08. Bodoh

921 179 36
                                    

Jangan pernah biarkan emosimu berkuasa!

Yakinlah,
ketika kamu mengikuti emosimu,
hal yang setelahnya kamu dapatkan bukanlah kebahagiaan melainkan penyesalan.

***

Pagi ini, ada yang dirasa berbeda dari Asyiela dan Dineka. Asyiela tetap gadis pendiam seperti biasanya dan Dineka masih seceria biasanya dan tetap gemar mengusili teman sekelasnya. Hal yang membuatnya berbeda yaitu adanya suasana canggung diantara mereka.

"Syiel?"

Asyiela yang sedang memainkan ponselnya mendongak, menatap Dineka dengan sorot bingung. Dineka masih menampilkan senyum manisnya, mengulurkan tangannya, "Temenin gue, yuk?"

"Kemana?" Tanya Asyiela sudah berdiri dan menerima uluran tangan Dineka. Dineka masih saja tersenyum, namun senyum itu bagi Asyiela tidak terlihat seperti senyum Dineka yang biasanya. "Ada deh. Ikut aja."

Gadis itu menatap sahabatnya lalu menurut sambil ikut tersenyum. Mereka berjalan bergandengan tangan keluar kelas. Sebelum mereka keluar meninggalkan kelas, Asyiela menyempatkan diri menoleh ke belakang, tepatnya ke tempat duduk Sehun. Tapi, ia tak melihat Sehun disana. Apa cowok itu terlambat?

"Syiel,"

Asyiela menoleh pada Dineka yang tak lagi menampilkan senyum, kini gadis itu terlihat murung. "Ya?"

Dineka masih saja diam. Asyiela mengikuti arah pandangan Dineka. Sehun berdiri disana, mematung. Asyiela menatap sekitar, mereka sedang berada di taman belakang sekolah yang dibatasi tembok. Sepi menyapa ketiganya dan entah kenapa Asyiela merasakan sesuatu yang tidak enak.

Mungkin karena pikirannya tentang hubungan Dineka dan Sehun semalam?

Sehun mulai beranjak, meninggalkan keduanya dan sempat tersenyum tipis pada Asyiela.

"Kenapa setiap orang yang gue suka lebih milih lo daripada gue?" Pertanyaan itu meluncur bebas dari mulut Dineka begitu saja ketika Sehun sudah berbelok dari tembok yang membatasi taman, tak lagi di dekat keduanya. Asyiela menatap tak mengerti pada Dineka yang masih menatap kosong pada tempat Sehun berdiri tadi. Dineka menoleh pada Asyiela dengan mata yang berkaca-kaca, "Kenapa, Syiel? Kenapa?"

Suara Dineka begitu lirih dan bergetar. Genggaman mereka terlepas, kini Dineka menghadap Asyiela sepenuhnya. Perlahan, Asyiela mundur ketika Dineka dengan sorot tak terbaca mulai melangkah maju dan meluapkan emosinya.

"Lo tau gak sebenernya gue suka Sehun? Syiel, lo tau gak kalau kita selalu dibanding-bandingin? Asyiela, lo tau gak, bahkan bias yang gue suka sejak lama, yang udah gue ikutin sejak dia masih belum jadi apa-apa, justru lebih suka ke lo?" Cecar Dineka dengan berbagai pertanyaan yang membuat Asyiela bingung. Dineka masih memajukan langkahnya seiring dengan Asyiela yang mundur secara teratur. Lirih, Dineka menanyakan pertanyaan lainnya, "Kenapa dua orang yang gue sukai sejak lama justru sukanya ke lo? Kenapa harus lo dan bukan gue?"

Tubuh Asyiela sudah membentur tembok. Gadis itu tak bisa lagi mundur untuk menghindar, dengan suara bergetar dan sorot tak paham, Asyiela memandang sahabatnya itu hampir menangis, "Maksud lo apa, Din?"

"Sehun suka lo! Jungkook suka lo! Semua aja sama lo!"

"Jungkook? Astaga, Jungkook yang di roleplay sukanya ke lo, Din. Bukan ke gue."

Dineka berdecih, "Jungkook suka lo. Bukan gue. Dia asli. Bukan sekedar roleplayer."

Asyiela semakin bingung.

"Gak mungkin banget lah, Din. Kal--"

Plak!

"Biar gue kasih tau lo, Syiela! Jungkook yang lo temuin di roleplay itu asli, bukan sekedar roleplayer! Dan, dia suka sama lo!"

"Gak mungkin lah, Din. Kalaupun iya, dia pasti sukanya ke lo. Orang dia sering nanyain tentang lo, kok."

"Sering atau pernah? Hm?"

Asyiela mencoba mengingat, sedangkan Dineka sudah kembali mendaratkan tamparan  di wajah gadis itu. "Cuma pernah, kan? Iya kan, Syiel?"

Nafas keduanya memburu, emosi menguasai diri mereka. Air mata Asyiela mulai menetes, seiringan dengan Dineka yang menarik rambut gadis itu kuat. Asyiela merintih kesakitan, tenaga Dineka terlalu kuat.

"Semalam, lo dengan entengnya nanya pendapat gue tentang Sehun? Gak mungkin banget lo gak tau gimana perasaan gue ke dia! Menurut lo, kenapa gue sama dia sekarang gak akrab? Hm?"

"G-gue gak tau, Din. Lo gak pernah cerita."

"Apa lo se-gak peka itu, Syiela?"

Tarikan pada rambut Asyiela makin kuat. Lagi, tamparan mendarat di wajah Asyiela. Hidung Asyiela mulai mengeluarkan darah.

Fisik Asyiela lemah dan Dineka yang memang anggota klub taekwondo tengah menghajarnya sekarang. Pandangan Asyiela perlahan mengabur. Sebelum ia kehilangan kesadarannya seutuhnya, Asyiela masih bisa mendengar kata-kata yang diucapkan Dineka.

"Seandainya gue gak kirim link grup ke Jungkook, Jungkook mungkin gak bakal kenal lo dan suka ke lo, Syiel."

*****

Dineka yang sudah berada di tempat duduknya tampak tak bergairah. Sedangkan Sehun menatap bangku kosong Asyiela cemas, takut terjadi sesuatu pada gadis pendiam yang ia sukai itu. Asyiela itu gadis yang walau pendiam, tetap menyuarakan kekesalannya. Tidak dipendam seperti karakteristik anak pendiam lainnya. Jadi, kalau ada yang dirasa mengganggu, gadis itu pasti bercerita padanya. Juga perlu ditambahkan, Asyiela adalah gadis yang baik, tak mungkin ia bolos kelas.

"Asyiela Lalisa?" Panggil Bu Asri yang memang selalu mengabsen muridnya. Bu Asri yang tak kunjung mendapatkan sahutan akhirnya beralih dari buku absen dihadapannya ke arah tempat duduk gadis itu. Guru berumur empat puluhan itu memandang bangku kosong Asyiela, lalu beralih pada Dineka, "Asyiela tidak hadir, Dineka?"

"Erm, iya--"

"Tadi dia hadir, bu."

Bu Asri menatap Sehun, "Saya tanya Dineka. Bukan kamu."

"Dineka bohong, bu. Jadi, saya rasa, saya perlu memberi jawaban yang benar."

Mata Bu Asri kini tertuju pada bangku kosong Asyiela, "Tasnya tidak ada. Berarti tidak hadir."

Sehun melangkah cepat ke meja tempat Asyiela duduk, menarik tas Asyiela yang memang disembunyikan Dineka di laci. "Ini tas Asyiela, Bu."

Kini sorot mata Bu Asri menatap Sehun juga Dineka bergantian. "Bawa kemari tasnya."

Bu Asri memeriksa tas itu dan benar kepunyaan Asyiela, dilihat dari buku tulis milik Asyiela juga barang-barang gadis itu yang ditempeli stiker nama, "Dineka? Ada penjelasan soal ini?"

Dineka terdiam, namun memandang Sehun dengan sorot benci.

"Saya permisi cari Asyiela, Bu." Tanpa menunggu respon guru fisika itu, Sehun berlari menuju tempat terakhir dia bertemu Asyiela pagi ini. Taman belakang sekolah.

Roleplay: Take Me To Your Real Life [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang