"Biarkan aku bertanya." Itu adalah suara pertama yang terwujudkan secara benar sejak Riho yang ia stigmai berjiwa lemah itu ternyata sanggup memenuhi syaratnya. Ah, sebenarnya tak hanya retorika yang mendadak lenyap, cahaya di bening mata pun turut mendapat imbas. Dalam ranah tersebut, Soobin jelas telah banyak kehilangan. Sehingga di penghujung keputusasaan, presensi Kang Taehyun melintas di isi kepalanya yang awut-awutan dan lantas memboyong Soobin menghadapi pemuda tanggung tersebut bersama kekosongan yang setia menggantung di kelereng kembarnya. "Selain meramal masa depan, apa lagi yang kau bisa?"
"Terlalu banyak untuk kusebutkan. Jadi, tanyakan saja apa yang ingin kau tanyakan," balas Taehyun seraya menjentikkan bahunya santai. Reaksi tersebut selaras dengan pancaran tenang di telaga bulatnya.
"Bisakah kau membawa seseorang ke masa lalu?"
Jeda impulsif terangkai, seolah kedua pemuda itu jelas mempersilakan desau udara menghempaskan jarum panjang penghitung masa agar berpindah ranah barang sekian mili. "Hal yang rumit, tapi tentu saja aku bisa." Tak hanya memecah kebisuan, Taehyun pun memperlebar harapan Soobin untuk segera mencapai angkasa.
"Kalau begitu, tolong bawa aku ke masa lalu. Masa di mana dia masih ada." Soobin mengangguk tegas sembari memunguti ingatan-ingatan yang tak pernah sanggup menjadi indah untuk seorang gadis yang bahkan tak pernah merengkuh bahagia. "Ya, dia. Aku ingin bertemu dengannya."><
KAMU SEDANG MEMBACA
Annasach: Bluera
Fanfiction[COMPLETED] "Untuk satu hari saja, ayo berdamai." Terhadap status dan hubungan mereka yang carut-marut, terhadap semesta, terhadap semua yang membikin mereka jatuh kemudian bangkit dengan tertatih, bersama rahasia yang bersembunyi, Choi Soobin dan T...
