annasach: zero '6

131 21 2
                                    

Tanpa otoritas memprotes, Riho diseret Soobin ke area parkir. Kendati ia tampak tenang secara visualisasi, dalam diri Riho kocar-kacir, degup jantungnya terasa sekian kali lebih cepat lantaran terus mempertanyakan mengapa Soobin melakukan ini padanya. Riho selalu ingat, bahwa Soobin adalah orang yang berusaha menekannya lebih jauh ke dalam kubangan kepekatan, jika Soobin merupakan orang yang senantiasa menjadi faktor Riho hendak melepas belenggu yang Ibu kecakan di kakinya.

Namun, Riho sadar, tonggak utama di balik perlakuan yang ia peroleh dari Soobin.

Siapa yang terima, jika keluarganya dimasuki oleh orang asing? Apalagi dengan stigma bahwa orang tersebut merupakan alasan kekacauan pohon keluarga mereka?

Tidak ada.

Bahkan gara-garanya pula, Soobin memilih angkat kaki dari rumah lalu memilih hidup sendiri di apartemen. Padahal sebelum kedatanganya, Riho yakin hubungan Soobin dan ayahnya pasti harmonis sekali.

Namun, ketika negaranya sendiri bahkan semesta tak cukup baik menerima selain Ayah Soobin, Riho bisa apa?

"Soobin, jangan membolos! Ayo kembali, kelas sudah akan dimulai," tutur Riho, menyertai kehati-hatian di tiap nada.

Sementara orang yang dimaksud sudah menggagahi motor hitam lengkap dengan helm yang meliputi kepala, memangsa presensi Riho di celah yang tersisa. "Persetan dengan kelas yang akan dimulai. Sudah kubilang, 'kan, luangkan waktu penuhmu di hari ini untukku! Sudahlah, cepat naik!"

Peringatan lembutnya ternyata tetap dihadiahi sentakan amarah Soobin. Tanpa sadar Riho mengigit bibir dalam, ia menyengkeram sisi roknya kuat-kuat. Namun, tak berselang lama, intonasi halus sekonyong-konyong menjajahi rungunya.

"Naiklah. Kumohon."><

Annasach: BlueraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang