Dari Riho yang mendadak mundur satu langkah, Soobin lantas sadar kalau ia sudah lepas kendali atas desibel. Soobin memadupadankan emosi sialan yang padahal telah ia usahakan agar tetap terkungkung sehingga tidak lagi menyakiti siapa pun, termasuk gadis ini.
Gadis yang sangat banyak ia hancurkan. Gadis yang selalu menjadi mimpi indah sekaligus buruknya. Gadis yang terbakar oleh api merahnya yang tidak sempurna.
"Naiklah." Usai berhasil bebas dari cekikan yang mendadak terasa di leher, Soobin lanjut berkata sedemikian pelan, "Kumohon."
Ketulusan nyatanya memang tidak boleh disangsikan, karena tak lama kemudian Soobin rasakan pergerakan di belakang indikasi boncengan motor sudah ada yang mengisi. Lekas Soobin berikan helm milik Lilian yang ia pinjam tanpa permisi. Semoga gadis nyentrik itu tidak menunjukkan kebolehan retorikanya yang terbilang cerewet. Jadi, Soobin tak perlu menarik urat leher lalu baku hantam dengan Beomgyu lantaran gendang telinganya terus berdenging mendengar ocehan Lilian yang tak bermuara.
Memastikan helm biru langit telah menyelimuti kepala Riho dengan amat baik, Soobin pun menstarter motornya. "Riho," panggil Soobin. Kendati deru mesin menghantam pendengaran begitu berisik, pemuda Choi itu masih dapat menyaring sahutan Riho. Maka, sebelum kedua roda kendaraan berputar, Soobin melirik spion sekilas, lalu berujar, "Untuk satu hari saja, ayo berdamai."><
KAMU SEDANG MEMBACA
Annasach: Bluera
Fanfiction[COMPLETED] "Untuk satu hari saja, ayo berdamai." Terhadap status dan hubungan mereka yang carut-marut, terhadap semesta, terhadap semua yang membikin mereka jatuh kemudian bangkit dengan tertatih, bersama rahasia yang bersembunyi, Choi Soobin dan T...