Senja telah berpulang dan surya pun sudah menutup mata, meninggalkan dua anak manusia yang punya ikatan meski darahnya tak pernah saling berkelindan. Terduduk di atas pasir sambil menanti momen di mana gulungan ombak menggelitiki ujung jemari. Dalam suasana nyaris ditelan pekat, dan untungnya mereka tak pernah sendiri, debur ombak dan desir angin merupakan melodi penemani.
"Tanpa kuberitahu kau pasti sudah paham benar kalau aku membencimu, hm?" Soobin memang tidak menerima respon gamblang semacam anggukan atau iya yang terdesibelkan. Akan tetapi, galaksi kembar disertai daksa Riho yang kontan tercenung cukup membikin Soobin menarik kesimpulan, bahwa cetusannya absolut akurat. "Tapi apakah kau tahu alasan sesungguhnya dari kebencian itu?"
Aku yang mengambil tempatmu dan Kak Yeonjun. Riho hendak bilang demikian, tetapi yang tersuara justru, "Aku yang sembarangan memasuki keluargamu, dan merusaknya?"
"Bagus. Sangat masuk akal. Tapi bukan itu alasannya. Mungkin terdengar membual, tetapi aku menerimamu, nyaris menerimamu menjadi bagian dari keluargaku." Soobin terkekeh, sementara Riho menunggu keturunan Choi tersebut menyambung rangkaian bersama segala keteduhannya. "Kau, kau yang merasa seolah semesta sengaja menaruh seluruh bebannya di pundakmulah yang membuatku membencimu."
Lagi-lagi, Riho ditarik jiwanya menyelami aksara yang dilantunan birai Soobin.><
KAMU SEDANG MEMBACA
Annasach: Bluera
Fanfiction[COMPLETED] "Untuk satu hari saja, ayo berdamai." Terhadap status dan hubungan mereka yang carut-marut, terhadap semesta, terhadap semua yang membikin mereka jatuh kemudian bangkit dengan tertatih, bersama rahasia yang bersembunyi, Choi Soobin dan T...