Dari penampilan barangkali Soobin tampak normal-normal saja, seperti biasanya dia. Akan tetapi, di dalamnya, sungguh Soobin kehilangan arah. Padahal hidupnya sudah awut-awutan, dan pertemuan dengan Taehyun malah membikin ia semakin menjadi sinting.
Riho.
Berhenti.
Riho.
Menerima.
Riho.
Mimpi buruk.
Riho.
Menyesal.
Itulah penggalan menyebalkan, tak berhenti menginvasi kepala. Dan lagi, rasanya Soobin terus saja tidak habis pikir, bagaimana bisa hanya dengan satu nama, satu orang, dapat mengacaukan jalan hidup seseorang? Sadar tak sadar, Soobin menyatukan kelopak mata dan lantas menghela kasar.
"Soobin?"
Ah, warna vokal lembut yang amikal, tetapi tak pernah gagal menyulut gelombang emosinya. Butuh kerja keras untuk Soobin membiasakan diri tatkala matanya mengunci sosok Riho dengan sempurna. Padahal Riho punya wajah jelita yang menenangkan, tetapi saat di pandang Soobin hanya merasa dapatkan sensasi kontradiksinya.
"Bisa kita bicara, Soobin?" minta Riho pelan, kentara sekali berhati-hati.
Entah mengapa ia acapkali merasa seolah-olah separuh hatinya dimamah kekecewaan ketika dengan gamblang menangkap sikap antipati Riho. "Aku tidak ingin bicara apa pun, dan aku tidak akan pulang!" Soobin menandas ketus. "Enyahlah dari hadapanku sekarang, sebelum aku kembali menjadi iblis untukmu."
Riho bergidik takut, tetapi tak membuatnya hengkang di detik itu juga. "Baiklah. Tapi tolong sesekali balas pesan atau setidaknya beritahu kabarmu kepada Paman Choi. Dia sangat mengkhawatirkanmu, Soobin."><
KAMU SEDANG MEMBACA
Annasach: Bluera
Fanfiction[COMPLETED] "Untuk satu hari saja, ayo berdamai." Terhadap status dan hubungan mereka yang carut-marut, terhadap semesta, terhadap semua yang membikin mereka jatuh kemudian bangkit dengan tertatih, bersama rahasia yang bersembunyi, Choi Soobin dan T...