58. Do It Like A Gentleman

425 52 2
                                    

Akhirnya, Jungkook dapat kesini. Namun, begitu memasuki pekarangan, tampak Ayah Asyiela yang sedang menyemprotkan air ke bunga-bunga di halaman rumahnya. Ah, bagaimanapun juga ini sudah menjadi resiko yang harus ia hadapi. Ia harus bersikap sebagaimana pria gentle yang mengerti konsekuensi dan resiko segala perbuatannya.

Gong Yoo menatap mobil yang memasuki pekarangan rumahnya, tersenyum karena tebakannya tidak salah. Jungkook turun dari mobil, terlihat mengatur pernafasannya terlebih dahulu sebelum menjumpai ayah dari gadis yang ia cintai. "Siang, Om."

"Ayah." Tekan Gong Yoo masih dengan senyuman manisnya. Jungkook tersenyum, namun ada sebersit kemungkinan yang membuatnya lagi-lagi mengatur nafasnya. "Erm, tapi saya sama Syiela--" Gong Yoo menepuk pundak pemuda itu lalu berujar, "Saya tahu. Kalian sudah putus. Asyiela juga sudah cerita. Mau ketemu Asyiela, kan? Ayo saya temani. Kalau kamu masuk sendiri saya rasa kamu bakal di terkam sama abang-abangnya Asyiela. Mereka sama protektifnya seperti saya."

Mendengar itu, Jungkook mengangguk. Keduanya memasuki rumah tersebut dan benar saja, di langkah ke lima, mereka berpapasan dengan Suho. Suho menatapnya tajam. "Yah, dia--"

"Ayah tau. Ayah yang minta dia kesini."

Mendengar ucapan sang ayah, Suho tak bisa berkata apa-apa lagi. Kedua saudaranya yang menguping pun tak habis pikir. Apa yang ayah mereka pikirkan?

"Suga, Kai. Jangan kebiasaan ngumpet sambil nguping. Nanti kualat, loh." Perintah sang ayah membuat keduanya keluar dari tempat persembunyiannya. Ketiganya memasang jarak, mengikuti ayah dan pemuda yang mereka ketahui sebagai mantan adik bungsu mereka tersayang.

Tujuan mereka mengikuti bukan untuk kepo. Mereka hanya ingin memastikan idola adiknya itu tidak lagi menyakitinya. Bagi mereka, Ayah terlalu baik untuk memberikan kesempatan kepada buaya itu untuk bertemu dengan adik manis mereka lagi.

"Syiela. Ada tamu. Boleh ayah masuk?"

Dari luar dapat terdengar bahwa gadis itu segera menuju pintu. Sambilmembuka pintu, gadis itu langsung berseru, "Dineka ya------eh?"

Senyum gadis itu pudar seketika melihat sosok yang dibawa oleh ayahnya. Asyiela hendak menutup pintu, namun ditahan oleh ayahnya. "Sebentar aja ya, Sayang."

Kalau ayah sudah bicara dengan nada manis seperti itu, baik Asyiela maupun Dineka mana mampu menolak permintaannya.

Gadis itu membuka kamarnya lebar, mempersilahkan ayahnya masuk walau enggan menatap Jungkook. Perih dirasakan oleh keduanya. Rasanya berada dalam satu ruangan pun sanggup untuk membuat dada mereka seperti tersayat.

Asyiela menatap abang-abangnya, "Kalo kepo ya masuk aja."

"Gue gak kepo!" Bantah Suga yang disambung Suho, "Kita cuma mau pastiin lo baik-baik aja!" Asyiela kini menatap Kai, menaikkan alisnya. "Sebagai abang yang baik, memang harus menjaga adiknya, kan?"

"Udah gih masuk." Titah Asyiela sambil memasuki kamarnya sendiri dengan malas. Ketiga abangnya mengekori dirinya, bahkan ikut duduk di belakang gadis itu. "Ngapain di belakang gue sih?" Suga dengan cepat membalas, "Siapa tau dia nyerang kamu, kami bisa langsung jadi perisai kamu, adikku sayang."

Asyiela memutar bola matanya malas, menatap ayahnya. "Ada apa, Yah?" Gong Yoo tersenyum, "Yang ada perlu pacar kamu."

"Mantan." Ralat keempatnya cepat. Jungkook menghela nafasnya. Ternyata memang benar-benar sulit. Bahkan lebih sulit dari dugaannya.

Menghirup nafas panjang dan memberanikan diri, Jungkook akhirnya berseru sembari menutup mata. "Balikan, yuk!" Asyiela yang mendengarnya mematung, mengerjapkan matanya berulang-ulang. Ini ga mimpi, kan?

Namun gadis itu langsung meraih kesadarannya. Tidak! Ia tak boleh dipermainkan lagi! Hatinya harus belajar pada logika agar paham bahwa ada banyak sekali peluang untuk pria dihadapannya ini menyakiti dirinya kembali.

Untuk apa percaya sama orang yang ga percaya gue? Batin Asyiela meyakinkan dirinya sendiri bahwa tak perlu mendengarkan apapun yang hendak dikatakan idolanya itu.

Jungkook membuka sebelah matanya yang masih tertutup, melihat respon gadis itu. Yang ia lihat adalah gadis itu memalingkan wajahnya, tampak seperti tak ingin memerdulikan apapun darinya lagi. Perih semakin terasa di dadanya, namun ia tetap mengatakan apa yang ingin dia sampaikan sejak malam tadi.

Mulutnya bergetar, ia berusaha menjadi seorang pria sejati. Ia menahan tangis yang mendesak ingin keluar setelah tangisan terakhirnya ketika sang ibu pergi meninggalkan rumah setelah perceraian.

"T-tiga. Tiga poin yang harus Syiela ingat agar tetap percaya dan ragu Syiela hilang."

Roleplay: Take Me To Your Real Life [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang