26. Dejavu

513 63 1
                                    

Apa yang kamu tanam,
itulah yang akan kamu dapatkan.

Selamanya benih jagung hanya akan menghasilkan jagung.
Bukan gandum.

Sehun menghempaskan badannya ke kasur. Tangisannya sudah lama terhenti. Ia merasa dirinya seperti banci. Menangis bukanlah hal yang akan dilakukan oleh laki-laki sejati.

Gue gak ngerti kenapa lo mau sama itu cowok.

Sehun, aku gak paham apa yang bikin kamu tertarik sama dia.

Syiel. Dia baru ngenal lo beberapa hari dan lo terima.

Hun, dia belom lama kenal sama lo.

Apa yang bikin lo mau sama dia?

Apa yang bikin kamu tertarik ke Syiela, Hun?

Karena dia penyanyi idola lo? Karena lo ngefans?

Karena dia lebih cantik? Lebih kalem?

Gila. Sehun merasa ia sedang gila. Suara-suara mengenai yang ia katakan pada Asyiela tadi bergabung dengan rekaman ulang dari ketika Dineka menyatakan perasaannya. Otaknya seakan-akan memberitahukannya, ia melakukan hal yang dulu dilakukan oleh Dineka. Perkataan yang ia lontarkan di rumah Asyiela nyaris seluruhnya sama dengan apa yang dikatakan Dineka waktu itu.

Neka, apa sih yang buat lo suka sama gue?

Gue nyaman sama lo! Gue sayang sama lo!

Apa kurangnya gue dari dia, Syiel? Apa?

Gak peduli kalo memang baru ketemu beberapa hari atau bulan. Gue nyaman.

Cukup. Suara-suara Dineka dan dirinya di masa lalu saja cukup membuatnya merasa sakit. Sekarang, suara percakapan Asyiela dan dirinya tadi pun sudah mulai kembali terputar.

Bayangan wajah Dineka yang menangis dulu muncul di pikirannya. Gue milih lo, Sehun. Tak berhenti sampai disana, bayangan wajah Asyiela yang terlihat marah padanya juga muncul. Gue milih Jungkook.

Bisakah seseorang menghentikan semua pikiran gila yang sedang meracuni otaknya saat ini? Tolong, siapapun, hentikan semua bayangan masa lalu Sehun tentang Dineka juga Asyiela. Ia tak sanggup. Sungguh. Sekejam itukah ia pada Dineka dulu? Setega itukah Asyiela padanya? Mengapa semuanya terlihat sangat rumit? Salahkah ia menolak Dineka hanya karena mulai tertarik pada Asyiela dulu? Pantaskah ia mendapat posisi itu? Apakah ia memang lebih pantas untuk Dineka? Tidak. Bahkan Dineka sudah enggan untuk berbicara padanya. Apakah dirinya memang sehina itu?

Gue harap lo rasain apa yang gue rasain suatu saat nanti! Lo bakal terima sakit hati gue! Lo... lo bakal terima karma itu. Gue yakin.

Rasanya hal yang disumpahkan Dineka padanya benar menjadi nyata. Sehun menertawakan nasibnya.

Semesta memang punya cara untuk selalu membuat hidup penuh dengan kejutan kejadian tak terduga.

"Neka, I'm sorry." Lirihnya berharap Dineka sedang berada disisinya saat ini. Menenangkannya seperti dulu. Menyemangatinya seperti dulu. Ya, Sehun memang sangat bodoh. Menolak dan meninggalkan Dineka hanya karena melihat Asyiela lebih menarik.

Tak bisa disangkal, Sehun merindukan Dineka sedalam itu.

Bosan.

Dineka benar-benar bosan. Biasanya, di saat liburan seperti saat ini Dineka akan menghabiskan waktu bersama Sehun untuk berpergian ke berbagai tempat. Ah, ya. Sejak kedatangan Asyiela, hubungan mereka tak sebaik dulu. Namun, pada awal kedatangan gadis itu, mereka bertiga akrab. Semuanya perlahan berubah, ketika Dineka menyadari perasaannya pada Sehun. Ia menembak Sehun, namun jawabannya membuat hatinya terasa sesak. Ia terlambat.

Maaf, Neka. Gue suka Syiela.

Air mata Dineka meleleh tiap mengingatnya. Sakit. Kenapa dunia selalu sekejam ini padanya? Semua yang seharusnya ia miliki sepertinya direbut. Takdir seakan-akan memberikan kisah yang tak pernah memberikan ia waktu sedikit saja untuk merasakan bahagia seutuhnya, barang sebentar, saja.

Dineka menarik laci meja belajarnya, mengeluarkan sebuah buku catatan hariannya. Berisi jadwal juga sedikit diary ketika ia merasa sedang kesepian. Ia mulai menuliskan keluh kesahnya disana.

10 Desember 2019

Yaps. Real life. Kenapa hidup gue gak semanis kehidupan gue di roleplay? Disana, gue punya girls squad, sahabat online, serta keluarga online yang selalu penuh sama candaan retjeh warbyasah.

Gue gak heran kalo denger cerita tentang roleplayer lainnya yang sedikit banyak mirip sama gue. Broken home. Banyak yang lebih beruntung dari gue tapi ga sedikit juga yang tidak seberuntung gue. Gue tetep harus bersyukur. Seenggaknya gue bukan tipe roleplayer yang udah broken home, ga bisa bersosialisasi pula. Bukan maksud ngejek, cuman, andai gue ada di posisi mereka, gue rasa gue gak akan sanggup. Mereka jauh lebih kuat dibanding gue.

Bayangin, keluarga lo broken home dan lo ga diterima di lingkungan lo, ga punya temen. Sedih. So, gue menaruh rasa simpatik yang tinggi buat kalian temen-temen roleplayer gue. Apalagi tipe kayak gini. Gila, kalian tuh strong banget!

Yaps. Anak roleplayer semuanya strong! Semua orang punya beban hidup, dan kita ga menyerah. Kita mencari ruang yang bisa menerima kita. Gue rasa, gue serta temen roleplayer lainnya jelas berterimakasih sama penemu fake world ini. Roleplay yang dia ciptakan luar biasa.

Gue dan roleplayer lainnya hanya mencari tempat agar bisa diterima. Gue gak heran juga kalo dunia palsu ini punya perkembangan dari grup chat biasa jadi punya banyak jenis. Ada yang tema ala sekolahan, keluarga, segala macam deh. Ada juga yang agak-agak yadong gimana gitu. Wkwk. Senangnya hidup di dunia palsu.

Ga peduli apa dan siapa lo, kita disini bersatu. Yah, walau ada sih roleplayer baru ala ala yang agak songong dan sok kalem, tapi yah. Namanya juga roleplay. Biarin ae dia berekspresi sesuka dia. Walau gue ga terlalu suka sama percakapan yang mentok di huruf .g, y, o, atau jawaban-jawaban yang menurut gue kayak nyinyir padahal guenya cuma bercanda.

Gak like gue tuh.
Tapi ya sebodo amat wkwk. Biarkanlah para roleplayer baru menentukan jalan hidup di dunia kepalsuannya. Kita semua masing-masing punya gaya ekspresiin diri di dunia palsu. Ya, gak? Itu murni hak kita masing-masing.

Palsu gak selamanya buruk. Nyatanya dunia palsu ini memberi gue kenyamanan. Dan terkadang saling menguatkan sesama penderita kepahitan hidup. Wagela, gue sok puitis banget.

Dah ya. Gini ae cuap-cuap manjhalita gue kali ini. Jan kangen, berat. Biar dilan ae noh dia katanya setroooong. Gue mau beli paket dah. Kangen gue ngerecok di grup. Muaaach♡♡♡

Setelah puas, ia menutup buku hariannya. Ia mengambil sejumlah uang dan memikirkan cara untuk keluar dari rumah ini tanpa ketahuan. Masih pukul tiga sore, ibunya pasti belum pulang.

Sip, kesempatan beli paket. Batinnya berucap segera bergegas pergi untuk membeli persediaan kuota setidaknya beberapa bulan kedepan.

To be continued.

Semoga kalian bisa mengambil pesan yang terkandung dengan baik:'

Soalnya takutnya malah ada yang tersinggung, atau gimana, yang penting disini mau ngasih sedikit 'rahasia umum' tentang roleplay.

See you

Roleplay: Take Me To Your Real Life [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang