annasach: zero '16

96 21 1
                                    

Soobin tak akan lagi membatukan kepala, dan tak akan pula meladeni egoismenya. Seperti fakta bahwa Korea terbagi menjadi dua, semua yang terjadi baik kepada dirinya sendiri maupun Riho, terang semua sebab salahnya. Andai Soobin sedikit lebih sabar dan masih mau berperan sebagai sesosok pengertian, barangkali luka itu tak akan mengecap sampai membusuk lubuk. Barangkali canda serta tawa hangat tidak sungkan-sungkan hadir di antara ia, Riho dan juga Ayah. Barangkali bahagia tidak akan pernah lagi menjadi angan-angan menyesakkan. Dan barangkali pula, Riho dan Ayah tak akan pergi begitu jauh dari sisinya.

Maka, usai kalimat pembuka tersebut berhasil tersimpan di masing-masing rungu, Soobin lekas menyelimuti kedua tangan Riho dengan genggamannya. "Untuk semua luka yang kutorehkan padamu selama ini, aku minta maaf. Maaf yang sebesar-besarnya." Kemudian, tamu tak diundang namun telah diprediksi kehadirannya muncul di pelupuk mata dan siap meluncur deras detik itu juga tatkala Soobin melirih, "Riho, maafkan aku. Tolong maafkan aku ... maaf."

Namun, sayang, di lontaran terakhir hanya adamlah yang mendengarkan. Sebab, hawa sudah terlebih dahulu ditelan kegelapan. Menandakan tibanya ujung sebuah waktu.

Tentang waktu milik Choi Soobin yang telah selesai.><

Annasach: BlueraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang