11. Rahasia

904 160 22
                                    

Ada banyak hal yang dirahasiakan dari seseorang dengan alasan lebih baik orang tersebut tidak mengetahui rahasia itu.

Mungkin mereka lupa.

Sehebat apapun mereka menutupinya,
hal yang seharusnya diketahui cepat atau lambat tetap akan diketahui kebenarannya.

***

Pikiran Asyiela masih mengulang-ulang kejadian tadi pagi. Benar-benar kejutan yang luar biasa, baru bangun dari tidur tiba-tiba ditelpon oleh bias-nya sendiri, video call pula.

Asyiela kembali mengecek riwayat panggilan di aplikasi whatsappnya. Namun, yah. Memang nama Jungkook yang tertera disana. Kejadian tadi memang benar-benar nyata, bukan hanya mimpi atau halusinasi semata.

Hm, tapi, sepertinya Asyiela melupakan sesuatu deh. Tadi dia sepertinya ingin menelpon seseorang. Siapa ya?

Oh iya, ayah kok masih belum pulang, ya?

"OH IYA AYAH!" Teriak Asyiela tiba-tiba, membuat Kai yang baru saja memasuki kamar saudari kembarnya itu terkejut. "Ayah kenapa, Syiel?"

"Lah, Kai? Sejak kapan disini?" Tanya Asyiela bingung. Kai mendengus, "Makanya jangan melamun terus!". Asyiela hanya terkekeh, lantas mengatakan peace tanpa suara dengan mengacungkan kedua jarinya. "Kai, ayah udah pulang belom?"

"Belom, mungkin masih puas-puasin rindu liatin bunda. Atau tiba-tiba urus kerjaan kayak biasanya." Jawab Kai santai tanpa memandang pada Asyiela. Asyiela sendiri menggembungkan pipinya kesal, "Kenapa sih lo sama abang gitu?". Kening Kai berlipat karena bingung, "Gitu gimana?"

"Tiap bahas bunda gak mau natap mata gue. Ada sesuatu yang kalian sembunyiin, ya? Terus, dari bulan lalu kenapa gue gak ada diajakin jenguk bunda?" Keluhnya pada Kai, sedangkan Kai hanya mematung. "Kalian tuh egois!"

Bukannya menjawab, Kai justru menutup pintu kamar Asyiela, menguncinya dari dalam. Kemudian ia kembali duduk disamping Asyiela. "Lo mau tau?" Asyiela mengangguk kuat-kuat dengan mata berbinar. "Keep this as secret, okay?" Asyiela bingung, "Kenapa?" Kai menatap kembarannya dalam-dalam, "Karena gue, Suga, Suho, dan ayah udah sepakat rahasiain ini dari lo."

"Tapi, kenapa?" Asyiela semakin bingung. Apa yang mereka rahasiakan darinya? Kai menghembuskan nafas berat, cepat atau lambat Asyiela pasti tau. Namun, mungkin belum saatnya untuk Asyiela mengetahuinya. Kai beranjak, kembali membuka pintu kamar Asyiela dan akan keluar, "Gak jadi, anggap aja gue gak ngomong apa-apa."

Tepat sebelum Kai menutup pintu, Asyiela berteriak kuat, "KALIAN ANGGAP GUE KELUARGA GAK SIH?"

Kai terperangah, sedangkan dua saudaranya yang tadinya sedang asyik bermain gitar kini bergegas ke tempat Asyiela. Bukan karena apa, Asyiela nyaris tidak pernah berteriak kecuali ketika diusili oleh Suga maupun Suho. Pasti ada hal yang benar-benar Asyiela rasa mengganggu apabila gadis itu berteriak. Serempak, Suho dan Suga bertanya, "Kenapa Syiel?"

Air mata Asyiela mulai menetes, "Kalian anggap aku keluarga gak sih?" Suho dan Suga jelas bingung dengan maksud dari pertanyaan adik kecil mereka. Mereka serempak memandang Kai meminta penjelasan. Kai hanya menggeleng, kemudian kembali menatap Asyiela yang mulai terisak.

"Syiel? Sini cerita sama abang." Asyiela menepis tangan abang tertuanya itu. "Apa yang kalian sembunyiin dari aku? Ada apa sama bunda? Kenapa ayah belum pulang? Apa aja yang sebenernya Syiela gak tau?" Lirihnya menatap Suga dengan berkaca-kaca. Melihat adik perempuannya seperti itu, baik Suga maupun Suho dan Kai merasa hatinya tertusuk. Mereka ingin menjelaskan, tapi takut hal itu hanya akan menyakiti hati adik mereka lebih dalam. Asyiela terlalu polos dan terlalu rapuh untuk mengetahui kebenarannya.

Kai dan Suho ikut duduk di dekat Asyiela, memeluk adik perempuannya itu dengan lembut. Keheningan terjadi dengan berbagai pemikiran yang berbeda diantara mereka berempat. Hening terpecah ketika Suga mengucapkan satu kalimat tegas, "Nanti, Syiela boleh tanya ke ayah setelah ayah pulang."

Asyiela menatap abangnya tersebut, "Beneran?". Suga mengangguk, "Setelah ayah pulang, Syiela boleh minta penjelasan. Gue yang tanggungjawab. Sekarang, cuci muka. Kai bakal masakin makanan, kita tunggu ayah pulang."

Kai dan Suho menyetujui perkataan Suga. "Nah, jangan mewek terus! Abang punya kuota youtube. Nanti sekalian nunggu ayah lo nonton aja sepuas lo si jongkok di youtube biar gak sedih lagi," ujar Suho sambil menyerahkan handphone miliknya. Asyiela protes ucapan abangnya tersebut, "Dia Jungkook bukan Jongkok ih!". Suho membalas, "Ah iya, sorry, babang tampan lupa."

Kesal, Asyiela menendang lutut Suho gemas, sedangkan Suho terkekeh puas berhasil menjahili adiknya.

•○●°●○•

Suara ketukan pintu membuat keempat bersaudara itu langsung membuka pintu. Asyiela yang tak sabar segera membukakan pintu. Ayahnya pulang, membawa makanan yang selalu ia bawa ke rumah seperti biasanya untuk Asyiela, martabak coklat keju kesukaannya. "Ini untuk putri ayah," ucapnya sambil mengecup kening Asyiela. Asyiela menerimanya dan tersenyum. "Yah, Asyiela mau tanya sesuatu. Tapi, jangan disini. Yuk, ke ruang makan!"

Ayahnya menurut, membiarkan putrinya menuntunnya ke ruang makan. Disana, tampak ketiga putranya pun duduk rapi seakan-akan sudah daritadi menunggunya. Setelah duduk, keheningan tercipta diantara kelimanya, hingga akhirnya suara sang ayah memecahkan suasana canggung tersebut, "Kenapa kalian canggung gini? Asyiela, tadi mau tanya apa?"

Asyiela menatap ayahnya dengan tatapan penuh harap, kemudian mulai menyuarakan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini berputar di kepalanya.

"Ayah, apa yang ayah sama abang rahasiain dari Syiela? Dimana bunda?"

_to be continued...

Heyho!
Ada yang kangen aing tidak?
//plak

Jan lupa votenya guys:D
Komennya juga:D

See you!

Roleplay: Take Me To Your Real Life [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang