"Senior Soobin!" seru pemilik penggalan Kang Taehyun manakala menjaring panggilan dan presensi Soobin. Sambil tersenyum kalem, Taehyun bertanya, "Sedang apa Senior di sini?"
"Aku yang harusnya bertanya. Kenapa kau ada di sini?" Soobin melemparkan kernyitannya pada kartu tarot yang baru saja di taruh Taehyun ke meja. "Dan apa-apaan ini? Apa yang kau lakukan?"
Wajah semringah Taehyun bertransformasi menyedihkan dan sahutan lanjutnya pun tak kalah mengenaskan. Rendah sekaligus mengandung ironi. "Aku harus menyambung hidup, Senior."
"Astaga, bukannya kau orang kaya?" Soobin impulsif menyemburkan nada tak habis pikir. Meskipun tidak dekat dengan adik kelas satu ini, berinteraksi pun sebatas kegiatan klub, Soobin tahu Taehyun merupakan keturunan pemilik perusahaan teknologi terbesar keempat di Korea Selatan, bahkan informasi tersebut sudah menjadi rahasia umum di kalangan murid Daeun. Bocah ini gila juga ternyata, pikir Soobin.
"Memang, tapi tetap saja harus kulakukan. Lagi pula, ini menyenangkan." Taehyun terkekeh lepas, arkian menyodorkan tarot pada Soobin. "Senior juga ingin kuramal?"
"Tidak, tidak percaya takhayul seperti itu. Benar-benar bodoh," hardik Soobin sambil menatap penuh cela benda tipis berisi bualan yang Taehyun pegang. Sudut bibir Soobin lantas membikin kurva ironis tatkala mengunci profil Taehyun. "Dan kukira kau rasionalis garis keras, Taehyun. Tapi ... astaga, sungguh di luar dugaan."><
KAMU SEDANG MEMBACA
Annasach: Bluera
Fanfiction[COMPLETED] "Untuk satu hari saja, ayo berdamai." Terhadap status dan hubungan mereka yang carut-marut, terhadap semesta, terhadap semua yang membikin mereka jatuh kemudian bangkit dengan tertatih, bersama rahasia yang bersembunyi, Choi Soobin dan T...