Bising perpaduan antar berbagai corak suara semakin melesak penuhi rungu tatkala Soobin memutar penuh posisinya. Pemandangan jejeran murid yang semua atensinya tertuju mutlak pada empat orang yang memojokkan murid lain hingga punggungnya menempel ke dinding lantas tersuguh. Perundungan seolah menjadi tradisi wajib bagi warga menengah atas Daeun, selain menimba ilmu.
Formasi lain dari berinteraksi, katanya.
Tak akan ada yang menganggap persektif tersebut sebagai refleksi kecacatan mental, karena sebagian besar murid-murid Daeun pun menyukai bagaimana kehancuran menggerogoti seseorang yang mereka labeli lemah. Lemah mental, fisik, dan finansial.
Bersama wajah mengeras, kaki jenjang Soobin segera memangkas jarak. Menerjang masuk pada lingkaran objek utama dari ratusan galaksi kembar yang haus akan deviasi. Kendatipun suasana mendadak senyap dan empat gadis yang tadinya sibuk mengutuk bersama tangan bermain nakal telah memberi ruang untuk mengambil alih sambil mengagumi pahat esensi paripurnanya, kelereng cokelat Soobin hanya melandas pada satu persona.
Walau gadis itu menunduk dalam, menyembunyikan profil yang indah apabila dimanfaatkan dengan benar, Soobin dapat menebak apa yang dipancarkan oleh mata bulat itu. Selalu teduh, redup dan hampa, tidak pernah berubah. Bahkan ketika Soobin telah melakukan berbagai cara untuk menyisipkan segelintir emosi sekalipun tindakan tersebut menyakitinya
Tetap saja.
Tomioka Riho, tidak pernah berubah.><
KAMU SEDANG MEMBACA
Annasach: Bluera
Fanfiction[COMPLETED] "Untuk satu hari saja, ayo berdamai." Terhadap status dan hubungan mereka yang carut-marut, terhadap semesta, terhadap semua yang membikin mereka jatuh kemudian bangkit dengan tertatih, bersama rahasia yang bersembunyi, Choi Soobin dan T...