadiran gadis itu. Itulah yang membuat foto keluarga ini baginya tidak seperti foto keluarga. Foto keluarga lazimnya berisikan anggota keluarga inti. Atau, kalau foto keluarga besar pun, intinya dalam potret tersebut semua orang yang terlibat adalah saudara.

Dan, gadis dalam potret yang sedang dia amati bukanlah saudaranya. Gadis itu sudah terlibat terlalu jauh dalam keluarga ini.

Tao jelas mengingat bagaimana usul mamanya untuk mengikutsertakan Dineka dalam foto keluarga mereka. Tao mengira, hal itu tak akan terjadi. Tapi, nyatanya, gadis itu datang dengan sorot mata berbinar menggunakan gaun putih. Mamanya dengan senang hati mendandani gadis itu. Perbedaan umur mereka sekitar lima tahun. Tao jelas merasa lebih dewasa dan ingin menekankan pada gadis itu bahwa mereka bahkan bukan saudara.

Tapi, semua protes yang hendak ia lontarkan tak pernah sampai. Ia justru terpesona pada gadis yang menurutnya masih bocah ingusan. Saat itu, Sehun dan Dineka duduk di kelas 2 SMP dan Tao sudah merantau kuliah. Bagi Tao, hal itu adalah mimpi terburuknya karena ia tak pernah berharap akan menatap Dineka tanpa berkedip hanya karena gadis itu diberikan sedikit bedak bayi juga lipstik nude yang disapukan oleh ibunya, dan flower crown yang bertahta di kepalanya beserta gaun putih yang gadis itu kenakan.

Kalau diingat-ingat lagi, ternyata pertemuannya semalam bukanlah kali pertama Tao dibuat jatuh hati oleh gadis itu.

Tapi, seperti yang dikatakan Sehun, sejahat dan secuek apapun dirinya, dia tak akan merebut sesuatu yang dimiliki adiknya. Jelas Tao tahu sejak kapan adiknya itu mempunyai rasa pada gadis itu. Walaupun memang belum resmi, tapi jelas akan menyakitkan bagi Sehun apabila justru dirinyalah yang bersama Dineka padahal Sehun sudah menyimpan perasaannya sejak lama.

Tao tak akan merebut gadis itu, sungguh. Ia hanya akan sedikit bermain-main. Jangan takut, ini tak akan membuat keduanya terluka. Yah, seharusnya begitu.

Dineka keluar dari kamarnya. Ia terlihat begitu rapi. Dengan senyumannya, Tao mencoba sedikit menahan gadis itu karena yakin gadis itu akan menemui Sehun. Bagaimana ia bisa tahu? Sehun terlihat sangat rapi dan ketika ditanya katanya ia punya janji dengan seseorang yang spesial pukul tiga. Dan, sekarang, Dineka keluar juga menggunakan pakaian rapi dan samar Tao bisa mendengar Dineka sempat menggumamkan nama Sehun ketika baru keluar dari kamarnya.

"Mau kemana, Neka?"

Dineka tampak tergagap, "Eh? Oh, anu. Mau keluar sebentar kak, jalan-jalan."

"Sama siapa?" Tanya Tao lagi membuat rona merah yang samar muncul di pipinya. "Sehun, ya?" Dineka salah tingkah. Respon itu membuat Tao tersenyum lebar, yakin seratus persen bahwa dugaannya benar.

Play start. Batin Tao.

Ia ingin mengulur waktu. Sedikit bermain dengan gadis ini tidak apa-apa, bukan?


16.45

Artinya sudah hampir dua jam Sehun menunggu kedatangan gadis itu. Tapi, yang dinanti tak kunjung tiba. Dadanya terasa sedikit nyeri. Apakah ia dan Dineka memang lebih baik bersahabat saja?

Haruskah ia merelakan Dineka untuk Tao?

Tidak.

Membayangkannya saja membuat Sehun bergidik ngeri. Apalagi jika membiarkan hal itu terjadi. Bisa-bisa, kepalanya meledak!

Bukan bermaksud curiga pada kakak sendiri. Tapi, hanya ada Tao kan di rumah?

Bukan tidak mungkin kan jika Tao yang menahan Dineka?

Sehun segera menuju motornya, kembali ke rumah yang syukurnya jaraknya memang relatif dekat. Ia mengetuk pintu dengan tidak sabaran, memanggil-manggil nama Tao berkali-kali.

Cklek.

Pintu akhirnya terbuka. Yang Sehun temui pertama kali adalah Tao dengan smirk andalannya. "Ada apa adikku sayang? Keliatannya buru-buru?"

Dugaannya benar.

Jika ada sesuatu hal terjadi pada Dineka, lihat saja. Sehun benar-benar tidak akan memaafkannya. Cukup ia dan keluarganya kehilangan IU. Ia tak akan rela jika kehilangan Dineka juga. Segera Sehun mendorong tubuh kakaknya, bergegas masuk dengan Tao yang terkekeh melihat kepanikan adiknya. Sehun bergerak kesana kemari mencari Dineka. Bahkan dikamar yang disediakan untuk gadis itu ia tidak ada.

Kamar Tao.

Dengan langkah cepat Sehun menuju kamar kakak sulungnya itu. Dan sialnya, kamar itu terkunci. Bernegoisasi dengan Tao adalah hal yang percuma. Maka, tanpa memikirkan resiko, Sehun mendobrak pintu itu dengan tubuhnya sendiri sekuat tenaganya.

Dobrakan pertama, gagal.

Dobrakan kedua, gagal.

Dobrakan ketiga. Sehun benar-benar mencoba mengerahkan seluruh tenaganya.

Akhirnya ia berhasil.

Sehun dapat melihat Dineka yang diikat menggunakan kain di beberapa bagian dan mulut gadis itu yang ditempeli isolasi hitam. Gadis itu menangis, namun syukurnya gadis itu tak terluka. Sehun menghembuskan nafas lega.

Tanpa banyak bicara, Sehun membuka ikatan pada gadis itu. Dineka menghentikan tangisannya. Ketika semua ikatan pada tubuhnya terbuka, ia dengan segera memeluk Sehun dengan tubuh yang bergetar. Pundak Sehun sepertinya memar, mungkin disebabkan karena ia mendobrak pintu tadi.

Pelukan gadis itu terasa rapuh. Gadis itu memeluknya dengan benar-benar erat walau tubuhnya gemetar. Sehun memandangi gadis itu, membelai rambutnya. Dineka menengadah, menatap Sehun. "Makasih." Lirih gadis itu pelan yang dibalas dengan anggukan.

Sehun membalas pelukan gadisnya yang rapuh, mengelus punggung gadis itu mencoba untuk menenangkannya. Lama-kelamaan, pelukan gadis itu mengendur. Dapat Sehun dengar dengkuran kecil. Terkekeh, Sehun menyadari bahwa gadis itu telah tertidur.

Perlahan, Sehun membopong Dineka dan membawanya ke tempat tidur yang telah disediakan untuk gadis itu. Sehun membaringkan gadis itu. Ia memerhatikan wajah Dineka cukup lama sebelum akhirnya mengecup kening gadis itu dan mengucapkan sesuatu dengan lirih.

"Semoga mimpi indah. Jangan takut, Sehun ada disini."

Sehun menutup kamar Dineka dan ketika menatap ke depan, Tao telah berdiri di hadapannya. Tao yang masih tersenyum membuat Sehun semakin geram.

"Gue udah dapet hiburan. Gue pamit ya. Salam ke nyokap-bokap." Ujar Tao sembari menepuk pundak saudaranya yang berdarah itu.

Sehun berdecih, melayangkan tendangan yang diarahkan ke kepala kakaknya tersebut namun sayangnya Tao dapat dengan cepat membuat Sehun terbanting.

"Kalau mau melawan, bukan sekarang. Lagipula, kamu jelas paham. Aku kan cuma main bareng kalian, adikku sayang. Babay. Jan kangen, aku pasti bakal balik kesini buat kamu dan Dineka." Ujar Tao sok manis.

Sehun masih dalam posisi terduduk, sedangkan Tao telah berlalu pergi. Sama seperti biasanya, selalu mengacaukan sesuatu sebelum kembali ke perantauan.

To be continued...

Maafkan aku kalo ceritanya rada absurd dari eps. 30. Eps ini dan eps. 30 memang ga seharusnya begini. Aku udah bikin jauh-jauh hari dan malah eror dan...yah. partnya kehapus:' jadi aku harus buat ulang dan berusaha inget inget apa yang aku buat kemaren:'

Vote dan komen kalian bener-bener moodbooster aku, jadi aku harap kalian bersedia untuk seenggaknya klik ☆ di pojok ya.

See you☆☆☆

Roleplay: Take Me To Your Real Life [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang