annasach: zero '8

108 22 1
                                    

Ini terasa seperti tengah bersama Soobin yang Riho ingat di awal pertemuan mereka. Soobin yang meski tidak banyak bicara, tetapi kentara hangat. Benar, dia Soobin yang membuat Riho nyaman sampai-sampai tingkat kerinduan pada ibunya mengoyak arus udara dan menabrak kemegahan lazuardi.

Jika ditilik perbandingan antara Soobin yang sekarang dengan Soobin di tujuh hari lalu dan seterusnya, barangkali tidak jauh berbeda. Keduanya sama-sama membikin Riho ingin bertemu Ibu, meskipun emosi yang terlahir itu kontradiktif.

Riho menampung seluruh potret jalanan yang mereka lewati bersama bisu. Mungkin ia memang menyetujui ajakan berdamai Soobin semasa pemuda itu menambahkan, bahwa dia ingin mereka berdamai dari segala hal. Terhadap status dan hubungan mereka yang carut-marut, terhadap semesta, terhadap semua yang membikin mereka terjatuh lalu bangkit meski tertatih. Akan tetapi, memulai percakapan di atmosfer yang jujur saja masih terasa esentrik, ia kesulitan membangun konversasi. Riho terlanjur terbiasa bungkam manakala Soobinlah lawannya.

"Tidak dingin?"

Riho mengerjap banyak, senyampang kepalanya kembali bergelut atas topik baru. Ini hanya perasaannya saja atau Soobin memang membuka suara?

"Riho!"

"Ah, iya?" sahut Riho impulsif memajukan kepala. Ternyata betul-betul suara Soobin.

Soobin mengulang, "Tidak dingin?"

Suhu di musim semi sudah terbilang menusuk ditambah terpaan akibat mereka yang memaksa membelah udara menjadikan dua kali lebih dingin. Dari data tersebut, semestinya Riho balas mengiyakan, tetapi sebagian dirinya yang mencintai temperatur di bawah derajat merampas retorikanya, "Tidak."

"Aku akan memperlahan laju kendaraan, dan segera gunakan kesempatan itu untuk mengambil sweter di dalam tasku lalu pakailah. Karena akan ada banyak tempat yang kita datangi." Dan sebelum Riho sempat melontar pertanyaan yang mencokol, Soobin lekas mengisi jedanya sendiri dengar berkata, "Ke semua tempat yang pernah terbayang untuk kuhabiskan bersamamu."

Di perspektif Riho, Soobin itu tak ubahnya diktator. Namun, untaiannya yang kali ini terkecap seperti seberkas cahaya yang selalu hadir di musim panas.><

Annasach: BlueraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang